26 - Zelezai

85 21 5
                                    

Tidak terasa, hari ujian seleksi masuk perguruan tinggi pun tinggal seminggu lagi. Sebelumnya Doni sudah melewati masa-masa menegangkan ujian nasional bersama teman-teman sesama kelas 3 SMA lainnya se-Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir, Doni berusaha keras dengan belajar bersama para Kabogoh Doni dan juga mengikuti les intensif. Doni ingin menunjukkan yang terbaik kepada orangtuanya. Selain itu, Doni juga ingin segera memasuki dunia mahasiswa yang terlihat sangat seru setelah mendengar cerita dari Kevin, Yogi, dan Hans.

"Wah, selamat ya Don! Lo bentar lagi jadi mahasiswa nih. Mantap bro!" Hans menyambut kedatangan Doni dengan seragamnya yang penuh coretan.

"Itu sayang ih seragamnya padahal mah bisa disumbangin." Kata Yogi dengan tatapan sinis pada Doni.

"Apa atuh kang Yogi? Ga bakal ada yang muat pake seragam aku mah, kegedean." Doni membela diri karena toh sudah terjadi juga seragamnya tidak bisa bersih kembali. Kata siapa? Bisa.

"Cuci aja itu pake Rinsho anti noda. Dijamin bersih! Babeh berani taruhan jomblo seumur hidup tah!" Babeh Taufik menggebrak meja dengan tampang sangar.

"Ucapan adalah doa, beh." Doni berbisik pada telinga babeh Taufik yang membuat bulu kuduk babeh berdiri semua.

"Bercanda atuh euy! Jangan serius-serius lah." Babeh Taufik menyengir tegang.

"Aku ge (juga) bercanda da, beh. Hehehe!" Doni malah ikut menyengir membuat babeh kesal. Lalu terjadi aksi kekerasan yang tidak pantas. Iya, babeh marah-marah lagi dengan suara yang keras, lalu Doni menutup kedua telingan sekuat tenaga.

"Selamat untuk Doni Handoni! Sayeu tunggu awak di kampus." Kevin tiba-tiba bertepuk tangan senang membuat babeh merasa tidak dihargai karena mengganggu sumpah serapah eh nasihat yang sedang diberikan babeh pada Doni.

"AI SIA YA, PIN!"

Kemarahan babeh Taufik memuncak, lalu dia melayangkan sebuah kepalan ke perut Doni. Tapi, tangan babeh langsung memar karena ternyata perut Doni keras juga. Sepertinya banyak sekali makanan menumpuk di perut Doni sampai mengeras. Pertolongan darurat pun dilakukan oleh Kevin. Dia segera membawa babeh ke dokter terdekat sebelum air mata babeh menetes karena kesakitan. Banyak drama memang babeh Taufik ini. Padahal hari ini adalah hari bahagia untuk Doni.

Memang bukan rezeki babeh Taufik, Hans pun pergi dengan Doni dan Yogi untuk makan bersama di restoran mahal yang ada di Bandung. Kevin juga segera menyusul setelah selesai mengantar babeh ke dokter. Sugeng entah tahu darimana tentang acara ini, tahu-tahu dia sudah ada di tempat lima menit lebih awal dari Hans. Malam ini Hans ingin merayakan kelulusan Doni dan juga berterima kasih kepada teman-temannya itu karena telah menemaninya dalam keadaan susah dan senang selama hampir satu tahun ini.

"Gue bener-bener bersyukur banget bisa kuliah di Bandung ini, terus ketemu sama kalian. Sebelumnya gue ga pernah tinggal bareng orang lain selain keluarga gue sendiri." Ucap Hans dengan mata yang berkaca-kaca, menahan tangis harusnya. Hans orangnya memang begitu, mudah menangis karena hal-hal kecil seperti ini.

"Aku juga sama. Jauh-jauh dari Singapura ke Singaparna terus sekarang di Bandung sama kalian. Bener-bener seru, jadi ga kesepian lagi." Ucap Yogi yang ikutan terharu sambil mengelus punggung Hans. Dua orang ini memang sering menghabiskan waktu sendirian sebelumnya. Menjadi anak rantau ternyata memberikan pengalaman baru yang lebih indah dan seru.

"Sayeu pun, tak sangkeu temu kawan-kawan baik sangat. Sayeu raseu di rumah sendiri." Kevin juga ikutan terharu dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Apa atuh akang-akang ini teh lagi syuting acara Tercengang-cengang? Jelek pisan akting sedihnya aduh." Doni cekikikan geli melihat kakak-kakaknya yang sedang sedih. Memang Doni ini lelaki, tidak peka.

DaydreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang