8.2

1.4K 102 0
                                    

Melihat kehadiran  Zeta Ale lantas melambaikan tangannya ke arah Zeta. Namun Zeta tidak membalas dan hanya tersenyum kaku ke arah Ale.

Tiba-tiba Mbah Iin datang menerobos dari ruang keluarga menuju ke arah Ale untuk menanyakan maksud dan tujuan Ale datang kemari, padahal kan sudah jelas-jelas tidak ada tujuan lain selain mengajak cucu nya jalan-jalan.
Zeta hanya mendengarkan percakapan mereka dari posisinya tanpa berniat bergabung.

"Mau kemana atuh Le? Kok keluarnya siang gini?" tanya Mbah Iin yang sepertinya sudah menunggu kedatangan Ale sejak pagi tadi, "biasanya kan pagi." Lanjutnya.

"Mau ke pameran pembangunan Mbah, kan ramenya siang Mbah, kalo pagi masih sepi."

"Oh iya atuh." ujar Mbah Iin.

"Yaudah yuk masuk dulu, tungguin Neng Tatanya sambil ngobrol di dalem Le."

Selagi Mbah Udin menuntun Ale menuju sofa, Mbah Iin dengan begitu antusiasnya mengantar Zeta menuju kamarnya untuk segera berganti pakaian. Dengan ogah-ogahan Zeta pun bersedia di tarik oleh Mbah Iin saat itu juga.

"Mbah rasanya Tata males banget ke luar hari ini," ujarnya bohong, karena tidak mungkin ia berbicara yang sesungguhnya kepada Mbah Iin.

"Jadi anak gadis gak boleh males-males, pamali Neng."

Zeta menghela nafas berat, tidak ada cara lain untuk menghindar dari ajakan Ale kali ini.

"Yaudah iya, Zeta ganti baju dulu Mbah." ujar Zeta terpaksa.

***

Zeta menatap area di sekitarnya, ia tak asing dengan tempat ini, ini adalah Pandapa. Tempat yang pernah di kunjungi Ale dan Zeta pada waktu malam itu. Zeta yang sempat menceritakan hubungannya di tempat ini, dan ah yasudahlah..


Tempat yang awalnya hanya lapangan dan taman kini berubah menjadi di penuhi oleh tenda stand para penjual makanan, aksesoris maupun benda-benda lainnya. Saat memasuki pameran tersebut, Ale dengan sengaja menggenggam tangan Zeta dengan alasan takut hilang karena pengunjung di sini sangatlah ramai, dengan canggung Zeta pun hanya bisa membiarkan tangannya ada di dalam genggaman Ale.

Untuk melupakan kecanggunganya, Zeta mencoba fokus pada stand-stand yang menjual berbagai macam benda, hingga tanpa sadar Ale mengajak Zeta masuk ke sebuah stand aksesoris. Di sana barulah Ale melepaskan tanggannya.

Saat Ale sedang mengobrol dengan sang penjual, Zeta memilih melihat-lihat kalung yang ada di sana, bagus- bagus tapi Zeta tidak tertarik, hingga beberapa menit kemudian Ale mengajak Zeta berkeliling kembali.

"Gimana pameran ini Ta?"

"Lumayan."

"Lumayan apa nih?" tanya Ale memastikan.

"Lumayan bikin capek, luas banget soalnya."

"Yah baru segini udah capek, dasar siput." Ujar Ale kemudian menoel pipi Zeta.

Ale menarik Zeta ke arah luar pameran, tidak terlalu luar si tepatnya pinggir pameran untuk mencari tempat duduk yang memang sudah tersedia di taman Pandapa.

Setelah berhasil mendapatkan tempat duduk, Ale mendudukan Zeta di sana.

"Tunggu di sini kalo capek. Saya ke sana dulu ya." ujar Ale sembari beranjak meninggalkan Zeta.

Belum sempat Zeta berbicara, Ale sudah berlari memasuki pameran kembali.

"Yah gue di tinggal."

Dari pada terlihat seperti anak hilang, Zeta memilih memainkan handphonenya. Limabelas menit kemudian saat Zeta masih asik dengan handphonenya,  tiba-tiba dari samping tubuh Zeta ada asap yang mengepul, saat Zeta menengokkan kepalanya ke belakang di sana Zeta mendapati Ale yang sedang tertawa.


Sialan Dragon breath, kirain apaan, ujar Zeta dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sialan Dragon breath, kirain apaan, ujar Zeta dalam hati.

"Ih Ale! Ngagetin tau gak."

Ale yang cengegesan kemudian mengambil tempat di samping Zeta, tangannya penuh oleh dua kantong plastik.

"Dari mana lo?"

Ale mengacungkan plastik yang ia pegang di kedua tangannya. "Beli ini."

Ale kemudian memberikan satu kantung plastik kepada Zeta, "itu buat kamu, cepet di makan. Entar pingsan saya yang di marahin Mbah."

Zeta mengangguk semangat, tau saja jika perut Zeta memang sudah minta jatah.

"Eh tunggu, kita foto dulu sambil makan dragon breath ini Ta."

Ale kamudian mengeluarkan handphonenya, setelah bersiap dengan kameranya, Ale menyuruh Zeta memakan salah satu makanan berasap itu.

Setelah mendengar aba-aba dari Ale, Zeta kemudian mengeluarkan asap yang berada di mulutnya berbarengan dengan Ale.

"Yaudah yuk makan, kalo kurang bilang ya."

"Porsi makan gue gak sebanyak yang lo kira Le."

"Kan biar gak sekurus ini." goda Ale.

"Ih Ale!!!!"


Hi, IQBAAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang