[17] Dealing with His Babies

4.1K 336 12
                                    

Paginya, Sehun terbangun dengan rasa puas melihat Luhan masih tertidur di kasurnya. Luhan tidak mencoba melarikan diri, itu adalah suatu kemajuan kecil. Dia menyibakkan sedikit selimut yang membungkus Luhan dan melihat bekas berwarna merah padam yang tertinggal di pantat bayinya.

Dia merasa bersalah melihatnya, tapi dia tahu Luhan pantas dicambuk. Sehun mengangkat tangannya dan dengan lembut menekan salah satu daerah lebam yang masih sensitif, Luhan meringis dalam tidurnya dan meringkuk menjadi bola kecil. Sehun mendesah dan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

Syukurlah, ketika Sehun kuliah ia sempat memasuki kelas khusus dalam bidang gangguan kepribadian yang extreme. Itulah yang membuatnya menjadi seorang psikiater hebat. Tidak semua pasiennya memiliki gangguan kepribadian, namun mengetahui dasar-dasar kelainan itu akan mempermudahnya untuk mengetahui apa yang salah dengan pasien itu atau bagaimana cara membantu mereka.

Sehun menghabiskan beberapa tahun pertama bekerja dengan Multiple Personality Patients. Pasien seperti itu terasa sangat sulit untuk didiagnosis karena beberapa orang benar-benar gila. Tapi Sehun tahu bagaimana mengatasinya.

Namun, kasus Luhan cukup langka. Tidak seperti kebanyakan orang lain, Luhan memiliki kemampuan untuk mengendalikan identitas lainnya dan mengingat tindakan sebelumnya. Tidak banyak orang yang mendapat kelebihan itu, paling orang yang biasanya memiliki kelainan seperti Luhan akan pingsan dan tidak tahu apa yang mereka lakukan saat kepribadian lain menguasai mereka.

Ini adalah hal yang positif, akan lebih mudah bagi dirinya untuk mengendalikan Luhan. Sehun berasumsi bahwa Luhan tidak dilahirkan seperti ini, tapi dia yang membuat dirinya seperti ini. Dia harus memastikan ini pada Luhan.

Sehun selesai menyiapkan makanan dan pergi membangunkan Luhan.

"Bangun baby." Sehun berkata sambil mengguncangnya.

"Tidak, get away asshole. Jangan sentuh aku." Gumam Luhan.

Sehun mengerutkan kening dan dengan mudah memukul pantat Luhan. Luhan mendesis kesakitan saat dia membuka matanya dan melotot pada Sehun.

"Sudah kukatakan baby, kita bisa melakukan ini dengan cara yang mudah atau dengan cara yang sulit." Ujar Sehun sambil menggendongnya.

Luhan mengerutkan kening tapi membiarkan dirinya dibawa. Sehun meletakkannya di meja ganti dan mengikat lengannya. Dia mulai menganggalkan popok Luhan dan Luhan dengan cepat mulai menendang.

"Baby, berhenti sekarang juga. Apakah kau benar-benar ingin terkena hukuman?" tanya Sehun.

"Tidak, tapi aku tidak ingin menggunakan popok sialan itu" kata Luhan.

"Kau tidak punya pilihan." Kata Sehun sambil berusaha menghentikan kaki Luhan dan meletakkan popok di bawahnya.

Dia mengeluarkan krim khusus dan memoleskannya ke pantat sakit milik Luhan. Krim itu terasa dingin untuk membantu mengurangi rasa sakit. Sehun memasangkan popoknya. Sebelum Luhan terus menendang, Sehun menyelipkan lengannya dan melepaskan ikatan Luhan sehingga anak laki-laki itu masuk kedalam pelukannya.

"Lihat Luhan, jika kamu tidak berontak maka semuanya akan jauh lebih mudah. Menyerahlah padaku." Tutur Sehun.

"Tidak!" protes Luhan. Sehun mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya saat ia membawa Luhan ke ruang makan dan mengikatnya ke kursi tinggi.

"Aku tahu kau tidak akan menyerah dengan mudah, dan aku tidak akan mencoba untuk memaksamu. Kau mungkin mengira diriku seorang bajingan, tapi pada nyatanya aku bukanlah orang seperti itu. Awalnya aku memberikanmu segala kemudahan, tapi kemudian kau memberontak sehingga aku harus bersikap keras. Aku tahu kau tidak ingin makan bubur ini sekarang dan aku akan memberimu makanan padat. Tapi Lulu sudah terbiasa dengan hal itu dan akan sangat buruk jika perutmu langsung menerima makanan padat. Jadi, kau harus memakan ini." Sehun memberitahunya mencoba untuk sedikit bersimpati.

[HUNHAN] Call Me Daddy ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang