8.1

1.4K 99 2
                                    

Setelah selesai mandi dan berdandan sedikit, Zeta lantas melaksanakan tugas yang di berikan Mbah Iin, yaitu mengantar bolu ke rumah Pak Heri yang notabennya ayah Ale.

Sepanjang perjalanan, Zeta tak henti-hentinya berpikir bagaimana jika bukan Pak Heri atau istrinya yang keluar, malah Ale yang berpapasan dengannya.  Tidak, Zeta harap semua itu tidak terjadi. Zeta tidak ingin bertemu Ale untuk saat ini, ia masih sedikit kepikiran soal kata-kata Ale kemarin.

Sesampainya di depan rumah Pak Heri, Zeta menghela napas, perlahan ia mencoba menormalkan diri agar tidak terlihat gugup di depan orang yang akan ditemuinya.

Setelah cukup tenang, Zeta kemudian memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang ada di hadapanya pelan, hingga pada ketukan ke tiga pintu tersebut perlahan terbuka hingga menampakkan wanita paruh baya yang tersenyum manis ke arah Zeta.

"Eh Neng Tata, nyariin Ale Neng?"

Tata dengan cepat menggeleng atas tuduhan itu, Walau dalam hati kecilnya memang Zeta sangat ingin melihat wajah pria itu.

"Engga, Bu. Tata mau ngasih ini dari Mbah." Zeta kemudian menyerahkan bungkusan yang di persiapkan Mbah dari rumah tadi.

"Apa ini Neng?"

"Ini Bu, tadi Mbah sama Tata buat bolu. Ini buat nyobain."

Saat mengobrol dengan istri Pak Heri, mata Zeta sesekali melirik ke dalam rumah Pak Heri. Zeta hanya ingin tau apakah ada Ale di dalam? kenapa rumahnya terlihat sepi.
Melihat pergerakan Tata, istri Pak Heri kemudian dengan isengnya menyeletuk kata-kata yang membuat Zeta ingin langsung menyembunyikan mukanya.

"Kalo mau nanyain Ale mah bilang aja Neng." ujarnya sembari tersenyum ke arah Tata yang sedang menahan malu.

"Eh, enggak kok--"

"Ale nya lagi keluar Neng, jadi gak bisa ngajak kamu jalan-jalan."

Ada rasa sedikit kecewa di hati Zeta. Lah tapi kenapa harus kecewa? bukannya Itu bagus, karena berarti harapan Zeta untuk tidak bertemu Ale memang benar terkabulkan.

Tidak mau semakin digodai oleh istri Pak Heri, Tata kemudian memilih langsung berpamitan. "Tata pulang dulu ya, Bu."

"Iya iya, gak mau main dulu di sini?"

"Kapan-kapan aja, Bu."

"Oh iya atuh, bilang makasih ke Mbah ya."

"Iya, Bu."

***

Hari ini Zeta tidak melakukan aktivitas apapun selain mengantarkan bolu ke rumah Pak Heri, Zeta saat ini hanya sedang asik nonton TV bersama kedua Mbahnya.

Zeta tak henti-hentinya mencebik kesal setiap melihat drama yang sedang berlangsung di ftv yang sedang di tontonnya.

"Ih ada ya ketabrak bukannya ngehindar tapi malah ngejerit." Ujar Zeta bersungut kesal.

"Ini lagi apaan? tuh Mbah masa pas lagi di tolongin malah saling tatap-tatapan." Zeta menepuk pelan sofa di sebelahnya untuk memberi tau kepada Mbah Iin adegan lebay yang sedang di tontonnya. Dan setelahnya Mbah Iin hanya merespons dengan deheman karena matanya sedang fokus ke arah kain yang sedang ia jahit.

Di tengah aktivitasnya masing-masing tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang seketika membuat ketiganya terdiam.

"Biar Mbah yang buka." kata Mbah Udin yang langsung bangkit dari duduknya lalu membawa korannya menuju pintu masuk.

Untuk beberapa menit Mbah Udin tidak kembali bergabung dengan aktivitas awalnya. Hal itu membuat Mbah Iin sekaligus Zeta penasaran.

"Mbah Udin kok lama banget ya Mbah?"

"Iya nih." Mbah Iin kemudian berteriak kepada Mbah Udin. "Mbah siapa tamunya?"

Setelah itu Mbah Udin juga menyahutnya dengan teriakan, "Ale Mbah."

Mendengar jawaban itu Zeta lantas berlari menuju pintu untuk melihat bahwa apa yang di ucapkan Mbah Udin memang benar.

Dan setelah sampai di ujung ruang keluarga Zeta dibuat terkejut oleh kehadiran pria itu yang tiba-tiba.

"Kok dia ada di sini?" Gumam Zeta pelan.




Hi, IQBAAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang