3 - Cats Goes Meong

225 27 19
                                    

Wajah babeh Taufik berubah merah menyala. Dia menggertakan gigi-giginya yang mulai menguning hingga lehernya mengeras tegang. Kedua tangannya mengepal keras. Sepertinya darah yang mengalir di tubuhnya sudah memuncak hingga batasnya. Belum selesai dia menurunkan emosinya setelah membereskan kamar di lantai tiga, babeh tampaknya akan marah besar lagi saat melihat kamar 2F yang ditempati oleh Yogi.

"Ai maneh kunaon nya eta ceuk aing pareuman kipas angin pareuman dispenser teu kudu mawa sorangan aya di dapur terus eta wadah runtah kosongkeun meni bau haseum kieu kacida pisan jorokna eta deuih seuseuhan bawa atuh ka laundry lain ditumpukeun di luhur kasur eh dasar budak teh!" Babeh kumat-kamit dengan bahasa Sunda yang tidak dimengerti sepenuhnya oleh Kevin yang sedang membantu babeh menyapu di lantai dua kosan.

"Artinyo apo iko, beh?" Kevin sekarang mulai mencoba berbahasa Minang yang tidak seperti bahasa Minang.

"Gini ya dengerin babeh, Pin." Babeh Taufik berusaha mengingat lagi kata-katanya. Babeh menarik nafasnya, menenangkan diri sejenak sebelum menerjemahkan amarahnya kepada Kevin.

"Kamu teh kenapa kan saya sudah bilang itu kipas angin dimatiin ga perlu bawa dispenser sendiri kan sudah ada di dapur terus itu tempat sampahnya buang bau asem gitu keterlaluan pisan joroknya itu lagi cucian bawa ke laundry bukannya ditumpuk di atas kasur dasar bocah teh!" Tenggorokan babeh langsung kering, jadinya batuk-batuk lalu pergi ke dapur di bawah untuk mengambil air minum.

"Yogi kemano pun? Sayeu jadi kena marah dua kali hari ini. Hih, tak boleh marah." Kevin mengelus-elus dadanya, lalu lanjut membereskan kamar Yogi sendirian.

Yogi sedang pergi tidak jauh dari kamarnya. Dia sebenarnya sedang berada di kosan, di lantai satu. Di mana lagi kalau bukan di kamar Hans yang luas dan nyaman. Pintu kamar Hans dikunci dari dalam dengan lampu menyala. Artinya di dalam kamar sedang ada orang. Babeh Taufik tidak akan masuk untuk memeriksa kamar yang ada orangnya. Dia hanya akan membersihkan kamar yang lampunya sedang mati. Yogi menyembunyikan sandalnya di dalam kamar Hans, agar babeh Taufik tidak menemukannya. Sehingga di luar pintu kamar Hans hanya ada satu pasang sepatu milik Hans.

Suara marah-marah babeh Taufik yang terdengar sampai ke lantai bawah malah membuat Yogi dan Hans tertawa cekikikan. Tangan Yogi sekarang sibuk mengelus-elus si Meong yang tertidur di pangkuannya. Sementara si Hitam sedang bermanja-manja di paha Hans yang mengenakan celana pendek. Yogi benar-benar membawa kedua kucingnya itu ke dalam kosan. Untungnya Hans mau membantu Yogi untuk menyembunyikan kucing-kucingnya itu. Katanya dia juga memiliki kucing di rumahnya, jadi dia mengerti perasaan Yogi.

"Babeh pasti ga nyangka kalau itu isinya bukan sepatu gue." Hans menunjuk ke arah kotak sepatu besar di atas rak bukunya. Terdapat lubang bulat besar di sudut kotak itu dan atasnya terbuka.

"Nuhun ya Hans. Aku teh ga bisa jauh-jauh dari mereka." Yogi menempelkan pipinya ke bulu-bulu si Meong yang halus. Hans tersenyum senang dan ikut gemas sambil mengelus-elus perut si Hitam.

"Tapi itu si Kevin gimana? Kasih tau ga?" tanya Hans bingung.

"Jangan atuh. Dia orangnya terlalu jujur. Nanti keceplosan ke babeh, bahaya." Jawab Yogi yang berulang kali menempelkan wajahnya ke si Meong.

Untuk mengabadikan momen rindu ini, Hans pun mengajak Yogi untuk berfoto bersama kucing-kucingnya. Mereka sekarang sibuk berfoto di dalam kamar. Yogi yang tampak pemalu ternyata sangat jago dalam berfoto, terutama foto selfie. Dua pemuda ini pun perlahan menjadi semakin akrab. Setelah satu jam berlalu hanya untuk berfoto-foto, Hans seperti biasa langsung meng­-upload fotonya ke dalam media sosial. Tapi dia harus memberikan dulu filter yang bagus lalu memikirkan caption yang menarik agar orang-orang memberikan like.

DaydreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang