#23

2.1K 105 0
                                    

Hari minggu di siang hari ka Deo, Vea, Bima, Nadya dan Ardan sedang berkumpul dirumah Nadya menunggu orang tua Vea, Zee dan Nadya yang sedang dalam perjalanan setelah dari kantor masing-masing.

Iya, orang tua mereka semua bersahabat dalam satu bisnis yang bekerjasama oleh Kusuma papinya Rina.

Berkumpulnya di hari ini sudah direncanakan oleh Vea setelah mendengar cerita dari Zee dan Vea kemarin sore. Vea sendiri masih tidak percaya dengan ancaman Rina karena setahu Vea orang tua mereka tidak mempunyai hutang, bekerja sama dalam bisnis pun semua lancar tanpa ada hambatan kondisi keuangan.

Nadya berlalu membukakan pintu setelah mendengar suara deru mobil yang beriringan yang sudah ditebak pasti itu orang tua mereka.

"Assalamuallaikum," ucap orang tua Nadya, Vea, Zeefa serempak.

"Waalaikumsallam," jawab mereka serempak juga.

"ada apa kalian mau kita semua kumpul disini? mau ada lamaran ya?" tanya ayah Nial ayahnya Nadya.

Nadya mencibir bibirnya sebal mendengar ayahnya yang suka bertanya aneh.

"ayah serius ih," ucap Nadya membuat semua tertawa kecil.

"ya Nadya ada apa ko kamu nyuruh kita kumpul?" mamah Nayla mamahnya Nadya ikut bertanya kepada anak bungsunya.

"kita mau tanya sama ayah, bunda, om Putra tante Hila, om Nial dan tante Nayla perihal kerjasama kalian sama om Kusuma papihnya Rina," jelas Vea.

Semua mengangguk mengiyakan.

"apa kalian ada hutang sama om Kusuma dalam bisnis?"

Pertanyaan yang terlontar dari bibir Vea sontak membuat semua orang tua itu membelalakan matanya.

"hutang?" papah Putra membeo.

Vea dan yang lain mengangguk serempak.

"gini yaa, kita sama sekali nggak punya hutang sama Kusuma, Kusuma memang mengancam kita kalo sampai Fahrezaa dan Rina nggak bersama bisnis kita akan hancur tapi kalo hutang itu nggak ada, makanya kita udah bilang kita kehilangan bisnis itupun nggak masalah, itu cuma satu bisnis doang, kita nggak sebodoh itu Vea," jelas ayah Dama panjang lebar.

Air mata Vea mengalir menatap kedua orang tuanya, bunda Dewi menghampiri anaknya lalu mengelus kepala anak bungsunya itu "kenapa de?" tanya bunda Dewi.

"aku tau itu kalian rela kehilangan bisnis itu tapi ka Zeefa nyuruh kalian buat bertahan karna alasan lain, nyawa ayah sama bunda dalam bahaya, Rina ngancam ka Zeefa pas masih dirumah sakit saat ka Zaa lagi pergi keluar beli makanan, kata nya anak buah om Kusuma berpura-pura jadi anak buah ayah jadi kalo ka Zeefa masih sama ka Zaa kalian jadi korbannya," jelas Vea lalu memeluk bunda Dewi.

Semua hening.

Papah Putra yang geram langsung menelepon Kusuma dan menyuruhnya datang kerumah Nadya. Tidak ada yang mencegah karena mereka semuapun larut dalam emosi masing-masing.

Tiga puluh menit kemudian mobil Kusuma sudah sampai dirumah Nadya. Ayah Nial masih menahan emosi membukakan pintu untuk Kusuma lalu menarik tangan Kusuma kasar.

"hei! ada apa ini?" tanya Kusuma bingung melihat tatapan tajam dari semua orang yang berada dirumah itu.

Mamah Hila yang sedari tadi menangis mendengar cerita anak-anak itu langsung bangkit dari duduknya dan menampar pipi Kusuma.

plakk!!

"jangan mentang-mentang anda bos suami kita dibisnis kalian, anda seenaknya saja mengancam kebahagiaan kita semua dengan ancaman nyawa! anda bukan Tuhan yang bisa menentukan bahagia, hidup matinya orang!" mamah Hila mendorong Kusuma dengan kasar, mamah Nayla memegang pundah mamah Hila untuk menenangkan.

Save In Heart || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang