[7] Suffer (M)

6.5K 417 16
                                    

***

Chapter ini mengandung konten dewasa!

YOU HAVE BEEN WARNED!

***


Luhan merasa sangat tidak nyaman di tempat tidurnya. Dia ingin bergerak tapi tak bisa. Dia di paksa untuk tetap berada di posisi itu.

Dan bagian terburuknya adalah ruangan itu sangat panas, sedangkan dia memakai Onesie berlengan panjang beserta selimut yang membalutnya.

"MMMHHHHH!!!" Dia berteriak sekuat tenaga, tapi tidak cukup keras untuk menarik perhatian Sehun. Dia membutuhkan Sehun untuk masuk dan melepaskan selimutnya, tapi dia tidak bisa bersuara karena dot sialan itu.

Entah Luhan juga menginginkannya atau tidak, susu itu terus mengalir ke mulutnya dan dia mendapati dirinya tetap meminum susu itu dan menghisapnya dari dot.

Tidak perlu waktu lama sebelum susu itu berefek kepadanya. Dia memejamkan mata dan tertidur.

Tidak cukup lama Luhan tertidur, kantong susu hampir kosong setengahnya dan dia merasa bahwa dia benar-benar harus buang air kecil.

Tidak mungkin dia buang air kecil di popoknya. Rasanya hal itu terlalu memalukan. Jadi, dia berusaha membuat suara sebanyak mungkin untuk membangunkan Sehun.

Luhan menghentak-hentakkan tangannya ke palang yang berada di tempat tidur itu, dia menendang kakinya sambil berteriak dengan mulut ber-dot.

Thankfully, suara itu cukup keras untuk Sehun yang memasuki ruang bayi itu.

"Apa yang kau butuhkan, baby? Apa kau merasa panas?" tanya Sehun saat melihat Luhan yang bermandikan keringat.

Luhan mengangguk dengan cepat, tapi bukannya melepas selimut yang membalut Luhan, Sehun hanya menurunkan suhu ruangan.

"There you go, tidur yang nyenyak." Sehun berkata seraya berbalik.

"MMMMMPPPPP!" Teriak Luhan lagi lalu Sehun kembali berbalik menghadapnya.

"Apakah ada yang salah?" Sehun bertanya padanya dan Luhan mengangguk.

"Apakah rasa susu itu aneh?" Sehun bertanya dan Luhan menggelengkan kepalanya.

"Um, apakah obatnya tidak bekerja, hingga kau tidak bisa tertidur?" Tanya Sehun.

Luhan menggelengkan kepalanya lagi dan bergumam. Sehun memeriksa pouch susu itu dan melihat isinya telah habis sebagian.

Dia tahu apa yang diinginkan Luhan.

"Apakah kau ingin pipis?" Tanya Sehun dan Luhan mengangguk panik.

"Silahkan, baby. Itulah gunanya popok." Ujar Sehun dan Luhan menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, jangan gunakan popok itu, tapi aku tidak akan melepaskanmu dari tempat tidur. Jadi, kau bisa tetap menahannya hingga kau memutuskan untuk menyerah." Jelas Sehun.

Luhan hampir menangis, tapi dia menolak menangis untuk Sehun. Itu hanya akan menambah fantasi liar pemuda tampan itu.

Luhan melihat Sehun berjalan ke pouch susu dan menekan sebuah tombol.

Dengan segera susu itu mengalir ke Luhan jauh lebih cepat dari yang sebelumnya dan dia harus menelan itu, dimana hal itu semakin menekannya untuk segera pipis.

Dia tidak tahan lagi. Kantung kemihnya terasa akan meledak, dan sebelum dia menyadari itu dia merasakan bahwa dirinya telah pipis di popoknya. Sehun tersenyum puas saat melihat ekspresi malu di wajah Luhan. Dia menurunkan kembali kecepatan susu itu dan menopang tubuhnya untu mencium Luhan lagi.

"Good job, baby. Mimpi indah." Ujar Sehun saat dia pergi. Luhan merenggut dan menjerit frustrasi, sekarang dia bahkan merasa lebih tidak nyaman dibandingkan sebelum popoknya basah. Tidak bisa dipercaya.

Keesokan harinya ketika Sehun terbangun, dia pergi menuju basement dan mulai menyiapkan beberapa barang. Dia menyeringai begitu dia merasa siap dan kembali naik ke kamar Luhan.

Luhan tampak begitu cantik. Tertidur nyenyak di kandang bayi itu. Tangan dan kakinya masih diikat, sehingga posisinya masih tetap sama seperti semalam.

Dia masih bernafas dengan teratur dan Sehun memperhatikan bahwa secara tidak sadar, Luhan mengisap dot itu meskipun tidak ada lagi susu yang mengalir. Luhan sebenarnya sudah menghabiskannya. Sehun tahu bahwa dengan jumlah obat penawar yang ada di susu itu, dia tidak akan terbangun setidaknya satu jam lagi.

Sehun melepaskan ikatannya dan menggendong Luhan dari tempat tidurnya. Dia membawa Luhan ke meja ganti, menanggalkan Onesie Luhan dan melepaskan popoknya.

Popok itu sangat basah, sepertinya Luhan sudah buang air setidaknya 2 kali. Hal ini membuat Sehun sangat bahagia. Dia segera membersihkan bayinya, sebelum dia mengikat popoknya, dia mengambil beberapa mainan khusus dan kembali ke Luhan.

Sehun menuangkan lube Strawberry yang baru saja dia ambil ke jari-jarinya, kemudian bermain dengan lubang kecil milik Luhan.

Lubang itu sangat kecil dan berkerut, Sehun ingin merasakannya.

Dengan cepat Sehun menyelipkan beberapa jari ke dalam lubang hangat yang sangat kencang itu dan mulai meregangkan jarinya.

Luhan mulai merengek dan mengerang saat tidurnya, Sehun melihat penisnya mulai terbangun.

Sehun mengeluarkan jari-jarinya dan mengoleskan dildo besar itu dengan lube. Dengan perlahan Sehun memasukkan dildo besar itu ke dalam hole Luhan. Setelah menggerakkannya sebentar, Luhan melenguh keras dengan dot dimulutnya tapi dalam keadaan tertidur.

Sehun tahu dia baru saja menemukan spot yang dia cari. Dia meninggalkan dildo itu di dalamnya dan memasangkan cock ring ke junior Luhan yang telah mengeras, kemudian memasang popoknya.

Sehun membawa Luhan turun ke basement dan mendudukkannya di sebuah kursi besar di tengah. Dia mulai mengikat Luhan, saat Luhan mulai terbangun.

Sehun lupa bahwa dia telah melepaskan dot dan Luhan mulai berteriak.

"Apa yang kau lakukan! Biarkan aku pergi!" Luhan berteriak frustrasi karena sekali lagi, dia terikat dengan erat ke kursi. Ada sesuatu didalam lubang pantatnya, dan itu membuatnya terasa terbakar tapi benda itu terus menyentuh sesuatu di dalam dirinya saat dia mencoba bergerak.

Dia tidak tahu apa yang Sehun lakukan padanya.

"Apa yang kau lakukan? Kau pikir apa yang telah kau lakukan?! " Luhan bertanya dengan marah saat ia meronta-ronta dalam ikatannya.

"Baiklah, ingat,kau bilang hyungmu dulu mengikatmu di ruang bawah tanah. Dan kau bilang dia akan memperkosamu. Jadi sementara diriku pergi bekerja, kau akan menjalani kebohongan yang pernah kau katakan. Sama seperti saudaramu, aku tidak akan masuk dan memberimu makan. Aku akan meninggalkanmu di sini hingga aku memutuskan untuk datang dan mengeluarkanmu. Sekarang apa yang kau katakan dulu? Apa yang hyungmu gunakan untuk membuatmu tetap diam?" Sehun menjelaskan kemudian bertanya.

"Oh. Aku percaya bahwa benda itu adalah gag ball."

"Kau tidak bisa melakukan ini padaku! Mereka akan menemukanku ! Kau akan pergi ke penja—mmphhh! " Luhan mencoba untuk protes tapi Sehun mendorong bola merah muda itu ke mulutnya.

"Tidak ada yang mencarimu, Baby." Sehun berbisik saat ia mencium pipi Luhan dan berjalan keluar pintu.

Sehun cepat-cepat bersiap untuk bekerja dan mendengarkan erangan teredam yang datang dari ruang bawah tanah milikknya. Luhan akan menderita, terutama saat Sehun menarik remote kecil itu keluar dari sakunya dan menaikkan kecepatan benda itu menjadi paling tinggi sebelum berjalan keluar rumah.

.

.

.

TBC

[HUNHAN] Call Me Daddy ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang