Setelah kemarin waktunya hanya dihabiskan di rumah saja, hari ini Zeta akan melakukan jadwal jalan-jalannya sendirian, ya hanya sendirian. Lagi pula Zeta tidak membutuhkan pasangan untuk jalan-jalannya kali ini, karena ini bukan acara ngedate ataupun semacamnya yang membutuhkan pasangan.
Saat Zeta keluar kamar, Zeta disambut oleh sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Mbah Udin, seorang Kakek yang selalu memperlakukan Zeta seperti Zeta kecil yang belum bisa apa-apa.
"Neng, inget kalo ke taman kota naiknya 04 ya, pulangnya juga sama."
"Muhun, Mbah." Jawab Zeta setelah mencium punggung tangan Kakeknya itu. (*Iya, Mbah.)
"Entong burit teuing uihna." Ujar Mbah Udin sekali lagi. (*Jangan sore banget pulangnya.)
Zeta mengangguk, setelah itu Zeta berteriak berpamitan kepada Mbah Iin yang sedang memasak di dapur. "Mbah, Zeta berangkat ya."
Tanpa menunggu sahutan, Zeta sudah terlebih dahulu keluar dari rumah, Zeta sangat tidak sabar menikmati perubahan yang terjadi di kota yang ia tinggalkan selama sepuluh tahun ini.
Setelah menuruti apa yang dikatakan Mbah Udin tadi, akhirnya Zeta berhasil sampai di taman kota yang masih harus dicapai dengan berjalan kaki sedikit saja.
Dari kejauhan sudah terlihat patung kuda yang terletak di tengah taman kota sebagai lambang kebanggan kota kuda ini. Keadaan jalan yang cukup ramai namun tak seramai Jakarta membuat Zeta harus sedikit berhati-hati.
Sesampainya Zeta di hadapan pintu masuk taman kota ini mata Zeta seketika berbinar, rindangnya pepohonan yang ada di sini sangat jarang ia temukan di Jakarta sana, udara sejuk yang ia rasakan saat ini pun sudah sulit ia dapatkan di kota metropolitan itu.
Keadaan taman kota yang cukup ramai membuat suasan kota ini semakin menghangat, orang-orang di sini terkesan sangat sederhana, tidak seperti orang kota yang kerap kali berlomba-lomba agar terlihat glamor di depan orang lain.
Para pedagan dengan ramahnya menawarkan barang atau makanan yang ia jual kepada setiap pengunjung yang lewat. Fokus Zeta tertuju pada seorang pedangan yang menjual minuman dengan nama es anti galau. Zeta yang penasaran pun menghampiri pedagang tersebut dan membeli satu porsi, siapa tau khasiat dari minuman tersebut dapat menghilangkan kegalauan Zeta saat ini.
Setelah mendapatkan satu porsi es anti galau, yang dapat Zeta lakukan saat ini terkekeh geli melihat kemasan es yang unik dengan karakter lucunya. "Bungkusnya doang yang bikin anti galau, isinya cuma lemon tea pake irisan lemon."
Dengan keunikan minuman ini Zeta berniat memfotonya lalu menguploadnya dalam instagram storynya. Setelah berhasil mendapatkan foto sesuai dengan keinginan, Zeta pun mengetik beberapa kata sebagai pelengkap fotonya itu.
"Emm.. Kebutuhan saat ini--" Zeta yang mengetik sembari berjalan tanpa sadar menabrak seseorang dari arah berlawanan. Melihat minuman yang belum sedikitpun ia coba terjatuh, membuat Zeta naik pitam. Gagal deh gue ngeilangin galau selama ini!
Zeta mendapati pelaku yang menabraknya hanya menatap bingung ke arahnya, dengan handphone yang sedikit basah akibat tumpahan es anti galau milik Zeta.
"Heh, lo kalo jalan liat-liat dong. Gara-gara lo es gue jatoh kan." Amuk Zeta kepada seorang pria yang hanya menatapnya bingung. Zeta tidak perduli pria yang diamuknya adalah pria tampan sekali pun, walaupun kenyataannya pria di hadapannya ini memanglah tampan. Tapi yang pasti Zeta kesal karena minuman yang belum sedikitpun ia coba sudah terlebih dahulu dinikmati oleh plester di bawah sana.
Dan perasaan Zeta semakin memanas ketika pria itu pergi begitu saja meninggalkan Zeta yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Cowok dimana-mana sama, bisanya cuma buat kesel mulu!" Ujar Zeta sembari meremas ujung baju yang dipakainya.
=========
Bagian dua meluncurrrr💜
Hope u like it😊-NS-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, IQBAAL✔
General Fiction[Complited] "Kamu sekarang sudah dewasa ya, gak suka lagi pakai bando kaya dulu." ujar Ale. "Yaiyalah, masa gue terus-terusan mau pakai begituan sampe SMA. Entar yang ada gue di katain sama temen-temen gue." Timpal Zeta tak terima. "Tapi saya lebi...