"Jadilah seperti Khadijah walaupun tidak ada lagi laki-laki seperti Muhammad"
"Jadilah seperti Ali yang selalu setia mencintai Fatimah Az-zahrah"
***
Langit yogyakarta menguning semburat awan berlapis-lapis dintara putih keemasan.burung-burung bersiul mengepakkan sayapnya kembali kesangkar melepas lelah setelah berkelana.suara binatang malam mulai berbisik.udara sejuk mulai turun dari langit ketika senja mulai bertasbih pada Sang Pemilik Arasy.Acara akad dan walimah telah usai tepat hari menjelang senja.semua kerabat telah kembali kerumah masing-masing .dikarenakan hari raya idul fitri banyak dari mereka yang menunda acara liburan dan mudik karena pernikahan salwa.
Hanya ada satu dua keluarga dekat yang masi duduk disekitar rumah dan asyik ngobrol bersama umi dan abah.termasuk paman azzam ustadz jalal dan ustadzahah maemunah.
Mereka memanggil kami untuk duduk diruang keluarga.
"Suasana disini cukup hening apalagi aku dan azzam.kami belum ada mengucapkan apapun.sejak akad tadi,hanya sesekali azzam menawarkan minum yang kubalas dengan anggukan pelan.Sekarang kami duduk bersebelahan disebuah sofa ruang keluarga.aku mampu merasakan nafas azzam yang tak beraturan .mungkin dia lelah satu harian menerima tamu.kami sama-sama membisu.
"Azzam,,.salwa...paman hari ini akan langsung pergi kekalimantan,paman dan bibimu hanya bisa mendo'akan agar kalian menjadi keluarga yang di ridhoi Allah Swt.Aminn..dan selalu bersama-sama membangun keluarga yang penuh keberkahan.."
Ustadz jalal menyampaikan pesannya pada kami berdua.lalu memeluk azzam,aku langsung memeluk ustadzah maemunah yang sekarang telah menjadi bibi ku juga.aku melihat mata azzam berkaca-kaca.tapi aku tidak tau apa yang harus aku lakukan.
***
Hari ini hidup baruku dimulai.aku harus berbagi segalanya pada pria yang sekarang telah menjadi suamiku.sejak kepergian ustadz jalal.azzam langsung membersihkan diri dikamar mandi,sebab ia belum shalat maghrib.
Aku hanya berdiri diatas balkon kamarku,hari ini aku memang libur shalat.aku tidak tau apa yang harus aku lakukan sekarang.pikiranku menerawang tak beraturan diantara keheningan senja yang akan beranjak malam gulita.Dari tadi aku hanya mendengar suara gemericik air sower dikamar mandi.azzam belum keluar juga.perasaan ku tak menentu apa yang harus aku katakan padanya.bagaimana aku memulainya.
"Aduhhhn... salwa dia itu suamimu..salwa memaki dirinya sendiri.
Belum selesai salwa memutar-mutar pikirannya.azzam keluar dari kamar mandi.Benar saja selama ini salwa belum perna melihat pria lain kecuali abahnya.mata salwa membulat melihat azzam,dengan kaus pas berwarna putih,celana pendek dibawah lutut,handuk dilehernya yang ia gunakan untuk mengusap-usap rambutnya yang basah.melihat pemandangan itu salwa menelan ludahnya.ekspresi wajahnya tidak bisa dibohongi.
Azzam yang baru keluar dari kamar mandipun memandang bingung wajah salwa.
"Gak shalat???azzam mencairkan suasana.hanya dibalas gelengan kepala oleh salwa,lalu ia sadar untuk melakukan tugasnya memasang sajadah untuk suaminya itu.Azzam melaksanakan shalatnya dengan khusuk,lalu dilanjutkan dengan shalat sunah dua rakaat,
Setelah shalat dia melipat sajadahnya lalu diletakkan diatas tempat tidur.angin malam berhembus kedalam kamar,diliriknya kearah balkon ternyata wanitanya masi berdiri tepat dipinggiran balkon,azzam memandang punggung wanita itu masi lengkap dengan gaun pengantin warna putih,selendang panjang dan mahkota dikepalanya , hanya saja buket bunga kecil sudah tidak ada ditangannya,bunga itu sudah menjadi milik sahabat salwa,yaitu ica...Azzam kembali teringat momen akad nikah tadi.untuk pertama kalinya tangannya dicium oleh seorang wanita,sebenarnya azzam ingin sekali mengecup kening salwa saat mengucapkan do'a pengantin dikepala salwa,tapi urung ia lakukan.dia merasa malu pada tamu undangan yang hadir.alhasil dia hanya mengusap kepala salwa dengan lembut.
azzam menyunggingkan senyum bahagia..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunduknya Senyuman
SpiritualAku juga seorang muslim meski sudah menjalankan kewajibanku menutup aurat,tapi masi saja ada ketakutan dalam diriku,yaitu ketertarikan terhadap kaum Adam. kadang aku tak ingin membayangkan rasa ketakukutan itu apalagi ucapan Abah yang selalu membuat...