18 - Rusak

106 11 5
                                    

Menjelang tahun baru, kehidupan anak-anak kosan babeh Taufik belum mengalami kemajuan yang berarti. Yogi yang ingin menjadi penyanyi, masih sibuk merekam lagu-lagu di Smuli. Kevin semakin hari semakin boros saja karena banyak sekali K-Pop Goods yang harus dia beli. Sambil memesan season greeting JBJ, Kevin memikirkan konsep jika dia menjadi seorang promotor nanti di masa depan. Tampaknya fans akan senang jika ada banyak hadiah dan juga fan service dari para artis idola mereka, dibandingkan hanya dengan konser atau fanmeeting biasa.

Mungkin karena banyak bersedekah selama hidup di Bandung, Hans justru selangkah lebih maju mendekati mimpinya. Seorang pimpinan redaksi majalah secara tidak sengaja berpapasan dengan Hans saat dia sedang berfoto-foto di mall Paris van Java. Pimpinan redaksi itu sedang berjalan-jalan dengan rekan fotografernya. Mereka tertarik dengan ketampanan Hans dan juga tubuh proporsional yang cocok untuk dipakaikan pakaian apapun. Hans tidak melewatkan kesempatan emas ini. Dia menerima tawaran sebagai model pakaian di majalah tersebut.

Langkah awal menuju seorang selebritis ini diceritakan Hans kepada Yogi dan Kevin. Yogi dengan wajah datar hanya bertepuk tangan pelan karena hatinya merasa iri. Tapi Kevin tersenyum senang sekali karena dia akan memiliki teman seorang artis nantinya. Hans juga tak sabar untuk melakukan pemotretan pertamanya agar dia dapat mengunggah foto-foto itu nantinya di IG. Dengan begini, follower IG Hans pasti akan bertambah dan mengalahkan jumlah follower IG milik Doni.

"Kamu teh udah ganteng sih. Tapi foto-fotonya kurang ganteng kata aku mah." Yogi melihat-lihat foto yang di-post oleh Hans di IG.

"Gue selfie aja udah artsy kali. Cuma mereka belom pada nyasar ke IG gue aja." Hans mengelus-elus alisnya.

"Sayeu dukung Hans! Seronok! Tak sabar sayeu nak tunjuk kawan-kawan di Malay, sayeu berkawankan model!" Kevin banyak bicara saking senangnya melihat keberhasilan Hans.

"Seronok apa dah, Vin? Gue bukan model majalah aneh-aneh." Hans mengerutkan dahinya sambil menatap Kevin.

"Seronok lah! Seronok tu apeu ya?" Kevin melihat ke atas, berpikir untuk menerjemahkan kata seronok ke dalam Bahasa Indonesia.

"Seronok memang Hans mah, Pin." Yogi tersenyum usil sambil melirik Hans.

"Gue pake baju normal, woy!" Hans tampak canggung sekaligus bingung mendengar tawa yang memuncak dari mulut Yogi dan Kevin.

Tibalah hari pemotretan pertama Hans. Dia datang sendirian dengan pakaian yang sangat mencolok ke studio foto Paparus. Pimpinan redaksi rupanya sudah menunggu di sana, dia langsung menyalami Hans. Lalu Hans mengikuti orang itu ke lantai dua. Hans langsung terkejut saat melihat sosok yang tidak asing baginya, sedang duduk di sofa berwarna hijau muda. Rambut hitam itu, kulitnya yang bersih, badannya yang besar, dan juga senyumannya yang khas.

"Doni? Kok lo bisa tau gue mau pemotretan di sini?" Hans sampai menutup mulutnya karena merasa terharu dengan keberadaan Doni.

"Eh? Kang Hans mau pemotretan juga? Sama atuh." Doni tersenyum lebar pada Hans yang sekarang duduk di sampingnya.

"Hah? Lo pemotretan juga?" Hans tidak jadi terharu, tapi justru bingung.

"Gimana ini ceritanya, teteh majalah?" Doni menyengir bingung bertanya pada pimpinan redaksi yang sedang berdiri di dekat mereka.

"Oh, kalian teh udah saling kenal? Bagus atuh. Selamat ya, kalian berdua terpilih buat jadi model pakaian di majalah kami." Pimpinan redaksi itu bertepuk tangan, yang diikuti tepuk tangan juga dari Doni.

"Berdua? Gue kira cuma gue doang." Hans melongo, lalu mengerenyitkan dahinya. Dia melirik kesal pada Doni. Kalau begini, follower Hans sampai kapanpun tidak akan melebihi follower Doni.

DaydreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang