Zaa melesatkan mobilnya cepat menuju sekolah, ia ingin menemui seseorang yang sudah membuatnya kehilangan gadis yang ia cintai.
Sesampainya disekolah dan memakirkan mobil Zaa berlari ke kelasnya.
Zaa menarik orang itu dengan perasaan emosi, bertanya-tanya, sedih dan kalau bisa ia lakukan ia ingin sekali menghabisi orang tersebut. Tanpa memperdulikan tatapan bingung siswa-siswi yang berlalu lalang Zaa terus mempercepat langkahnya menuju halaman belakang sekolah.
"Zaa sakit lengan aku," pekik orang itu.
Sampainya dihalaman sekolah, Zaa melepaskan genggamannya kasar dan tidak menoleh ke belakang karena enggan melihat wajah orang itu.
"apa yang udah lo lakuin sampai-sampai pacar gue, keluarga gue dan dia bahkan Nadya pun nyuruh gue buat nerima lo?" to the point Zaa bertanya kepada Rina si orang itu.
Rina tersenyum dengan penuh kemenangan, lalu berjalan ke hadapan Zaa "mungkin mereka sadar, harusnya emang kamu berdampingan sama aku," jawab Rina.
"ngga usah bertele-tele!" Zaa menatap Rina dengan mata penuh emosi lalu menoleh ke samping lagi.
Rina memegang wajah Zaa menolehkan ke wajah Rina namun Zaa menepis tangan Rina. Rina meringis namun tetap sabar menghadapi Zaa.
"Zaa kamu dulu ngga sekasar ini sama aku Zaa, apa sih yang si Zeefa lakuin sampe-sampe kamu sebegitu bencinya sama aku? dia perusak hubungan orang, dia tau kan kamu nunggu aku, aku nunggu kamu Zaa," Rina mengepalkan tangannya menahan emosi.
Zaa tersenyum kecut "Zee ngga ngelakuin apa-apa tapi lo sendiri yang buat gue benci banget sama lo! dia perusak? sadar dong, lo yang perusak! dia tau tapi dia ngga salah, karena sebelum dia tau semua, gue sama dia pacaran dan juga gue nunggu lo bukan berarti gue mau lo jadi pendamping hidup gue, gue nunggu lo hanya karna Mili kucing lo! jadi jangan ngarep deh lo, lo datang juga telat, dimana gue lagi bahagia-bahagianya bisa lupain kalo gue lagi nunggu lo," jelas Zaa panjang lebar membuat hati Rina melemas sakit dan mulai menangis.
"tapi Zaa, aku ngga datang karna aku harus ngejalanin kemo terapi, aku punya penyakit tumor otak stadium 3," Rina menjawab dengan bibir bergetar dan duduk lemas.
Zaa yang mendengar jawaban Rina hatinya seakan tersambar petir, Ia melihat Rina menangis seolah mengerti penderitaan gadis yang ia tunggu dan benci juga.
Zaa mendudukan tubuhnya menghadap Rina "tumor otak?" Zaa membeo.
"iya, aku sebulan 3 kali aku harus di kemo, aku juga takut nemuin kamu, takut kamu ngga bisa nerima keadaan aku," Rina memeluk Zaa, Zaa mematung namun akhirnya dia membalas pelukan Rina.
"aku mohon Zaa, kasih kesempatan aku buat ngerasain kasih sayang kamu sebelum aku pergi ninggalin kamu,"
Zaa mengangguk, Rina mempererat pelukannya.
Tanpa mereka sadari, dibalik dinding halaman belakang Zee yang sudah masuk sekolah melihat adegan itu.
Zee memegangi dadanya, nafasnya terengah-engah, kakinya melemas "sakit Zaa lihat kamu pelukan sama cewe lain meski itu sahabat aku sendiri tapi aku ngga bisa berbuat apa-apa, ini demi kebaikan keluarga kita dan Nadya yang terancam," Zee berlari meninggalkan halaman sekolah menuju toilet, di toilet Zee duduk lemas menangis mengingat hari-hari yang ia telat lewati bersama Zaa.
***
Rina dan Zaa berjalan berdampingan membuat semua orang di koridor sekolah menatap dengan ekspresi kaget, bertanya-tanya.
"lho si Fahrezaa sama Rina?"
"Fahrezaa putus sama Zeefa, terus udah jalan bareng sama cewe lain?"
"nggak nyangka yaa, kasian Zeefa di buang gitu aja,"
"harusnya sama gue aja padahal jadian selanjutnya,"
"yee cabe, bisa banget ngambil kesempatan,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Save In Heart || ✔
Teen FictionAMAZING COVER BY Ginapascabela [COMPLETED] kalau aku maunya kamu yang ngisi sebagian hati ini, turuti saja dan isilah hati ini, aku akan jaga -Zaa #424-TeenFic [10/3/2018]