3.1

2.6K 162 4
                                    


Zeta terus menekuk mukanya sepanjang Mbah Udin sedang menyantap gado-gadonya. Baru kali ini Zeta kesal kembali setelah terakhir kali Zeta kesal gara-gara melihat foto sang mantan bersama mantan sahabatnya terlihat mesra di instagram.

Ketika sampai di rumah sepulang dari membeli gado-gado, Mbah Iin langsung membocorkan kebohongan suaminya itu yang ternyata Mbah Udin memang tidak mempunyai riwayat penyakit maag seperti yang ia keluh-keluhkan tadi.

Zeta yang kesal kemudian memilih menemani Mbah Iin yang sedang menjemur pakaian di halaman belakang.

Angin sepoi yang menerpa kulitnya, membuat udara sejuk pagi hari semakin terasa menusuk ke dalam tulangnya. Namun udara sejuk itu tidak membuat Zeta kedinginan, Zeta bahkan semakin menambah laju ayunan kayu yang sedang ia tumpaki.

Sesekali Zeta merubah posisinya untuk mencari angel yang pas untuk foto di instagram story nya nanti.

Setelah selesai mengupload beberapa foto ke story instagramnya, dengan iseng Zeta melihat-lihat foto yang terdapat di explorer. Lumayan cuci mata di pagi hari dengan melihat foto Cameron Dallas dan Manu Rios yang sesekali muncul mungkin dapat membuat matanya terasa ringan kembali.

Namun saat Zeta tengah asik menscroll foto-foto yang beraneka ragam itu, tiba-tiba Zeta terpaku pada sebuah foto yang terdapat di antara vidio marsha bengek dengan foto Jefri Nichol.

Zeta mencoba mengingat siapa orang di dalam foto tersebut, rasanya familier namun Zeta tidak mengenalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zeta mencoba mengingat siapa orang di dalam foto tersebut, rasanya familier namun Zeta tidak mengenalnya.

"Oh, orang yang numpahin minuman gue!" Ujar Zeta spontan saat dirinya berhasil mengingat orang yang terdapat di foto tersebut.

"Udah numpahin, gak bisa bilang maaf pula!"

"Kenapa Neng? Masih kesel sama Mbah Udin?" tanya Mbah Iin kepada Zeta.

"Enggak kok Mbah, ini HP aku nge blank minta di lem biru."

"Lem biru?"

"Lempar beli yang baru," ujar Zeta dengan kekehannya.

Mbah Iin pun menggeleng, HP sebagus itu udah minta yang baru lagi, zaman dulu saja Mbah Iin kuat menggunakan surat sebagai alat komunikasi tanpa merasakan layar yang bila di sentuh dapat bergerak seperti sekarang ini.

"Oh iya Mbah, tadi pas aku beli gado-gado, ibu penjual gado-gadonya itu kayak yang kenal aku dari kecil gitu, sebenernya dia siapa si, Mbah?"

Zeta masih penasaran dengan ibu penjual gado-gado tadi, sudah berusaha mengingat pun tetap saja hasilnya nihil, memorinya terlalu lemah untuk mengingat kejadian beberapa tahun ke belakang.

"Oh itu istrinya Heri, temen Mama kamu. Dulu Neng sering banget main sama anaknya si Ale itu."

"Ale-ale?" Zeta langsung teringat sebuah minuman rasa jeruk yang membuat tenggorokannya gatal jika ia  telah meminumnya.

"Itu kan minuman, Mbah?"

"Ih lain ale-ale minuman Neng, tapi si Ale temen Neng waktu kecil, ayeuna mah entos ageung mani kasep pisan." (*lain=bukan, *Sekarang mah udah besar ganteng banget.)

Kedua alis Zeta berkerut, semua yang di ceritakan Mbah Iin sama membingungkannya seperti saat Zeta mencoba menebak teka-teki Cak Lontong yang berada di aplikasi handphonenya.

"Tata lupa Mbah." Ujar Zeta pasrah, ia tidak mau lagi membuat kepalanya semakin pusing akibat memikirkan si Ale-ale yang Mbah Iin maksud.

"Yaudah, Mbah udah minta dia nemenin kamu keliling-keliling Kuningan kok."

"Kapan Mbah?" mata Zeta terus memperhatikan pergerakan Mbah Iin yang sedang berjalan menuju dalam rumah dengan ember kosong yang dipegang di tangannya.

"Besok lusa Neng. Engke Neng dangdan mangka geulis nya! Lumayan Neng buat di jadiin kabogoh mah." (*nanti Neng dandan biar cantik ya! Lumayan Neng buat di jadiin pacar.)

Setelah itu tubuh Mbah Iin hilang di telan daun pintu yang perlahan kian menutup. Sehingga saat ini taman menyisakan Zeta yang masih kebingungan akan sosok yang di maksud Mbahnya itu.

Ditengah kebingungannya, Zeta dikejutkan oleh suara pesan wattsapp yang masuk ke handphonenya. Di sana Zeta langsung mendapati pesan dari Jejen alias Jeny sahabat nya di Jakarta, seorang cewek manja dengan rasa kepedulian tinggi itu yang membuat Zeta betah sahabatan lama dengannya.

Jeny:
P
P
P
P
Bales bego!

Zeta:
Perasaan inisial gue bukan P, tapi lo demen banget ngeWA gue P.

Jeny:
Maksudnya P itu Ping bego!

Betewe kapan balik Je?

Kasian moli gak ada yang mandiin:(

Bulunya udah kucel iii

Zeta:
Ini WA bukan BBM Je!

Baru tiga hari

Suruh dia mandi sendiri Je.

Dia udah gede, malu sama doinya dong masa masih di mandiin sama majikannya.

Zeta selalu dibuat tertawa jika membicarakan topik seputar moli, kucing manja kesayangan Jejen yang selalu minta dimandikan oleh Zeta. Katanya si, moli gak mau makan kalo belum di mandiin Zeta. Tapi paling itu hanya akal-akalan Jeny saja yang malas memandikan moli yang kerap kali nyakar-nyakar itu.

Jeny:
Eh tapi ini beneran deh, cepet balik ada yang lebih penting dari pada moli!!

Kening Zeta seketika berkerut, membayangkan hal apa yang lebih penting dari pada moli, "paling gak jauh dari diskon gede-gedean di Zara."

Pesan Jeny kembali masuk, kali ini pesannya menunjukkan bahwa perkiraan Zeta barusan salah.

Jeny:
Ini soal mantan yang harus di bunuh mati bareng pacar barunya.

Hi, IQBAAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang