Lima menit kemudian Zeta keluar dari kamarnya dengan keadaan yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Setidaknya walaupun belum mandi, tetapi Zeta sudah mengganti baju, menggosok gigi dan memakai parfum untuk bertemu dengan Ale.
"Sorry ya lama." Zeta menduduki sofa kosong di sebelah Ale.
Ale menatap Zeta dengan senyuman yang ia tahan dengan maksud ingin menggoda Zeta yang kepergok bawa tidur jaket orang.
Zeta yang merasa kikuk dan malu pun lantas memberikan senyum kakunya kepada Ale.
"Yang tadi sorry ya, soalnya gue lupa-- eh maksudnya anu, itu gue gak sengaja ke bawa tidur."
"Gak sengaja kebawa tidur apa sengaja di tidurin??" goda Ale.
Warna merah pun perlahan terlihat dari kedua pipi Zeta. Alamakkk, malu banget ini rasanya makk!!
Beberapa saat kemudian Zeta pun sadar akan tingkah konyolnya saat ini. Lah kenapa gue jadi kayak anak SMP yang jatuh cinta. Pliss Ta lo bukan ABG alay yang baru ngerasain cinta.
Setelah ekspresi Zeta kembali normal. Zeta kemudian menanyakan ada maksud apa Ale datang ke rumahnya pagi-pagi?
Ngajak jogging lagi? Oh No! Sudah cukup badannya pegal-pegal waktu itu!
Ngajak ke pasar? Gak mungkin emang ada acara apa Ale ngajak Zeta ke pasar.
Ngajak naik sepedah? Tidak-tidak, Zeta tidak mau kejadian masa kecilnya terulang lagi.
Ngajak makan bubur? Boleh tuh, tapi Zeta kan belom mandi, up deh up.
"Terus ngajak apa dong?" ucap Zeta refleks.
"Hah? Kamu ngomong apa Ta?" tanya Ale kebingungan.
"Eh enggak, enggak. Maksud gue kok tumben pagi-pagi ke rumah? Mau ada apa Le?"
"Mau ngajak makan ini." Ale mengangkat kresek hitam yang berada di tangan kirinya.
"Itu apaan? Bubur?"
Ale kemudian menggeleng, "lontong sayur, tapi udah dingin. Kamunya kelamaan tadi."
"Lah, gue belum mandi Le, gue mandi dulu deh ya." Pinta Zeta.
"Jangan, nanti makin dingin. Gak usah mandi Ta."
"Mandi aja deh Le, nantinya--"
"Kamu tetep cantik meski belum mandi."
Dengan seketika Zeta ingin sekali mencakar bantal sofa yang ada di pangkuannya, tapi sayang sepertinya tidak bisa karena yang harus Zeta lakukan saat ini adalah menutupi rona merah di pipinya dari jangkauan mata Ale.
Dengan cepat Zeta bangkit dari duduknya tanpa melihat ke arah Ale, "gue ngambil mangkok dulu."
***
Keduanya makan dalam keadaan hening, hanya ada suara sendok yang saling beradu dengan piring, ditambah dengan suara degupan jantung Zeta, itupun jika Ale mendengarnya. Karena sejujurnya jantung Zeta rasanya ingin melopat dari dalam dada, yang Zeta khawatirkan Ale dapat mendengar suara itu dengan jelas.
Oh iya soal kedua Mbahnya, Ale memang benar-benar pintar menyogok keduanya, sehingga mereka berdua tidak mengganggu acara sarapan Ale dan Zeta karena telah terlebih dahulu sibuk bersama dua porsi nasi uduk yang di bawakan Ale.
"Oh iya saya ke sini mau bilang sesuatu ke kamu, Ta."
Whatt? Sesuatu?
Sesuatu apaan?
Sesuatu lagunya tante Syahrini?
Apa sesuatu yang ada di hatimu Le?
Stop Zeta tak kuat, Zeta takut hal itu terjadi.
"Sesuatu apa?"
"Itu--- nanti sore saya mau ngajak kamu nonton Ta."
Jlebbb...
Kok GR sekali Bung!!
Untung Zeta tidak GR berlebihan sehingga sakitnya juga tidak berlebihan.
"Boleh, ide bagus tuh." Jawab Zeta so bahagia. Padahal kenyataannya...
"Oke nanti saya jemput kamu jam lima sore ya, supaya gak kemaleman."
"Oke Captain."
"Yaudah sekarang saya gak bisa lama-lama soalnya ada keperluan. Makasih ya udah mau nemenin saya makan."
"Iya Le, makasih lontong sayurnya."
Setelah kepergihan Ale, Zeta membereskan semua peralatan makan bekas ke duanya, setelah utu Zeta kembali ke kamarnya untuk melanjutkan obrolannya dengan Jeny yang tadi sempat terputus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, IQBAAL✔
General Fiction[Complited] "Kamu sekarang sudah dewasa ya, gak suka lagi pakai bando kaya dulu." ujar Ale. "Yaiyalah, masa gue terus-terusan mau pakai begituan sampe SMA. Entar yang ada gue di katain sama temen-temen gue." Timpal Zeta tak terima. "Tapi saya lebi...