1 - Awal

600 48 9
                                    

Tidak terasa, Yogi sebentar lagi akan lulus SMA. Dia harus mulai memikirkan masa depannya. Setelah UN selesai, Yogi justru menghabiskan banyak waktunya di rumah. Dia mengurusi kucing-kucing kesayangannya si Hitam (Tolby) dan si Meong (Rcy). Sehingga dia tidak sempat memikirkan akan melanjutkan kuliah di mana. Dia menyerahkan keputusan ini sepenuhnya pada ayahnya. Lalu ayahnya jelas meminta Yogi untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri, yang tidak ada di Singaparna. Terpaksa Yogi harus siap untuk pergi merantau, entah di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, atau mungkin Makassar. Dia belum siap untuk meninggalkan si Hitam dan si Meong.

Dengan hati yang berat, mata yang menahan tangis, Yogi terpaksa mulai membuka komputer di rumahnya. Dia mulai memilih perguruan tinggi negeri untuk mendaftar. Atas dasar pertimbangan kucing-kucingnya, Yogi memilih tempat yang paling dekat dengan rumahnya. Itu agar dia dapat pulang setidaknya seminggu sekali untuk menemani si Hitam dan si Meong. Dia pun akhirnya terpaksa belajar lebih giat agar dapat memenuhi batas kelulusan di perguruan tinggi pilihannya itu, yaitu di Bandung. jarak Singaparna dan Bandung tidak sejauh Singaparna dengan Medan atau Makassar.

"Saya kudu kuliah di sini pokoknya mah." Gumam Yogi.

Hans juga berada di situasi yang sama dengan Yogi. Tapi dia tidak menyerahkan keputusannya pada ayahnya. Sebagai anak perkotaan, dia sudah mandiri untuk memilih pilihannya sendiri sejak kecil. Termasuk untuk memilih perguruan tinggi sekarang. Dia membuka laptop-nya dan memilih tempat yang menurutnya akan memberikan banyak manfaat. Kota Jakarta tentu saja jadi pilihan utamanya, karena dia merasa Jakarta adalah hidupnya. Lalu dia memilih Bandung sebagai kota pilihan kedua, atas dasar pertimbangan kota yang hits di kalangan mahasiswa. Dia memang sudah membaca-baca terlebih dahulu cerita tentang kehidupan mahasiswa di blog-blog yang ditulis di internet.

"Jadi, daftar apa Hans?" tanya Mamanya Hans.

"Ada deh, Ma. Hans yakin bakal diterima." Jawab Hans sambil senyum.

Di saat Yogi dan Hans merencanakan pendidikan, Sugeng, pemuda asal Madura, justru sibuk mengurusi sawah milik kakeknya. Dia merasa sangat senang bisa hidup di lahan yang hijau ini. Dia bisa merasakan lumpur tanpa perlu membayar mahal ke salon kecantikan. Kulitnya pun jadi sangat bersih, badannya menjadi kekar dan kuat. Tapi suatu hari, ayahnya berencana untuk pergi merantau. Bisnis Sate Madura di kotanya tidak berjalan lancar. Jadi ayahnya memutuskan untuk mencoba peruntungan di kota lain yang terkenal dengan kulinernya. Sugeng terpaksa ikut dengan ayahnya, karena dia tidak tega melihat ayahnya pergi merantau sendirian di kota orang.

Pertama kali dalam hidupnya, Sugeng menginjakkan kaki di kota lain. Suasana kota itu, kota Bandung, sangat berbeda dengan kota Madura. Bahkan dia tidak lagi mendengar orang-orang yang berbicara dengan logatnya. Dia merasa asing tapi juga merasa hangat karena orang-orang yang berbahasa lain itu selalu ramah dan siap membantunya. Termasuk membantu untuk mencarikan gerobak sate untuk ayahnya. Sugeng merasa senang mendapatkan pengalaman baru di kota lain.

"Pak, baik-baik ya orang di sini." Kata Sugeng senang dengan logat Madura-nya.

Seperti sebuah takdir, Yogi, Hans, dan Sugeng berkumpul di satu kota yang sama, yaitu kota Bandung. Yogi dan Hans diterima di perguruan tinggi negeri di sana. Mereka juga secara kebetulan menempati tempat kosan yang sama, yaitu kosan milik babeh Taufik. Tapi kosan babeh Taufik ini agak unik dibanding kosan pada umumnya. Harga dan fasilitas yang berbeda diterapkan sesuai dengan tingkatan lantai kosan itu. Lantai satu terdiri dari kamar-kamar dengan ukuran besar, dengan furnitur lengkap di dalamnya, kamar mandi di dalam, dan juga ada WiFi. Sementara dengan menaiki tangga ke lantai dua, ada kamar-kamar berukuran sedang, tanpa furnitur, kamar mandi di dalam, dan masih ada WiFi. Terakhir di lantai tiga, kamar-kamar berukuran sangat kecil, tanpa furnitur, satu kamar mandi bersama di ujung koridor, dan tanpa WiFi.

DaydreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang