🌸Pertemuan

2.3K 88 0
                                    

Musim semi masi menghiasi negara tembok berlin itu.bahkan harum bunga tulip yang baru bangun dari tidurnya saat musim dingin sampai terasa ke indonesia.

Salwa meletakkan ponselnya setelah menerima pesan dari abi.
Ia menarik nafas dalam-dalam seraya merasakan musim yang sama seperti dijerman walau sekarang yogyakarta dilanda musim hujan dipertengahan bulan mei."

"Assalamualaikum calon bidadarinya surgaku"
Bersabarlah karena aku sedang bekerja keras.semoga kita disatukan menjadi dua hamba yang baik.Dipertemukan diwaktu yang baik.Dengan cara yang baik .Oleh Sang Maha Baik.

"Dengan rasa luar biasa tak bisa digambarkan salwa membalas pesan abi.
"Waalaikumsalam.Selamat bekerja keras Adam.untuk menghalalkan ku ya".

                         ***
Setelah lulus S2 aku menjadi seorang dosen psikologi di universitas gadjah mada.selain menjadi dosen aku juga sering dipanggil untuk mengisi seminar para remaja.

Begitu juga kegiatanku dirumah pelangi tidak perna aku tinggalkan.
Sejak memiliki kepastian akan ada seseorang yang akan menghitbahku dua tahun lagi.
Aku tidak perna lagi khawatir tentang diriku.
Hari-hari yang kulewati  sejak kepergian abi ke Jerman.kusibukkan dengan bekerja dan hal-hal yang lainnya.

Hingga hari itu datang.....
Tak terduga memang.seperti biasa ba'da ashar aku baru sampai dirumah setelah pulang pengajian dan mengajar .

Kudapati rumah sedang ada tamu.itu terlihat dari sebuah mobil BMW Hitam yang sedang terparkir dihalaman.

"Mobil siapa pak ?aku bertanya pada  pak kardi satpam rumahku yang sedang mengotak-atik kamera cctv didekat pos .
"Gak tau non .keliatannya si teman bapak.
Jawab pak kardi sambil mengerutkan keningnya.
"Kalau gak bisa panggil ahlinya aja pak.kataku melihat pak kardi sepertinya  kesulitan.
"Baik non ujarnya dengan wajah sedikit lega.

.Kulangkahkan kakiku memasuki halaman.
rumah.

sampai didepan pintu aku berhenti sejenak sambil mendengarkan suara siapa didalam yang sedang berbicara pada abah.sepertinya aku mengenalnya.

Entah kenapa perasaanku tidak tenang.jantung memompa darah begitu cepat hingga oksigen tak mampu masuk kekepalaku.
"Setelah mengucapkan salam dan masuk .abah dan umi menyambutku.

"Ayo salwa beri salam pada ustadz jalal dan ustadzah maemunah dan untuk nak Azzam.
Sambil tersenyum aku memberi salam ketiganya dengan menelungkupkan tanganku didada.

Kalau untuk dua orang ini aku mengenalnya tidak lain mereka adalah sahabat abah.tapi pria ini ?
Namanya saja baru aku mendengar.

Abah melihat padaku yang sejak tadi masi berdiri dengan mata yang berputar-putar sambil berfikir.
"Sini ...ucap abah lagi..sambil menepuk sofa persis ditengah abah dan umi.

"Begini nak salwa..ustadz jalal mulai buka suara.dan jantungku mulai berdetak sangat kencang.
"Maksud kedatangan kami kesini sudah saya jelaskan pada abahmu..

"Iya nak..sambung abah lagi .
Sekarang tinggal bagaimana dengan kamu salwa.?
Nak azzam sudah lama mengenalmu .
Tapi mungkin dia hanya melihat mu dari jauh.sampai dia benar-benar yakin bahwa dia pantas untuk mu.
Dan mengutarakan niat baiknya pada abah untuk menghitbahmu.

"Duaarrrr .......seperti disambar petir disiang bolong aku gemetaran.badanku terasa panas dingin.sesekali keringat keluar dengan liarnya dari sela-sela hijabku.
Walaupun ruang tamu ini dilengkapi ace masi saja terasa panas sekali..

Aku tidak tau apa yang harus aku jawab pada abah.sebab keberadaan abi.belum perna aku ceritakan pada abah.karena abi belum siap untuk itu.dia butuh waktu .

Sedang hatiku sudah lama aku tautkan pada sosok pria yang karismatik dan shaleh  itu.bahkan harum citrus yang menjadi ciri khasnya mampu aku rasakan ditengah-tengah suasana tegang ini.

Disini aku tidak mau mengecewakan hati abah.tapi di lain sisi ini tentang hatiku.
Allah....tolong salwa batinku.sambil terisak dalam hati.

"Namanya Ahmad Azzam farizi salwa."kali ini suara umi mengagetkan sambil menggenggam tanganku .umi tau kalau aku sedang gelisa.
Tapi orang diruangan ini semua hening menunggu keputusanku yang sejak tadi hanya tertunduk.

"Maaf... aku mangangkat kepalaku dan sekilas memandang pria itu.sepertinya wajah itu tidak asing.apakah aku perna melihatnya?kalau iya dimana?
Tapi ..salwa belum menemukan jawaban.

"Bismillah...sejujurnya ini cukup mengejutkan untuk saya.salwa mulai membuka mulutnya dengan terbata-bata.tangannya sambil memutar-mutar ujung hijabnya.

"Saya tidak tau apa yang harus saya katakan.mungkin hari ini saya belum bisa memberikan jawabannya .saya harus istikharah dulu ustadz.saya  harus meminta petunjuk pada Allah.

"Baiklah nak salwa kalau memang nak salwa masi membutuhkan waktu kami tidak akan memaksa.
Tapi secepatnya kabar itu disampaikan"
Ucap ustadz jalal dengan sangat lembut.bahkan dia paham dengan perasaan ku saat ini.

Suasana ruang kelurga itu cukup riuh.suara brisik yang terdengar dari obrolan para bapak-bapak dan ibu-ibu itu cukup ramai.

Sedang aku dengan pria bernama azzam itu hanya sesekali tersenyum.mendengar cerita mereka..walaupun kadang pandangan kami bertemu.lalu tertunduk kembali.

"Saat azzam asik menekan-nekan ponselnya.seperti membalas pesan.aku beranikan diri untuk melihat kearahnya.kuperhatikan wajah itu.wajah yang sangat tawadhu,senyum yang  sangat khas.
Tiiggg....seperti ada lampu yang hidup dikepalaku.dan ingat sesuatu.

Pria ini yang ada dihadapanku adalah pria yang sama. yang bertanya kepadaku beberapa tahun lalu.kenapa aku tidak mau memandangnya.
Lalu dengan nada kesal dia bertanya lagi apakah wajahnya tidak enak untuk dipandang.
Yang kemudian aku balas dengan senyuman.

Yah...aku tidak salah lagi dan ternyata dia adalah keponakan dari ustadz jalal.

"Dulu orang tuanya meninggal kecelakaan saat azzam masi menempuh pendidikan S2 nya.dikampus yang sama dimana dia pertama kali bertemu salwa.
Ustadz jalal menceritakan kejadian itu tengah-tengah perbincangan ."

Aku menatap wajah pria itu seraya mengisyaratkan bahwa aku turut berduka cita.
Lalu azzam membalas dengan senyum yang sangat lembut.wanita mana saja pasti akan kehilangan kendali kalau melihat senyum azzam.

Tapi untuk salwa dihatinya sudah ada abi.sosok pria yang karismatik dengan wangi citrus.

Pertemuan hari itu berakhir saat akan berkumandang adzan magrib.sebab ustadz jalal akan mengisi acara disebuah masjid yang tidak jauh dari kompleks ini.

Sebelum pulang ustadzah maemunah memelukku.dan berbisik.
"Jangan buat pertemuan hari ini beban bagimu nak.kamu berhak memutuskan apa yang terbaik.
Mintalah kepada Allah.
Jangan terburu-buru dalam menentukan keputusan karena itu tidak baik.
Kami akan sabar menanti jawabanmu."

ustadzah maemunah melepaskan pelukannya lalu memegang pipiku.
"Jangan khawatirkan azzam dia sudah siap apa pun keputusanmu".

Aku melirik kearah azzam dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan buk de nya.yang sudah seperti ibunya itu.

Mobil hitam itu telah hilang dibalik tembok besi .tapi salwa masi saja berdiri didepan pintu seperti ada paku yang menancap disana.

"Tidak mau shalat maghrib?"
Suara umi menghentikan lamunanku.lalu menarik tanganku dan masuk kedalam rumah.

Tunduknya Senyuman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang