Kenapa rasanya berat untuk membuka mata di hari ini? Kenapa rasanya berat untuk mendapat kenyataan bahwa hari ini Zeta akan pulang? Kenapa rasanya berat harus meninggalkan kota ini? Meninggalkan Mbahnya, dan meninggalkan kenangan manis di kota kecil ini?
Namun bagaimana pun Zeta harus tetap pulang, memberekan semua barang-barangnya dan berusaha tegar melepas rasa nyamannya di rumah ini.
Setelah semua barangnya berhasil terkemas ke dalam satu koper dan satu tas gendongnya, Zeta memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur, menghilangkan segenap lelahnya setelah memberesakan barang-barang tersebut.
Perlahan mata Zeta tertutup pelan, namun yang ia dapat setelah itu adalah kilatan kenangan-kenangan selama ia tinggal di kota ini. Bagaimana saat ia pertama masuk ke kamar yang damai ini, saat pertama bertemu Ale karena tak sengaja bertabrakkan di taman kota dan menjatuhkan es anti galaunya, saat hari-harinya di habiskan bersama Ale, saat Ale perlahan menghapus luka hatinya, dan terakhir saat Zeta harus mengucapkan kata perpisahan pada Ale.
Tanpa sadar air mata perlahan menetes ke pipinya, dan Zeta pun langsung menghapusnya.
"Kenapa rasanya gak mau ninggalin lo? Kenapa rasanya hati ini udah terikat sama lo? Kenapa?"
Zeta kemuadian bangkit, memilih duduk menyilangkan kakinya di atas kasur. Zeta lalu mencari cari kotak kardus yang ia beli di toko aksesoris beberapa hari lalu, ia kemudian mengambil buku sketsanya dan mencari-cari halaman yang sempat ia gambar. Setelah menemukannya ia kemudian menyobekknya, sebelum menaruhnya ke dalam kotak, Zeta terlebih dulu tersenyum melihat hasil gambarannya itu.
Kemudian ia kembali menyobek halaman kosong di dalam buku sketsanya itu.
Lama-kelamaan halaman kosong itu terisi penuh oleh tulisan tangan Zeta yang gak bagus-bagus amat. Walau tulisannya jelek, tapi Zeta bangga karena ia telah berani menuliskan suara hatinya hingga sepanjang ini.
Setelah selesai dengan aktivitasnya, Zeta melirik jam yang menempel di dinding, ternyata sudah jam satu siang, itu artinya tinggal tiga jam lagi Zeta ada di kota ini, karena pukul empat nanti Zeta harus pergi ke stasiun.
Setelah selesai dengan persiapannya, Zeta memilih keluar dari kamar, berkumpul dengan kedua Mbahnya untuk menikmati kebersamaannya yang semakin menipis.
Dari pintu kamarnya Zeta melihat Mbah Udin dan Mbah Iin yang sedang menonton TV. Tanpa ragu Zeta ikut nimbrung di antara keduanya.
Zeta kemudian membaringkan kepalanya di atas paha Mbah Iin, ia merasakan kenyamanan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Mbah gak sedih Tata mau pulang?" tanya Zeta, matanya tidak mengarah pada Mbahnya, tapi mengarah pada acara TV yang sedang tayang di hadapannya.
"Sedih atuh Neng, nanti Mbah kesepian lagi." jawab Mbah Iin.
"Neng mangkanya sering-sering ke sini, karena kita berdua gak cukup kuat buat nyamperin Neng ke Jakarta." Ujar Mbah Udin setelahnya.
Perlahan cairan hangat itu tak bisa Zeta tahan lagi, cairannya perlahan jatuh ke pipinya. Kemudian usapan tangan Mbah Iin membuatnya jatuh semakin deras.
"Mbah Udin sama Mbah Iin panjang umur ya, biar Zeta masih punya tujuan buat datang ke sini lagi." Ujarnya dengan suara parau.
"Iya Neng, Neng sekolah yang bener di sana ya, jangan buat si Papah sama Mamah kecewa."
Zeta dapat mendengar suara Mbah Iin yang sama paraunya dengan suaranya tadi.
"Kalau Neng udah punya suami, Mbah Iin sama Mbah Udin udah gak ada. Neng tinggal di sini, jagain rumah ini ya."
Zeta lantas menggeleng kuat, "Ngak Mbah, Mbah bakalan panjang umur kan sampai liat anak-anak Tata besar nanti?"
"Mbah gak jamin itu Neng. Semua Allah yang ngatur." Ujar Mbah Udin.
Hari ini Zeta habiskan untuk menebus rindunya selama bertahun-tahun kepada kedua Mbahnya itu. Rasanya berat meninggalkan kedua Mbahnya ini.
"Neng kapan ke sini lagi?" tanya Mbah Udin. Kini obrolan mereka sudah lebih santai dari sebelumnya.
"Gatau Mbah, Tata kan masih harus kuliah. Paling nanti kalo nyuri-nyuri waktu liburan Tata nyempetin ke sini."
"Sering-sering ke sini lah, gak kangen apa sama kita Neng."
"Ih siapa bilang gak kangen, kangen lah Mbah." kata Zeta tak terima.
"Kalo sama Ale kangen gak?"
Wajah Zeta langsung bersemu merah mendengar pertanyaan itu.
================
Hay hay hayy selamat sore, maaf ya baru bisa update sekarang. Oia btw thanks buat yang udah nyempetin comment di Question kemarin❤
Dan sedikit pengumuman, Hai Iqbaal ini bentar lagi ending loh, ya kira-kira lima part lagi dia update❤
Terimakasih banyak ya❤-NS-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, IQBAAL✔
General Fiction[Complited] "Kamu sekarang sudah dewasa ya, gak suka lagi pakai bando kaya dulu." ujar Ale. "Yaiyalah, masa gue terus-terusan mau pakai begituan sampe SMA. Entar yang ada gue di katain sama temen-temen gue." Timpal Zeta tak terima. "Tapi saya lebi...