#19

2.1K 114 1
                                    

Zaa dan Zee sudah kembali ke sekolah dan ke kelas masing-masing.

Nadya yang tidak sabar karena menunggu sahabatnya kembali kesekolah, langsung menarik lengan Zee dan meminta izin ke guru kelas untuk ke toilet.

"woy Nad! belum juga gue duduk udah main narik-narik aja,"

"nunggu tuh lelah, penting! diem aja, " Nadya melangkahkan kakinya dengan seribu kaki karena ketidaksabarannya itu.

Zee hanya pasrah ditarik oleh sahabatnya yang kalau sudah emosi, tidak pernah mandang siapa orang yang dia hadapin.

Sesampainya di toilet Nadya menghadap Zee dengan nafas yang memburu emosi. Zee mengekspresikan tatapan bingung "Nad lo kenapa?"

"gila ya gue nggak paham sama si Rina seenak jidatnya ngelakuin kaya gitu ke lo! dan lo malah diem aja digituin? lakuin sesuatu kek biar itu anak jengah! gue emosi tingkat! gue tadi ke kelasnya dan kata anak-anak abis gue labrak langsung pergi keluar sekolah, biarin aja biar mati itu anak"

"NADYA! pake jeda kek ceritanya, nafas abis nyaho lo, Nad dia cuma belum masih terima aja ko" Zee mencoba menenangkan Nadya.

Nadya yang sebal karena sahabatnya terlalu polos, meninggalkan Zee begitu saja menuju kelas.

Zee masih dia ditempat, memikirkan Rina yang pergi dari sekolah. Zee memutuskan untuk mencari Rina, tanpa mengambil tasnya, ia keluar sekolah diam-diam lewat gerbang belakang yang pada siang hari tidak pernah dikunci.

Zee memesan ojek-online, tujuan pertama yang ada di  pikiran Zee adalah taman depan rumah Zaa.

Sesampainya di taman, Zee mengelilingi taman itu namun tidak juga menemukan Rina.
Zee duduk lemas, dia sangat takut jika terjadi sesuatu terhadap sahabat kecilnya yang tidak pernah tinggal di Jakarta meski sering menginap dirumahnya.

Di tempat duduk itu Zee terus berpikir tempat yang pernah mereka kunjungi.

"yaa rumah itu! pasti Rina ke rumah omanya" tanpa berpikir panjang lagi, Zee berlari kerumah oma Rina yang terletak di blok X yang masih satu perumahan dengan rumah Zaa, hanya saja rumah Zaa di blok E.

Sampainya di rumah oma Rina yang sudah lama tak berpenghuni, Zee melangkahkan kakinya memasuki gerbang rumah itu dan lalu membunyikan bel.

Teeet.. Teeet..

Mendengar bel rumah berbunyi, Rina yang sedang menangis langsung bangun dan membuka pintu rumah oma nya.

"lo?!," sontak Rina kaget melihat Zee berada di depan rumah, Rina menutup pintu namun di cegah oleh Zee.

"Rin! dengerin gue dulu Rin gue mohon,"

"nggak! nggak ada lagi yang harus lo jelasin!"

"gue mohon Rin,"

Rina membuka pintunya "masuk" ketus Rina.

Zee langsung masuk dan Rina mengunci pintu, setelah itu Rina menarik tangan Zee.

"Rin mau ngapain lo?" Zee meronta namun Rina mencengkram tangan Zee sangat kencang.

Rina masuk ke kamarnya lalu mendorong Zee sehingga Zee terbentur dinding.

"aw!" Zee meringis memegang kepalanya.

"bagus lo datang kesini, gue tau lo bakal nyari gue," Rina tersenyum sinis, lalu mendekati Zee dan menarik rambut Zee.

"lo pikir lo bisa ngerebut Fahrezaa dari gue? NGGAK! dia milik gue,"

"Rin, lo harus bisa terima Zaa cuma nunggu lo, nggak berharap lebih sama lo," Zee meronta mencoba melepaskan tangan Rina namun Rina semakin menarik rambut Zee.

Save In Heart || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang