10.1

1.5K 95 5
                                    

Haloooo sorry ya kemarin gak update:( ada sedikit problem sama hape aku:( dan ini satu part special untuk kalian. Happy reading💗

=====

Tepat pukul tiga sore, Zeta sudah siap akan kepulangannya, Zeta sudah terlebih dulu berpamitan kepada Ibu dan bapak Ale, kemudian saa9t ini Zeta sedang berpamitan kepada kedua Mbahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul tiga sore, Zeta sudah siap akan kepulangannya, Zeta sudah terlebih dulu berpamitan kepada Ibu dan bapak Ale, kemudian saa9t ini Zeta sedang berpamitan kepada kedua Mbahnya.

"Mbah jaga kesehatan ya, sehat-sehat terus. Nanti Zeta ke sini lagi." Ujarnya sambil menyalami tangan Mbah Iin.

"Mbah juga yang sehat, jagain juga si hideung ya Mbah, nanti pas Zeta ke sini, Zeta pengen liat anak-anaknya si hideung." gantian kali ini giliran Zeta menyalami tangan Mbah Udin.

"Lah kamu ini. Kamu juga jaga kesehatan, belajar yang bener, salam buat Mamah, Papah ya. Jangan pacaran terus, pacar yang di sini mau di kemanain, Ta?" Ujar Mbah Udin sembari melirik ke arah Ale yang sedang menunggu Zeta.

"Ih apaan si Mbah, kita gak pacaran kok."

"Gak pacaran?" tanya Mbahnya. Mbah Udin kemudian memanggil Ale, "Le belum pacaran juga, kapan mau nembaknya? Nanti Tata keburu di rebut cowok Jakarta loh."

Zeta refleks tersipu mendengar ucapan Mbah Udin,  sedangkan Ale hanya tersenyum malu mendengar perintah Mbah Udin.

Setelah selesai berpamitan, Ale membantu memasukkan barang-barang Zeta ke dalam mobilnya, sore ini Ale yang mengantarkan Zeta ke stasiun. Ale bilang katanya takut Zeta kangen nantinya.

Setengah jam kemudian keduanya sampai di stasiun, Ale pun membantu membawakan barang Zeta hingga ke dalam. Keduanya lalu memilih duduk di kursi yang di sediakan pihak stasiun, karena kereta yang Zeta naiki baru akan sampai lima belas menit lagi.

Di tengah keheningan keduanya Ale memberanikan diri membuka obrolan terlebih dahulu, Ale menyodorkan sebuah paper bag kepada Zeta.

"Apa ini Le?" Zeta yang awalnya akan membuka paperbag itu langsung di cegah oleh Ale.

"Jangan dibuka sekarang, nanti aja."

"Oh oke, makasih Le." kata Zeta tulus.

"Saya yang harusnya bilang makasih, Ta."

Zeta kemudian mengerutkan kening mendengar pernyataan Ale barusan.

"Makasih udah hadir di hidup saya Ta, kalo saya gak nabrak kamu di taman kota, mungkin kita gak akan ketemu. Makasih udah balik lagi ke kota ini, terimakasih udah mau ketemu lagi sama temen masa kecil kamu ini." tunjuk Ale ke arah dirinya sendiri.

Zeta tersenyum, "Makasih juga Le, udah ngelupain sakit hati gue, makasih udah nyembuhin luka ini." Zeta menunjukkan jarinya ke arah dadanya.

"Iya Ta, jangan cengeng lagi ya." Kata Ale sembari mengusap kepala Zeta. Usapan untuk kedua kalinya, usapan yang membuat jantungnya seakan berhenti berfungsi.

"Makasih juga udah jadi pemandu wisata aku selama di sini."

"Harusnya bayar tuh, Ta."

"Ih berati pamrihan dong." Zeta pun menampakkan wajah cemberutnya.

"Untung sayang jadi gratis." gumaan Ale pelan, saking pelannya Zeta tidak sempat mendengar perkataan itu.

"Apa Le?" tanya Zeta sekali lagi.

"Enggak-enggak." jawab Ale sembari tertawa.

"Ih apaan?" Zeta yang penasaran menggelitiki Ale sampai Ale mau memberitahunya.

"Enggak Tata." ujar Ale memeletkan lidahnya kepada Zeta. "Yaudah siap-siap kereta kamu bentar lagi datang."

Ucapan pengeras suara yang memberitahukan kereta jurusan menuju Jakarta akan datang membuat Zeta bersiap di pembatas antara pijakkan kereta dengan stasiun.

Saat kereta perlahan berhenti, Zeta tersenyum penuh arti kepada Ale, namun di sela senyumannya itu tanpa sadar ada setitik air mata yang mencelos dari sudut mata Zeta.

"Jangan sedih Ta, kita masih bisa komunikasi dan ketemu nanti." Jari Ale perlahan menghapus bekas air mata di pipi Zeta.

Zeta mengangguk untuk meyakinkan Ale. "Aku pulang ya."

Zeta pun perlahan memasuki kereta, namun sebelum sepenuhnya Zeta masuk, Zeta sempat mendengar perkataan Ale. Yang membuatnya bersemu merah seperti kepiting rebus.

"Jangan bandel di sana, jangan lupa balik ke sini karena di sini ada saya yang lagi nungguin kamu."

****

Ale menatap kereta yang perlahan meninggalkan stasiun, membawa pergi gadis masa kacilnya, membawa pergi separuh hatinya yang tanpa sadar di bawa pergi ke Jakarta bersama gadis itu.

Ale sengaja tidak mengungkapkan perasaannya kepada Zeta, ia tidak mau Zeta tersiksa oleh hubungan jarak jauh yang mereka jalani, ia tak mau Zeta menahan rindu yang tidak bisa di luapkannya lewat pertemuan karena jarak yang jauh dan tak mungkin ia tuntaskan setiap kali gadisnya itu rindu.

Ale biarkan semua mengalir dengan sendirinya, membawa kedekatannya dengan Zeta hingga keduanya bisa bersama tanpa harus ada jarak yang memisahkan. Hingga Zeta tak perlu lagi merasakan rindu kepadanya setiap saat, karena Ale nanti yang akan selalu bersama dirinya.

Setelah Ale tak melihat lagi ekor kereta yang membawa Zeta pergi, Ale pun kembali ke mobilnya. Melakukan aktivitas nya kembali seperti awal, yang pasti tanpa gadis periang itu.

Sesampainya di mobil, saat Ale telah duduk memakai sabuk pengamannya, mata Ale tak sengaja melihat sebuah kotak di jok belakangnya lewat kaca tengah mobilnya.

Ale sempat terkejut, jangan-jangan ini salah satu barang Zeta yang ketinggalan. Namun saat Ale akan memeriksa dalamnya, gerakkannya terhenti oleh sebuah getaran yang berasal dari handphonenya.

Tata:
Kotak di jok belakang itu buat lo, jangan ketawa ya pas di buka:(

Ale kemudian tersenyum setelah membaca pesan tersebut. Setelahnya ia melatakkan kotak tersebut di jok sampingnya, Ale kemudian mengendarai mobilnya kembali ke rumah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hi, IQBAAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang