15 - Ondangan

107 16 11
                                    


Hans, Kevin, dan Yogi sedang dalam masa perang dengan babeh Taufik. Yogi yang selalu berdiam diri di kamar, sekarang jadi ikut pergi keluyuran dengan Hans. Kevin yang tidak bisa melewatkan acara variety show favoritnya, terpaksa duduk lebih lama di wilayah kampus demi wifi gratis. Sampai ada Keviners yang berkerumun di sekitar Kevin, sibuk bertanya tentang banyak hal dan memotret. Kevin pun merasa terganggu, tidak bisa menikmati variety show dengan khidmat.

"Sayeu nak pergi. Jangan ikut." Kevin merapikan laptop-nya, lalu segera pergi dari gedung A kampus.

Saat berjalan pergi, Kevin melihat Hans dan Yogi yang saling merangkul sambil tertawa. Sinar matahari yang terik membuat Hans dan Yogi terlihat sangat bersinar. Orang-orang di sekitar mereka pun rasanya meleleh melihat cahaya yang terpancar dari dua pemuda tampan itu. Lalu Kevin ikut bergabung dengan mereka, menambah silau pemandangan di lapangan kampus siang ini.

"Eh, bentar deh. Itu ada seminar apaan, ya?" Hans menghentikan langkahnya saat melihat banyak bapak-bapak yang sibuk merangkai bunga dan memasang pernak-pernik di Grha Serba Guna (GSG) Kampus.

"Lumayan atuh buat nambah sertifikat." Yogi juga tampak tertarik lalu matanya mencari-cari baligho atau poster seminar di sekitar GSG.

Jadi, di kampus mereka itu ada kewajiban untuk mengumpulkan sertifikat seminar sebagai syarat kelulusan. Agar mereka bisa mengikuti sidang akhir nanti, mereka harus mengumpulkan minimal sepuluh sertifkat seminar. Biasanya seminar itu diadakan di dalam kampus dengan tema yang berkaitan dengan jurusan yang mereka ambil. Seminar ini bertujuan untuk menambah wawasan dari parah ahli yang berpengalaman tentang bidang yang mereka tekuni di luar jam kelas.

"Kang punten (permisi mas), ini ada seminar apa, ya?" Yogi bertanya pada salah satu bapak yang sedang mengangkat karangan bunga.

"Seminar? Bukan seminar ini mah, ada nikahan." Kata bapak itu lalu pergi masuk ke dalam GSG.

"Nikahan katanya." Bisik Yogi pada Hans.

"Apeu?" Kevin tidak mendengar pembicaraan Yogi dan Hans.

"Itu bukan seminar katanya, ada nikahan, Vin." Hans berbisik pada Kevin. Untuk apa mereka saling berbisik?

"Eh, kalau begitu..." Yogi kemudian melirik Hans dan Kevin secara bergantian dengan mata yang sedikit melototot.

"Besok pake batik!" Hans berteriak senang. Mulut Kevin berbentuk huruf O sekarang, matanya berkedip-kedip tidak mengerti.

"Macam maneu, batik itu Friday." Kevin tampak protes. Tapi Yogi dan Hans tidak menanggapinya, malah cekikikan.

Hans dan Yogi berjoged kecil sepanjang jalan. Kevin mengikuti mereka dari belakang, dengan tangan yang dilipat ke dadanya. Tidak mengerti apa yang membuat Hans dan Yogi tampak senang seperti itu. Kevin pun mencari tahu dengan bertanya pada Doni lewat chat. Tapi Doni juga tidak mengerti karena dia masih anak SMA, tidak tahu tentang dunia kampus. Yang jelas memang benar, batik itu biasanya dipakai pada hari Jumat.

Mereka tidak pulang ke kosan, tapi pergi kelayapan ke mall. Rupanya Hans tidak membawa pakaian batik ke kosannya. Yogi membawa banyak, tapi dia tidak bisa meminjamkannya pada Hans. Karena ukuran badan Yogi terlalu kecil untuk Hans. Karena itulah Hans pergi ke mall untuk membeli batik. Kevin sudah punya satu potong kemeja batik, tapi dia meninggalkannya di Padang. Jadi Hans sekalian saja membelikan untuk Kevin dan untuk Yogi juga. Tidak enak kan kalau hanya Kevin yang dibelikan.

"Esok itu Saturday. Kenapeu pakai batik?" Kevin tampak bingung.

"Pokoknya besok pake ajalah. Kita ketemu di depan kamar gue." Hans tampak senang sekali.

DaydreamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang