Sedalam-dalamnya bangkai ditutupi, pasti baunya akan tercium juga. Sejauh-jauhnya Yogi bersembunyi, pasti babeh Taufik akan menemukannya juga. Tidak jauh, babeh Taufik menemukan Yogi yang baru saja keluar dari warnet bersama Kevin. Gulungan koran di tangan babeh siap untuk mendarat di kepala Yogi dan Kevin. Tapi sang penyelemat datang, siapa lagi kalau bukan Hans, panutan Yogi dan Kevin. Gulungan koran itu mendarat di bahu Hans yang lebar dan kokoh.
"Beh, jangan ada kekerasan di antara kita." Kata Hans dengan tatapan dingin.
"Baiklah. Hayu kita selesaikan masalah ini dengan musyawarah dan mufakat." Babeh Taufik merangkul bahu Yogi dan bahu Kevin lalu membawanya pulang ke kosan.
Sidang di meja hijau ruang tamu pun dimulai. Babeh Taufik berperan sebagai korban sekaligus hakim. Lalu Hans menjadi saksi sekaligus pihak pembela dari Yogi dan Kevin, sang tersangka. Kasus yang tidak rumit sebenarnya. Pertama, Yogi belum membayar kosan dan tidak menunjukkan itikad baik dengan kabur-kaburan dari babeh. Kedua, Kevin membayar kosan hanya dengan satu ringgit yang ternyata ketika dikonversi ke nilai rupiah itu hanya sekitar Rp 3.300-an. Babeh Taufik merasa dirugikan dengan perlakuan dari Yogi dan Kevin.
"Jadi, saudara Yogi, silakan anda menceritakan pembelaan anda." Hans menunjuk pada Yogi dengan gulungan kertas bekas gorengan tadi waktu kerja bakti.
"Apa atuh? Kalian teh meni serius ih." Yogi mengerutkan dahinya.
"Heh buruan! Babeh teh ga ada waktu euy!" Babeh Taufik menggeprak mejanya dengan gulungan koran di tangannya.
"Iya atuh. Aku teh minta maaf belum bisa bayar, soalnya uang bulanan aku teh kepake buat beli paket Smuli, Watermelon, sama Plotify." Yogi menunduk takut. Padahal bukan karena paket itu, tapi uang Yogi habis untuk beli rare items di DUTA.
"Mana mahal deuih (lagi) sekarang uang kosannya, beh." Lanjut Yogi.
"Kapan mau bayar, hah?" Babeh tampak marah sekarang.
"Iya, nanti aku teh laporan dulu sama mama di rumah." Jawab Yogi pelan.
"Terus sekarang kamu, Pin! Menurut kamu, sebulan kosan di kamar 3K teh cukup tiga rebu, hah?" Babeh lagi-lagi menggeprak meja.
"Sayeu transfer nanti, beh. Uang sayeu adeu di dalam card." Kevin menunduk tidak berani melihat wajah babeh.
"Heh! Babeh mah ga nerima transfer! Tidak transparan eta! Kudu tunai!" Urat-urat babeh Taufik sekarang mengeras di sepanjang lehernya.
"Baiklah. Saya selaku pihak pembela akan menanggung biaya kosan mereka berdua dengan jaminan. Hal-hal di luar persidangan, bisa kita lanjutkan besok di kamar saya." Hans mengetuk-ngetuk meja dengan kepalan tangannya.
"Sekian. Silakan kembali beraktivitas." Lanjut Hans sambil tersenyum dan bertepuk tangan sendirian.
Malaikat Hans kembali membuat Yogi dan Kevin tersenyum lega. Langsung saja Hans mengeluarkan dompetnya, lalu membayarkan uang kosan Yogi dan Kevin kepada babeh. Perang dingin pun selesai dengan berpelukan. Babeh Taufik langsung lupa dengan kejadian tadi, dia tersenyum semeringah karena isi kantong celana dan dompetnya tebal sekali sekarang penuh dengan lembaran uang merah. Tapi Hans tidak se-malaikat itu. Setelah babeh pergi keluar, Hans menatap tajam Yogi dan Kevin, lalu menadahkan tangannya untuk meminta bayaran sekaligus pajak kebaikan yang telah dia lakukan untuk mereka.
Keesokan harinya, Doni kembali les bahasa Inggris lagi setalah Yogi dan Kevin haitus bermain DUTA. Doni mengajak Hans untuk pergi makan-makan setelah pulang les, karena Hans tampak sedang tidak bersemangat. Mereka tidak pergi ke tenda Sate Madura Mas Sugeng malam ini karena hujan deras. Jadi mereka pergi ke tempat mie ayam yang dekat dengan tempat les. Doni tidak tahan jika tidak makan ayam minimal satu kali dalam sehari.
![](https://img.wattpad.com/cover/127712305-288-k555894.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daydreamer
FanficYou're not a daydreamer~ JBJ dengan cita rasa lokal: Donghan as Doni Taehyun as Taufik Yongguk as Yogi Hyunbin as Hans Sanggyun as Sugeng Kenta as Kevin