Ada garis yang tak bisa di hindari walau kita sudah berusaha untuk menjauhinya.
Garis itu bernama Takdir.sebuah rancangan perjalanan yang telah dituliskan saat awal kehidupan kita dimulai.Memang skenario ada ditangan Allah tapi pilihan ditangan kita,agar kita tidak menjadi manusia yang hanya berpasrah pada takdir dan mati dalam keputus asaan.
Allah telah memberi kita pilihan hidup yang begitu mudah.hanya saja bagimana kita sebagai hamba-Nya memaknai kehidupan itu dengan rasa syukur.
***
Waktu berjalan dengan cerita kehidupan yang beragam.anak manusia yang dulu tidak perna bertegur sapa kini telah menjadi pasangan yang saling melengkapi.Jogja masi memberikan tempat tersendiri bagi penikmatnya.angin sejuk dipagi hari menemani sosok pria dengan stelan baju olahraga berwarna biru ekektrik itu,lengkap dengan hadset yang menyumpal ditelinganya.
Azzam terus berlari menyusuri taman kota dengan senyum yang merekah pada bibirnya setiap kali ia berpapasan dengan orang-orang yang lalu lalang dihadapannya tapi itu tidak berlaku untuk gadis-gadis,sebab ia sudah memiliki bidadari dalam hidupnya yaitu Salwa Almeera Malik.
Matahari sudah hampir setinggi tombak,azzam sampai dihalaman sebuah rumah besar bergaya minimalis peninggalan orang tuanya.
Yah..mereka kini telah tinggal disini,tidak lagi bersama orang tua salwa.Mereka tidak hanya tinggal berdua tapi ada beberapa pekerja rumah yang sedang libur.memang sudah menjadi peraturan keluarga azzam sejak masi ada kedua orang tuanya,bahwa pekerja rumah mereka akan libur setiap weekand,dan tanggung jawab rumah akan dikerjakan bersama.
Azzam tersenyum sambil mengucapkan salam ketika masuk kedalam rumahnya,bukan karena disambut oleh sang istri tapi ia tau bahwa istrinya itu masi ditempat tidur,masi bergulat dengan selimutnya,kebiasaan yang masi dibawa salwa hingga sekarang sejak pernikahan mereka,tapi itulah cinta menjadi penyempurna diantara kekurangan pasangan kita.
Kamar dengan nuansa putih itu mengeluarkan aroma lavender ketika pintu dibuka yang berasal dari lilin aroma terapi disudut tempat tidur.
Benar saja wanita cantik itu masi terlelep seperti bayi diatas ranjang .Azzam hanya tersenyum melihat kearah istrinya lalu melangkah membuka tirai kamar,sejurus dengan itu cahaya mentari masuk tepat kewajah salwa.
Iya semangkin menyipitkan matanya.Lalu perlahan membukanya ,
Jelas sudah sosok pertama yang dilihatnya ialah wajah azzam suaminya.
"Mas...sudah pulang??
"Selamat pagi bidadariku,azzam merendahkan tubuhnya sambil mengusap pipi salwa.
"Maaf mas salwa kesiangan lagi".
Salwa bangun lalu bersandar diranjang."Mau brapa kali kamu minta maaf bi,,ucap azzam yang duduk disamping salwa.azzam memang orang yang luar biasa memiliki hati penyayang,bahkan panggilan sayang "bida" itu berasal dari kata "Bidadari".bagi azzam salwa lah bidadarinya.
"Tapi mas ,,salwa belum bisa ngilangin sifat buruk itu..
Salwa mengerucutkan bibirnya.
"Mas tidak keberatan dengan semua itu sayang,,humairah ku."
Azzam tersenyum sambil mencubit kedua pipi salwa.
Yang dibalas dengan rengekan salwa yang bergelayut ketubuh bidang azzam."Eitsss jangan pegang-pegang kamu belum mandi,azzam melepaskan diri dari dekapan salwa lalu berlari kemar mandi sambil terkekeh.
Melihat sikap azzam padanya ,salwa hanya tersenyum.tak henti-hentinya ia memandang pintu kamar mandi yang didalamnya ada seorang pria yang telah mengisi hari-harinya selama ini.
***
"Mas"...salwa menuruni anak tangga dengan hijab mustard yang senada dengan gamisnya.
"Uda selasai?...sambung azzam sambil meletakkan buku Rawa'i Sirah karya Dr.Aidh al-Qarni sebuah buku yang menceritakan kisah inspiratif dari kehidupan Rasulullah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunduknya Senyuman
SpiritualAku juga seorang muslim meski sudah menjalankan kewajibanku menutup aurat,tapi masi saja ada ketakutan dalam diriku,yaitu ketertarikan terhadap kaum Adam. kadang aku tak ingin membayangkan rasa ketakukutan itu apalagi ucapan Abah yang selalu membuat...