11 - Konser

121 16 21
                                    

Jari-jari Kevin sedang sibuk mengetik di atas keyboard. Dia sedang ikutan war di twitter karena sistem pembelian tiket yang tidak jelas dari promotor konser JBJ. Sebelumnya promotor itu juga membawa artis K-POP dan terjadi kecurangan yang membuat Kevin kesal membacanya. Untung saja dia tidak ikut konser waktu itu karena sedang berada jauh di Padang. Kalau Kevin ikut konser itu, rasanya dia ingin memaki-maki karena harus mengambil poster sendiri ke Jakarta sebagai permintaan maaf dari promotor itu.

Banyak fans yang menyesali konser JBJ ini dikelola oleh promotor yang sudah mengecewakan itu. Tapi beberapa fans tetap berpikir positif, karena manusia itu tak luput dari kesalahan. Mereka berharap promotor ini belajar dari kesalahannya di masa lalu. Harapan yang sepertinya tidak akan menjadi kenyataan, karena lagi-lagi promotor mengeluarkan seatplan atau gambaran tempat duduk penonton yang mengecewakan. Bahkan lebih mengecewakan lagi untuk Kevin, karena hanya para member promotor yang terdaftar yang dapat melakukan pembelian tiket pertama.

"Pin! Bantuin babeh ngepel di lantai dua, Pin!" teriak babeh Taufik dari lantai bawah. Kevin dapat mendengarnya dengan jelas, tapi dia terlalu sibuk mengetik protes dan hujatan di twitter-nya.

"Pin! Ai sia (lo tuh) dengerin ga?" Babeh yang sudah hilang kesabaran lalu naik ke atas, menuju kamar Kevin.

Kevin pun kembali ke alam sadarnya, emosinya menurun. Lalu dia membuka pintu setelah babeh beberapa kali mengetuknya. Wajah babeh merah sekali, kesal. Kevin langsung mengambil tongkat pel dan ember yang dibawa babeh, lalu turun ke bawah untuk mulai mengepel. Di tengah-tengah mengepel, Yogi baru saja pulang kuliah. Sepatunya sangat kotor penuh lumpur karena semalam turun hujan deras sekali. Jejak kaki Yogi itu membekas di lantai yang baru saja dibersihkan oleh Kevin.

"Yogi, kotor please." Kevin menunjuk jejak penuh lumpur di lantai sambil melihat Yogi.

"Maaf atuh ga sengaja. Pel lagi aja." Yogi memasang wajah datarnya seperti biasa lalu masuk ke dalam kamar.

"Aduh, sayeu lelah sekali hari ini, marah-marah." Kevin mengepel ulang lantai yang kotor itu, lalu membersihkan sisanya.

Setelah pekerjaannya selesai, Kevin kembali lagi ke kamar. Dia sudah kehabisan tenaga untuk marah-marah. Jadi dia hanya panen meme sekarang sambil tertawa kencang tiap membaca twitter di akun promotor itu. Doni pun datang ke kosan itu karena kebetulan sedang kabur dari kerja kelompok yang diadakan di tempat makan di sekitar wilayah kosan. Doni tidak menemui Hans hari ini, dia langsung pergi ke kamar Kevin setelah sebelumnya memberi salam pada babeh Taufik yang sedang minum kopi di ruang tengah.

"Gimana kang? Udah bisa pesen tiketnya?" Doni melihat ke layar laptop Kevin.

"Tak bisa lah. Hari ini untuk member jeu." Kevin menunjuk keterangan pemesanan tiket khusus member promotor itu.

"Lah? Kok gitu sih? Terus kita ga bisa dapet di depan lagi atuh kayak kemarin?" Doni mengembungkan pipinya dengan penuh rasa kecewa.

"Tak lah. Tak bisa dapat fast track pun. Duduk di tengah, tak ada guneu lah." Kevin menunjuk area penonton bagian tengah yang sangat tidak strategis karena dikelilingi oleh penonton member promotor.

"Eh, kalau ga salah ini mah, teman aku member di sana. Aku coba minta tolong ya sama dia." Doni kemudian menghubungi teman, tidak, lebih tepatnya grup Kabogoh Doni untuk membantunya. Lalu mereka dengan senang hati menolong Doni untuk membeli tiket dengan menggunakan fasilitas member promotor.

"Wah, amazing Doni! Jadi kiteu bisa beli sekarang?" Kevin sekarang wajahnya tampak senang sekali. Doni pun tersenyum menunjukkan lesung pipitnya yang dalam.

"Yes! Dapet dong! Tinggal bayar!" Doni menunjukkan bukti chat dan e-mail dari ketua Kabogoh Doni yang berhasil memesankan enam tiket untuknya.

DaydreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang