#1

911 39 0
                                    

Author's pov

Pagi yang cerah di Seoul International University sudah dipenuhi kerumunan mahasiswa yang penuh rasa penasaran.

Pasalnya ada gosip yang tersebar mengenai mahasiswi tahun pertama jurusan modelling.

Entah bagaimana gosip itu tersebar. Tapi yang pasti, gosip itu tersebar dengan sangat cepat seperti air yang tumpah.

"Ya! Dia datang!" Seru seseorang.

"Mana?! Mana?!"

Sebuah mobil hitam memasuki halaman gedung fakultas modelling dan berhenti tepat di depan pintu utamanya.

Dari mobil tersebut keluar seorang gadis bersurai cokelat.

Seketika para mahasiswa yang penasaran itu segera merapat. Namun masih memberi ruang bagi gadis itu untuk berjalan.

Gadis itu berjalan tak acuh melewati kerumunan yang melemparkan tatapan kagum padanya. Ekspresinya menunjukkan seakan ia malas dengan semua tatapan itu. Dingin.

Tatapan mereka tak lepas dari gadis itu. Tidak sampai sosok itu hilang di balik pintu masuk gedung fakultas modelling.

.-.

"Kenapa lo makan siang disini? Setau gue fakultas modelling udah punya kantin sendiri. Lebih terkontrol malah makanannya."

"Males. Banyak mahasiswa di sana. Serasa diintimidasi. Dan temen gue ada di sini. Kenapa gue nggak boleh makan bareng temen gue."

"Bukannya nggak boleh, Zee. Rasanya aneh aja. Ngapain kan mahasiswi modelling ada di fakultas culinary."

"Buat minta sahabatnya buatin kue cokelat."

"Heh! Lo tuh nggak boleh kebanyakan makan cokelat. Inget nggak dulu lo kan-"

"Iya-iya. Cerewet." Zeezee ngambek.

"Daripada cokelat, mendingan lo makan ini aja. Papa gue baru pulang dari Singapur terus ngasih ini buat lo."

"Dark Chocolate?!" Zeezee mengambil satu cokelat kecil dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Lo emang yang terbaik, Ra."

"Inget! Jangan makan cokelat diem-diem di belakang gue. Gue nggak mau kejadian itu terulang lagi. Ngerti?"

"Yes, ma'am." Zeezee tersenyum layaknya anak kecil yang mendapat permen.

'terkadang di balik semua sifat dingin dan tak acuh itu lo hanyalah anak kecil, Zee.'

.-.

Di tempat yang tak terlalu ramai...

"Zee, lo mau langsung pulang?"

"Iya, Ra. Gue agak capek."

"Mau gue anter?"

"Nggak usah, supir gue bentar lagi dateng kok."

"Yaudah, gue cuma akan nemenin lo nunggu supir. Soalnya di sini agak sepi. Bahaya buat lo."

"Nggak usah lebay deh." Zeezee memukul pelan bahu Rasya.

"Lo kan cewek, Zee. Masa' nggak ada khawatirnya sama sekali."

"Lo juga cewek, Ra."

"Bedanya gue bisa bela diri gue sendiri. Lah, lo? Dari kecil juga gue yang ngelindungi lo."

"Iya, sabeom Rasya." Zeezee hanya mengiyakan seraya memeluk Rasya.

"Tapi, Ra, apa lo bakal gini terus? Kan, nggak selamanya lo bakal jagain gue. Lo juga punya hidup lo sendiri."

"Gue akan berhenti jagain lo kalo udah ada cowok yang sanggup dan pantas jagain lo."

"Apa ada cowok yang kayak gitu? Semua cowok itu sama aja. Tentunya selain papa gue dan papa lo."

"Pasti ada."

Hening. Entah karena tidak ada bahan obrolan atau memang karena masih nyaman dengan keheningan yang menyelimuti keduanya.

Dalam keheningan itu, seorang lelaki muncul tiba-tiba. Dari raut wajahnya seperti ia sedang menunggu seseorang.

"Zee!" Rasya menyeru tertahan.

"Apaan sih? Kenapa lo tiba-tiba gini?" Zeezee heran.

"Itu Kak Guanlin!" Masih dengan suaranya yang tertahan.

"Huh? Guan apa?"

"Guanlin, Lai Guanlin. Dia mahasiswa tingkat 3 fakultas hukum."

"Yang mana?"

"Itu, yang berdiri di sana." Tunjuk Rasya pada seseorang.

Zeezee memandang seseorang yang dimaksud Rasya. Dan ketika ia menemukan subjek yang dimaksud, sang subjek juga memandangnya.

Dalam sepersekian detik, tidak, selama beberapa saat mereka saling pandang.

"Guan!" Seruan itu menghancurkan suasana yang terjalin diantara mereka.

"Kenapa?" Tanya temannya.

"Nggak. Nggak ada apa-apa."

"Yaudah. Cabut yuk. Udah ditunggu anak-anak."

"Ok."

Ia kembali melempar pandangan pada gadis yang tak dikenalnya sebelum akhirnya ia pergi.

"Lo nggak tau dia, Zee?" Tanya Rasya, Zeezee menggeleng tak acuh.

"Dia Lai Guanlin, maha-"

"Mahasiswa tingkat 3 fakultas hukum. Lo udah ngomong itu tadi."

"Hehe," Rasya nyengir. "Dia itu salah satu cowok populer di universitas. Banyak banget fansnya. Sejak gue masuk fakultas culinary anak-anak udah pada ribut soal dia."

"Gue nggak tertarik."

Sesaat sebuah klakson mobil menghancurkan obrolan mereka.

"Yaudah, Ra. Gue balik dulu, ya. Oh! Lo nggak bareng gue?"

"Nggak, gue masih ada urusan."

"Yaudah, gue balik dulu, ya. See ya."

'gue hargain semua usaha lo, Ra. Tapi gue nggak akan jatuh ke lubang yang sama.'

.-.-.-.

Hola~

Gue balik dengan cerita baru. Gue nggak tau tapi gue rasa cerita ini bakal absurd. (Semoga aja nggak)

So, keep on reading and tell me your feedback about my story.

Don't forget to voment~

Happy reading, guys!!!

The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang