Ketika memasuki warung ubnormal itu, pandangan Zeta langsung tertuju ke sekelilingnya, mayoritas pengunjung di sana adalah kaum remaja yang sedang nongkrong malam mingguan.
Sama sepeti ubnormal di Jakarta ubnormal di sini pun tak kalah unik dengan di Jakarta, namun jika dibandingkan jumlah pengunjungnya memang akan berbanding jauh dengan di Jakarta.
Jika melihat suasana tempat ini Zeta jadi mengingat suatu kejadian satu tahun yang lalu, saat Zeta kelas sebelas ia pernah di ajak oleh temannya malam mingguan, katanya si mau nongkrong di warung ubnormal, tapi karena penuh dan tidak kebagian tempat Zeta malah di bawa Clubbing oleh temannya itu, bagi Zeta itu yang terakhir baginya memasuki tempat tersebut, Zeta tidak mau lagi memasuki tempat itu karena menurutnya tempat itu adalah tempat berbahaya.
Ketika akan mencari tempat tiba-tiba terdengar suara panggilan yang tertuju pada Ale, Ale pun langsung menengok ke arah meja yang berada di sudut ruangan. Mereka yang ada di sana melambaikan tangannya kepada Ale, mengajak Ale untuk gabung bersama mereka.
Sebelum menghampiri bangku di pojok sana, Ale terlebih dahulu menengok ke arahku yang sedang kebingungan, ia lalu menyuruh ku untuk mengikutinya.
Sesampainya di meja tersebut, Ale kemudian menerima salaman dari teman-temannya yang sedang berkumpul di sana, setelah selesai bercengkrama dengan Ale tiba-tiba salah satu di antara mereka melihat ke arahku.
"Itu siapa, Bal? geulis pisan anjir." (*cantik banget.)
"Nyaneh mah kabeh ge geulis!" timpal Ale dengan kekehan. (*kamu mah semua juga cantik!)
Zeta pun jadi merasa kikuk ketika sadar bahwa dia sedang menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di meja tersebut. Zeta kemudian mengarahkan pandangannya ke arah lain untuk meredam malu yang sedang melanda.
Setelah selesai berbicara dengan teman-temanya, Ale pun mengajak Zeta menuju sebuah meja di sudut lain yang jauh dari teman-temannya itu.
Setelah memesan makanan dan kemudian makananya datang, yang mereka berdua lakukan hanya mengobrol berbagai macam topik, tapi walaupun begitu obrolan keduanya tidak membosankan malahan terasa seru, terkadang keduanya sampai tertawa akibat obrolannya itu.
Setela selesai makan, Ale manawari Zeta untuk mencari tempat lain karena Ale khawatir Zeta merasa bosan dengan aktivitasnya saat ini, namun Zeta menolak baginya mengobrol dengan Ale itu tidak menimbulkan rasa bosan seperti mengobrol dengan orang lain. Karena Zeta menolak yasudah Ale menurutinya saja dan kembali melanjutkan obrolan keduanya.
Namun di tengah obrolan yang sedang asyik, tiba-tiba ada seseorang yang tak di duga datang tiba-tiba menggengam tangan Ale dengan erat.
Ale yang terkejut dengan refleks menghempaskan lengan yang memeganginya itu.
"Bal, aku mau jelasin semuanya sama kamu." ujar wanita itu memohon kepada Ale.
Namun yang Zeta perhatikan Ale tidak merespons wanita itu sedikit pun, Ale yang saat ini terlihat dingin dan cuek, intinya tidak seperti Ale yang biasanya bersama Zeta.
Tidak ingin ikut campur dengan masalah yang terjadi diantara kedua orang di hadapannya, Zeta lantas menundukkan kepalanya untuk menatap layar handphonenya yang berkali-kali menunjukkan layar home dan menu.
"Bal, kamu salah paham, Bal."
Zeta dapat melihat lewat ujung matanya bahwa wanita itu kini sedang menggenggam lengan Ale lagi, dan yang Zeta lihat juga Ale masih tetap tidak merespons.
Melihat drama di hadapannya ini yang Zeta rasakan adalah sedikit panas di dalam dadanya, entah api apa yang sedang melahap perasaanya saat ini.
Namun tak lama Zeta di buat terkejut karena Ale tiba-tiba menarik tangannya untuk meninggalkan tempat ini. Untung Zeta sudah siap, jika tidak bisa saja Zeta tadi terjungkal.
Saat tangannya di tarik oleh Ale, mata Zeta tak sengaja tertuju ke arah mejanya tadi, dan di sana Zeta mendapati sepasang bola mata yang sedang menatap sinis ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, IQBAAL✔
General Fiction[Complited] "Kamu sekarang sudah dewasa ya, gak suka lagi pakai bando kaya dulu." ujar Ale. "Yaiyalah, masa gue terus-terusan mau pakai begituan sampe SMA. Entar yang ada gue di katain sama temen-temen gue." Timpal Zeta tak terima. "Tapi saya lebi...