Teman?

558 20 0
                                    

Buku diary selalu jadi temanku, apakah kau mau juga jadi temanku, aku harap kau mau-mentari putria alwirachma

***

Sudah dua hari mentari di rumah sakit, dan selama dua hari itu ptra selalu memperhatikan mentari takutnya ada yang sakit lagi, kupikir itu lebay tapi entah kenapa putra ingin tidak peduli pada gadis ini tapi selalu saja gagal, dia tetap peduli pada gadisnya.

Hah sejak kapan putra menganggap mentari gadisnya? Mengapa jantung ini memompa lebih keras, berdetak tak karuan.

"kau sudah bangun ternyata,bagaimana tidur mu apakah nyenyak? "

" iya nyenyak sekali dan hari ini aku ingin pulang"

"tunggu instruksi dari dokter"

"iya iya dasar cerewet"

"aku tak peduli"

"kau itu lebih cerewet dariku ternyata, seperti kakak ku saja hahaha"mentari terbahak bahak mengejek putra.

Putra hanya tersenyum melihat gadis ini tertawa lagi, sudah lama dia tidak melihatnya, ia merindukannya.

"lega sekali aku melihatmu" sambil menatap dalam dalam gadis itu

"memangnya kenapa? "

" sudah dua hari kau ini tidak tertawa, aku merindukannya"

"apa apaan sih kau ini, tidak jelas sekali, sudahlah kau tanyakan pada dokter kapan aku bisa pulang"

"tidak mau"

"kenapa tidak mau? Kau ingin aku terus disini ya?"

"iya supaya aku selalu berdua denganmu"

"hah kalau begitu kau sama saja seperti buku diary ku"

"kenapa? "

" buku diary itu selalu jadi temanku, apakah kau mau jadi temanku juga? Aku harap kau mau"

"aku sih mau saja, tapi kenapa aku disamakan dengan buku diary mu? "

" karena buku diary ku selalu kubawa kemana mana, dia selalu berdua dengan ku, apakah kau tidak mau? "

Pipi putra merah macam tomat, mungkin dia malu ketika mentari berbicara seperti itu.

Mentari menopang dagu dan berkata
" baru kali ini aku melihat laki laki wajahnya merah seperti itu, apakah kau sakit? "

" tidak aku tidak sakit"sambil menutup pipi nya dengan tangannya sendiri

"hahahahah apakah kau malu? " sambil tertawa terbahak bahak

" siapa juga yang malu, memangnya aku malu kenapa coba? "

" mungkin tadi ketika aku bicara berdua denganku" sambil mendekatkan muka nya ke muka putra, sangat dekat bahkan putra bisa merasakan hembusan nafas nya mentari. Putra meneguk saliva nya kasar, jantungnya berdetak tak karuan.

"ah sudahlah kau ini"

"mencoba mengalihkan pembicaraan ya" sambil menoel noel pipi putra

***

Udah ah segitu dulu😂

Ciaa putra nya malu sama mentari

Kasih saran dong setelah part ini bagusnya kayak gimana?

Buntu soalnya hehe😂

Vote comment nya guys

Love you💞

See you next part guys❣️

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang