#9

2.6K 128 3
                                    

Zaa sudah menunggu di depan kelas Zee karena kelas Zee masih ada guru yang menerangkan tugas sebelum mengakhiri jam terakhir untuk pulang.

Zaa merenung karena dia senang bisa membuka hati untuk gadis lain walaupun di lubuk hatinya dia masih menyimpan seseorang yang dia tidak tahu nama dan orangnya dimana, namun mampu membuat Zaa menunggunya hingga sekian tahun sampai detik ini.

"aku takut nyakitin Zee karna masih simpen kamu di hati aku, kalo aku boleh berharap, kamu itu adalah Zee tapi itu harapan yang aneh, mana mungkin kamu itu Zee. Dan aku berharap kamu bisa ada di hadapan aku, aku mau akhirin semua nya, nggak tau harus berlabuh di hidupmu atau di hidup Zee" gumam Zaa dalam hati frustasi memikirkan itu semua sampai ia tidak tahu Zee sudah berdiri di samping Zaa bingung karena Zaa seperti orang yang tidak punya kehidupan.

Zaa akhirnya merasakan seperti ada yang memperhatikannya, lalu menoleh ke arah itu "loh, sejak kapan lo udah di keluar kelas?" tanya Zaa kaget.

"udah dari 10 menit yang lalu, gue manggilin lo juga tapi nggak di sautin, taunya lagi bengong, kenapa? sakit yaa? kalo sakit nggak usah jadi ke tempat itu" jawab Zee dengan nada dan ekspresi khawatir.

Zaa tersenyum "gue nggak sakit ko, yuk jalan" Zaa menggandeng tangan Zee menuju parkiran.

¤¤¤

Sesampainya di tempat tujuan yang dimaksud Zaa, Zaa melepaskan helmnya lalu helm yang dipakai Zee.

Zee langsung merasa senang karena di bawa ke taman waktu masa kecilnya bermain.
"ahh jadi kangen masa kecil gue" Zee berlari seperti anak kecil yang baru bisa berlari.

Zaa tertawa kecil melihat tingkah laku Zee.

"emang lo pernah main kesini?" tanya Zaa yang sudah duduk di tanah dengan menumpu tangannya di lutut.

"iya seringlah, sampe umur 8 tahun tinggal di jakarta dan ini tempat favorite gue main walaupun lumayan jauh dari rumah gue" jawab Zee menyusul duduk disamping Zaa.

"ini juga tempat favorite gue buat main tapi jarang sih kesini, kalo bunda sama ayah lagi free work aja baru kesini, nah di seberang sana rumah gue" Zaa menunjuk rumahnya, Zee menatap kagum rumah Zaa karena terlihat sederhana walaupun luas dan megah.

"tapi kita nggak pernah ketemu Zaa, padahal gue sering banget main ke sini" ulas Zee penasaran.

"kan gue bilang jarang banget ke sini"

"oh iya lupa"

Zaa mengacak rambut Zee gemas, Zee seperti biasa hanya kaku diperlakukan seperti itu.

Setelah mengacak rambut Zee, Zaa beralih ke depan fokus menatap matahari yang terik panasnya menembus hingga badan.

"tapi semenjak ketemu gadis 10 tahun yang lalu, gue jadi sering kesini, entah itu menunggunya atau sekedar jalan-jalan sama kucing miliknya" Zaa tak berani menoleh ke arah Zee karena tanpa sadar tadi dia menceritakan masa lalunya.

Zee yang mendengar itu, seperti tersambar petir, kakinya melemas dan kepalanya menunduk "oh jadi Zaa punya cinta pertama" gumam Zee dalam hati.

"tapi lo yakin dia bakal datang?" tanya Zee menahan rasa sakitnya.

Zaa tertawa kecil "nggak tau, gue cuma bisa berharap, maaf ya harusnya gue nggak cerita" Zaa menoleh ke arah Zee dengan rasa penyesalan.

Zee tersenyum "gpp Zaa, itu hak lo ko"

"yuk, kita beli es krim" ajak Zaa mengulurkan tangan ke Zee. Zee menyambut tangan Zee dan menganggukan kepala mengiyakan ajakan Zaa.

"Zee"

Save In Heart || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang