[9] Brainwash (M)

5.8K 403 5
                                    

***

Chapter ini mengandung konten dewasa!

YOU HAVE BEEN WARNED!

***

Luhan tidak tahu apakah dia bisa mempercayai pria ini, jadi dia hanya duduk dalam diam. Sehun mendengar gemuruh kecil dari perut Luhan dan dia merasa tidak enak, dia tak memberinya makan sepanjang hari.

"Kajja, Luhan. Kita cari sesuatu untuk kau makan." Ujar Sehun pada anak laki-laki yang sedang ketakutan itu di ranjang.

Luhan benar-benar lapar, saat ini dia tidak peduli siapa pria itu. Dia hanya ingin makanan, jadi dia mengangguk.

Sehun berdiri dan memberi isyarat agar Luhan mengikuti di belakangnya, dan Luhan melakukannya. Mereka berjalan ke dapur dan Sehun memberi isyarat untuk duduk di kursi.

"Kau bisa duduk di Luhan." Tutur Sehun, dia mengangguk dan duduk.

"Tolong, Sir. Bisakah kau ceritakan apa yang terjadi dan siapakah dirimu? Aku sangat bingung" bisik Luhan pelan.

"Biar aku membuatkan mu makanan terlebih dahulu, kemudian aku akan jelaskan semuanya." Sehun berjanji.

Luhan mengangguk dan duduk dengan sabar. Kursi yang ada di rumah Sehun lebih besar dari biasanya. Karena Luhan tidak sebesar orang lain saat seusianya, kakinya menggantung begitu dia duduk di kursi itu.

Sehun berpikit itu adalah hal paling lucu yang pernah dia lihat, mengingat Luhan masih mengenakan Onesie. Luhan bergoyang-goyang pelan, berusaha membuat dirinya nyaman di kursinya.

Tapi dia merasakan sesuatu yang aneh di bagian belakang tubuhnya dan itu menusuknya. Dia membuat sebuah catatan untuk menanyakan benda apa yang ada di dalam tubuhnya.

Sehun memasak nasi goreng ayam untuk Luhan. Itu adalah makanan pengisi perut yang baik dan cara dia menyajikannya pun terlihat enak.

Sehun telah selesai menyiapkan semuanya, dia menyajikannya ke dalam dua mangkuk dan mengeluarkan sekotak jus apel lalu menuangkannya ke dalam cangkir.

Kemudian, dia berjalan kembali ke Luhan dan meletakkan mangkuk beserta gelas di depannya. Luhan mengambil garpu dari tangan Sehun dan mulai menyendok makanan itu. Dia kelaparan dan makanannya terasa sangat enak, dia mulai menghabiskannya.

"Woah! Perlahan, Luhan. Tenanglah. Jika Kau makan terlalu cepat, kau akan tercekik." Kata Sehun.

"Aku tidak bisa menahannya! Ini sangat enak." Tutur Luhan dengan mulut penuh.

"Aku senang kau menyukainya. Tapi jangan berbicara dengan kondisi mulutmu penuh." Sehun memberitahunya saat dia duduk di depannya dan mulai makan. Luhan mengangguk dan terus memakan makanannya.

Mereka berdua makan dalam diam, sampai Sehun bergerak dengan cara yang salah dan remote control di dalam sakunya menyentuh meja sehingga vibrator yang dia lupakan masih berada di dalam tubuh LuhaN.

"AAAAAGGGHHHH!!!" teriak Luhan sambil meludahkan makanannya dan memegang meja. Benda di dalam dirinya bergerak dan rasanya .. enak? aneh? dia tidak bisa menggambarkannya.

"Keluarkan!" Teriak Luhan. "Buat itu berhenti!" Mata Luhan mulai dipenuhi air mata.

Sehun dengan cepat mengaduk-aduk isi sakunya dan menarik keluar remote control itu, kemudian menghentikannya. Luhan mulai tenang dan duduk di kursinya sambil terengah-engah.

"Apa itu?" Tanyanya.

"Ugh, ini mainan. Tapi aku tidak sengaja menekannya. Maafkan aku" kata Sehun.

"Sebuah mainan? Kenapa ada di dalam diriku?" Tanya Luhan. Sehun perlu memikirkan kebohongan lain.

