Di dalam mobil Zaa terus menghubungi nomor Rani namun tidak aktif. Zaa memukuli setirnya dan merutuki hidupnya karena telah membuat Zee dalam bahaya.
Ardan dan Nadya yang satu mobil dengan Zaa mencoba menenangkan Zaa.
"Zaa lo harus tenang, gue yakin Rina cuma ngancem, dia nggak mungkin ngelakuin hal itu sama sahabatnya sendiri, Zee juga pasti bisa ngelawan Rina," ujar Ardan diangguki Nadya, meski Nadya berusaha menenangkan Zaa, Nadya pun tetap menangis memikirkan nasib sahabatnya.
***
"Rin, lo udah punya Zaa, buat apalagi lo ganggu gue?!" Zee meronta melepas genggaman Rina.
"yaa gue emang punya Fahrezaa tapi nggak sama hati Fahrezaa! dia selalu mikirin lo dan itu buat gue sakit! dan sekarang bokap gue malah ngedukung hubungan lo berdua, ini semua gara-gara lo! harusnya lo mati!" Rina menunjuk wajah Zee dengan emosi yang menggebu-gebu.
Zee menendang perut Rina, Rina terdorong dan meringis. Zee berlari setelah tangan Rina melepas genggamannya, Rina yang menyadari Zee berlari langsung mengejar.
"jangan lari lo!"
Rina berhasil menjambak rambut Zee, Zee pun langsung menjambak rambut Rina tanpa mereka sadar mereka sudah berada ditepi jurang dan...
Brukkk!!!
"Aaaaaaaaaaaa!!!!" Rina dan Zee terpeleset ke jurang.
Zee tersungkur di samping pohon dan Rina di depan Zee sudah tidak sadarkan diri.
Zee mencoba bangun namun lama-lama pandangannya ngeblur dan hitam, Zee pingsan.
***
Zaa dan rombongannya telah sampai ditempat tujuan. Namun, mereka tidak melihat Rina dan Zee.
Zaa dan yang lain menelusuri sekitar tebing. Ketika melewati pohon Zaa melihat sebuah kalung ia kenali.
"ini kalung inisial Z milik Zee," Zaa langsung bersemangat mencari Zee.
"Zee kamu dimanaaaa?"
"aku mohon jawab Zeeeee, aku sayang kamu Zee,"
Zaa terus memanggil Zee dengan perasaan campuk aduk.
Zaa menuruni lereng tebing diikuti rombongannya. Zaa melihat dua orang gadis yang dicari tergeletak lemah.
"itu mereka," Zaa menunjuk lalu berlari menghampiri Zee dan Rina.
Zaa memeluk Zee, Zaa menangis melemas melihat keadaan Zee penuh luka lalu menggendong Zee.
Rina digendong oleh papinya.
Mereka semua melesat cepat menuju rumah sakit terdekat.
***
Zaa duduk lemas di pintu ICU ruangan Zee, Zaa tidak ingin kehilangan gadis yang amat sangat ia cintai.
"Zee kamu nakal banget sih bikin aku khawatir terus, kamu mau bikin aku mati berdiri karna kelakuan kamu ini, harusnya kamu nggak relain aku Zee, kan aku udah bilang hadapin Rina sama-sama," Zaa meremas rambutnya frustasi, nafasnya seakan mau berhenti berhembus, ingin sekali Zaa menggantikan posisi Zee.
"maafkan Rina nak, saya tidak berpikir Rina seberani itu melakukan hal itu, saya tidak tau harus melakukan apa supaya kamu memaafkan saya dan putri saya," ujar Kusuma berjongkok menghadap Zaa.
Zaa tersenyum mengangguk "bukan salah om, Rina hanya terobsesi sama saya jadi dia melakukan hal itu, saya tau Rina tidak mencintai saya tulus, hanya karna janji kita berdua 10 tahun yang lalu akan bertemu itu yang membuat Rina terobsesi memenuhi janjinya, om tidaj harus melakukan apa-apa, hanya saja kasih pengertian ke Rina bahwa saya tidak bisa dimiliki Rina," jelas Zaa lalu memeluk Kusuma.
Kusuma membalas pelukan Zaa dengan perasaan lega.
"terima kasih nak, kamu memang anak yang baik, persis papah kamu, setelah Rina sadar, saya akan membawa Rina ke London dan tinggal disana, tapi tolong kalian ikut antar Rina ke bandara," Zaa mengangguk, Kusuma menepuk pundak Zaa pelan dan berlalu menuju ruangan Rina.
Dokter keluar dari ruangan Zee.
Zaa dan yang lain menghampiri."gimana dok?" tanya papah Putra.
Dokter tersenyum "pasien sudah sadar, lukanya tidak begitu parah dibagian kepalanya, saat pasien sadarkan diri pasien menyebut nama Zaa," ujaran dokter itu membuat Zaa langsung memasuki ruangan Zee.
Zaa perlahan tersenyum melihat Zee lalu mengelus kepala Zee, Zee membalas senyuman Zaa.
"aku bingung kamu kuat banget jadi cewe,"
Zee memegang erat tangan Zaa "aku kuat karna kamu,"
Zaa langsung mencium kening Zee "aku cinta kamu, jangan pergi lagi dari aku,"
***
Rina membuka matanya perlahan, ditatapnya langit putih dan dihirupnya bau obat-obatan.
Rina menoleh ke arah samping, dilihatnya raut wajah papinya yang sangat khawatir."papi,"
"sayang, alhamdulillah kamu sudah sadar nak,"
"maafin Rina pi, Rina salah pi," Rina mulai menangis, papi Kusuma memeluk Rina dengan kasih sayang.
"iya nggak apa-apa, kamu harus belajar dari kesalahan," ujar papi Kusuma.
Rina mengangguk.
***
Yeaaaay Zee dan Rina selamaaat.
akhirnya Rina tersadar karena kesalahannya.Last Chapter Next:)
Vomment💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Save In Heart || ✔
Teen FictionAMAZING COVER BY Ginapascabela [COMPLETED] kalau aku maunya kamu yang ngisi sebagian hati ini, turuti saja dan isilah hati ini, aku akan jaga -Zaa #424-TeenFic [10/3/2018]