Ujian Nasional tinggal menghitung hari, begitupun seleksi masuk perguruan tinggi. Doni mulai menyusun catatan yang sudah dikumpulkan oleh Kabogoh Doni. Beban anak SMA di Indonesia ini berat sekali. Ada banyak mata pelajaran yang harus Doni kuasai agar lulus ujian. Bukan hanya tentang teori, tapi juga praktek untuk beberapa mata pelajaran tertentu. Doni berlatih menari untuk ujian praktek kesenian di teman-temannya yang lain berlatih untuk menyanyikan lagu daerah dan lagu wajib. Doni memang fans JBJ garis keras. Dia akan menampilkan koreografi dari Fantasy milik JBJ untuk ujian praktek kesenian nanti.
Persiapan UN tampaknya sudah mencapai delapan puluh persen. Doni tinggal berdoa dan menunggu jadwal ujian. Selanjutnya Doni harus mempersiapkan diri untuk ujian seleksi masuk perguruan tinggi. Doni memanggil Kevin ke rumahnya untuk membantunya belajar secara private. Tadinya Doni meminta bantuan Hans, tapi dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai model. Lalu Yogi pun tidak bisa karena sedang pulang kampung sehari saja ke Tasikmlaya. Tidak ada pilihan lain, bukan, untung saja Kevin suka menolong walau tidak rajin menabung karena uangnya habis untuk memebeli pernak-pernik JBJ.
"Jadi gimana ini teh, Kang Epin? Bisa ga akang teh?" Tanya Doni yang dari tadi memperhatikan coretan Kevin di kertas.
"Sabar je. Sayeu nak selesaikan ini." Kevin tampak bingung dengan coretannya sendiri.
"Itu teh kan huruf semua ya, kenapa pilihan jawabannya teh angka semua?" Doni menghembuskan nafasnya berat sekali, tertekan dengan salah satu soal matematika dari simulasi ujian masuk perguruan tinggi.
"Ini adeu formulanya. Sayeu nak selesaikan, sabar." Kevin masih sibuk mencoret-coret tapi tak kunjung menemukan jawabannya.
"Ah! Ternyata soal yang ini teh dianulir. Tidak ada jawaban cenah (katanya)." Doni pun menunjukkan lembar kunci jawaban yang ada di balik buku.
"Iyeu kah? Pantas je tak dapat jawab." Kevin pun melempar pensilnya ke atas buku itu dengan wajah kesal.
"Dih, tadi katanya bisa lah. Dusta awak ya Kang Epin." Doni memicingkan bibirnya pada Kevin.
"Sayeu ini pintar, sayeu lolos student exchange." Kevin membanggakan dirinya.
"Emang aku bilang ga pinter gitu tadi?" Doni menekuk kedua alisnya bingung.
"Tak lah. Sayeu ini jujur. Seumur hidup sayeu ini selalu jujur, tak dusta sikit pun." Kevin lagi-lagi membanggakan dirinya.
"Oh, gitu ya? Coba jujur, Kang Epin suka ga sama babeh Taufik?" Tanya Doni usil.
"Wah, soal yang ini cobeu tengok. Sayeu sudah jumpa jawabannya." Kevin menunjuk ke soal di kertas lagi, mengalihkan pembicaraan.
"Ganti topik euy, ketahuan nih Kang Epin." Doni pun tertawa kecil karena perkataan Kevin benar. Dia selalu berkata jujur, baik dengan mulut maupun ekspresi wajahnya.
Kevin sebenarnya sayang dengan babeh Taufik. Hanya saja ada saat dimana Kevin selalu kena marah padahal yang bersalah adalah Hans dan Yogi. Lalu ada juga saat Kevin harus membersihkan kosan sampai kontrakan, sudah seperti pekerjaan utama Kevin di luar kuliah. Masa-masa itu menjadi masa tersulit untuk Kevin karena dia tidak bisa menolak apapun yang dilakukan babeh Taufik padanya. Prinsip hidupnya untuk selalu membantu orang-orang ini ternyata menjadi dilema karena merugikan dirinya sendiri. Tapi Kevin selalu melakukan semuanya tanpa sadar, karena dia sudah terbiasa.
"Makan dulu yuk! Laper gini lah belajar terus, aduh!" Doni mengelus-elus perutnya yang buncit. Sebenarnya mereka dari tadi belajar sambil memakan cemilan chicken wings dengan saus keju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daydreamer
FanfictionYou're not a daydreamer~ JBJ dengan cita rasa lokal: Donghan as Doni Taehyun as Taufik Yongguk as Yogi Hyunbin as Hans Sanggyun as Sugeng Kenta as Kevin