"Ini membantumu, Luhan. Setelah semua yang terjadi padamu dengan hyungmu, aku perlu menemukan cara untuk membersihkanmu. Mainan yang berada di dalam mu mampu membantuku untuk memeriksa apakah segala sesuatu di dalam tubuhmu sama sehatnya dengan yang adadi luar. " ujar Sehun.

Luhan berpikir sesaat kemudian mengangguk, rasanya masuk akal. Sehun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, anak itu sangat mudah tertipu.

Luhan selesai makan dan dia menatap Sehun dengan mata doenya.

"Okay, sekarang beritahu aku semuanya" kata Luhan. Sehun mengangguk dan mulai menjelaskan kebohongan lain.

"Ketika kau pergi ke kamar Kris, kau tidak dapat mengingat apapun karena dia terbangun dan memukulmu. Kau terjatuh ke lantai dan kepalamu terbentur. Itu sebabnya kau tidak mengingat apapun." Mulai Sehun.

"Kalau begitu, kenapa aku disini bersamamu? Itu selalu terjadi sepanjang waktu."

"Karena kali ini berbeda. Kris marah dan dia ingin menyakitimu dengan sangat mengerikan. Tapi ibu dan ayahmu menghentikannya. Ibumu memanggilku sementara ayahmu menghentikan Kris. Namun, Kris sangat marah dan dia membunuh ibu dan ayahmu. Aku sampai di sana tepat waktu untuk menyelamatkanmu Luhan. Atau tidak Kris pasti akan membunuhmu juga." Sehun berbohong.

Mata Luhan mulai berair.

"Ibu dan ayah sudah meninggal?" Tanya Luhan, dan Sehun mendesah dan mengangguk.

"Aku sangat menyesal Luhan. Tapi, yang paling penting adalah Kris tidak bisa menyakitimu lagi. "Luhan menyeka air matanya dan mengangguk pelan.

"Jadi kenapa aku terikat di kamar bawah?" Dia bertanya.

"Oh, kau tau, ketika polisi dan dokter mengatakan bahwa kau bisa tinggal bersamaku, mereka ingin memastikan bahwa kau kembali menjadi 'normal'. Jadi meski kau berusia dua puluh dua tahun, kami perlu memperlakukan kau seperti kau masih seperti bayi. Kami harus memulainya lagi dengan dirimu. Jadi aku telah mengajarimu untuk menjadi bayi." Kata Sehun.

"Jadi, itu sebabnya aku memakai popok ini dan Onesie." Luhan berpikit keras. Sehun tersenyum dan mengangguk, sepertinya kebohongannya berhasil.

"Ya, itulah sebabnya. Dan kau terikat ke kursi di lantai bawah karena kau adalah anak nakal. Aku harus menghukummu. Tapi kau adalah anak baik sekarang, kan? "Tanya Sehun.

Luhan berpikir sejenak, lalu mengangguk.

"Ya, aku anak yang sangat baik," kata Luhan. Sehun tersenyum dan mengangguk.

"Aku tahu Kau. Sekarang, sejak kau memulainya dari awal, kau harus memanggilku 'daddy' dan aku akan memanggilmu 'baby', okay?".

"Yes, Daddy" Jawab Luhan.

"Good boy. Sekarang ikut Daddy ke kamarmu agar aku bisa mengganti pakaianmu" Kata Sehun.

Luhan mengangguk dan mengikuti Sehun. Dia sama sekali tidak merasa takut seperti tadi. Mereka memasuki ruang bayi raksasa itu dan mata Luhan berbinar.

Ruangan itu sangat indah. Kamarnya yang indah.

Lalu, dia merasa Sehun menggendongnya ke meja ganti. Luhan tidak melawan sehingga Sehun tidak perlu menahannya.

Dia melepaskan Onesie dan popok Luhan. Dia melihat penis lemas itu dan cock ring dipangkalnya. Dengan cepat, Sehun melepaskan cock ring itu dan mulai mengeluarkan mainan yang ada di hole Luhan.

Dia mendengar Luhan mulai merengek dan dia tidak bisa menerimanya. Dia harus memiliki Luhan sekarang.

.

.

.

TBC

[HUNHAN] Call Me Daddy ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang