Author's pov
"Pacar?" Setelah di dalam mobil pun Zeezee masih menagih penjelasan pada Guanlin.
"Ngng..." Guanlin bingung bagaimana cara menjelaskannya.
"Lo sebut gue pacar lo?"
"Lagian mau gimana lagi? Gue nggak tau nomer ponsel orang tua lo dan telepon rumah lo, temen lo Rasya juga belom ngehubungin gue, ditambah lagi gue nggak tau alamat rumah lo. Yang gue tau cuma nama lo dan dokter nggak akan ngasih penjelasan kalau gue nggak ada hubungan apa-apa sama lo."
"Kenapa nggak lewat ponsel gue?"
"Gue panik. Dan pasti ponsel lo di lock."
Oke, itu penjelasan yang masuk akal dan Zeezee nggak bisa menemukan alasan lain untuk ngomelin cowok yang bahkan baru dua kali ketemu sama dia.
Saking masuk akalnya sampai membuat Zeezee terdiam.
"Thanks."
"Huh?"
"Nggak ada pengulangan." Gadis itu kelihatan dingin dan memiliki harga diri yang tinggi untuk sekedar meminta maaf.
Namun Guanlin menemukan sisi manis gadis itu sehingga dia tersenyum mengingatnya.
"Jadi dimana rumah lo?"
"Ngapain nanya-nanya? Stalker lo ya?"
"Heh! Gue cuma mau nganter lo pulang. Liat tuh muka lo udah kayak mayat hidup. Ya kali gue ninggalin lo di jalan."
Iya juga.
Setelah berpikir Zeezee menyebutkan alamat rumahnya dan mobil Guanlin meluncur ke alamat yang dituju.
"Kenapa? Kalo ada yang mau diomongin ngomong aja. Nggak usah malu ngomong sama orang ganteng."
"Pede mati lo." Guanlin senyum denger jawaban Zeezee.
"Soal tawaran lo..."
"Kenapa?! Lo bersedia?!" Antusias Guanlin.
"Heh! Itu perhatiin jalan! Lo mau gue mati muda?" Omel Zeezee.
"Oh, iya. Hhe. Tadi mau ngomong apa?"
"Itu, soal tawaran lo. Gue mau jadi pianis di acara lo."
"Serius?!"
"Eh! Itu jalannya! Perhatiin, bodoh!"
"Iya-iya. Sorry. Serius?"
"Kebanyakan nanya gue batalin."
"Eh, jangan dong." Guanlin memelas. Tapi seketika tersenyum. "Thanks ya."
.-.
Keesokkannya di kantin fakultas modelling...
"Ra, lo ngapain sih ke fakultas gue?"
"Buat makan siang bareng lo lah. Barusan kita kan makan siang."
"Iya, gue tau. Tapi kan biasanya gue yang ke fakultas lo buat makan siang. Lo tau gue nggak suka makan di sini. Merinding gue di sini."
"Ihh, sekali-kali boleh kali makan di fakultas lo. Bosen gue di gedung gue mulu. Lagian kan banyak cogan di fakultas lo. Sekalian cuci mata gitu."
"Dasar! Pantesan lo ke sini." Zeezee cuma bisa senyum ke Rasya.
"Ehm, excuse me. May I disturb you for a moment?" Tiba-tiba cowok tinggi datang.
"Eh! Kak Guanlin, ngapain kesini?" Rasya.
"Tadi gue udah ke fakultas culinary buat nyari Zeezee. Tapi ternyata dia nggak ada. Jadi gue ke sini." Jelas Guanlin.
"Ngapain lo nyari gue?" Zeezee berhenti makan.
"Lo suka makanan manis, ya? Gue selalu nemuin makanan manis di piring lo."
"Iya, kak. Dia itu-" Rasya menyerobot.
"Bukan urusan lo. Dan tadi gue nanya 'ngapain lo nyari gue?', kenapa jadi out of topic sih?"
"Oh, iya. Ini buat lo." Guanlin nyerahin kotak warna soft pink dengan pita putih di atasnya.
Zeezee ngasih tatapan 'ini apaan?' ke Guanlin.
"Oh! Ini gaun buat lo. Semua yang main musik pake seragam dan nggak terkecuali lo. Lagian nanti lo jadi pemain utama yang ditengah panggung, jadi lo harus keliatan cantik."
Rasya melemparkan tatapan menggoda ke Zeezee.
"Oh my!" Tiba-tiba Rasya nepok jidatnya. "Gue lupa ngasih tau kalo Zeezee bersedia tampil di acara lo, kak."
"Nggak apa-apa. Kemarin dia udah bilang kalo dia mau kok." Ucap Guanlin.
"Kemarin? Kemarin kalian ketemuan?"
"Iya, jadi kemarin-" Ucapan Guanlin keselak.
"Nggak usah banyak omong. Soal gaun ini, lo yakin banget ngasih gaun ini ke gue. Emang lo tau ukuran gue?" Tanya Zeezee penuh selidik.
"Tau lah. Sekali liat gue udah tau." Guanlin bangga
"Heh! Pede gila lo! Beneran kan? Lo itu stalker, mesum pula!" Akibat seruan Zeezee semua orang di kantin menatap Guanlin. Mereka, terutama para laki-laki, juga melemparkan tatapan seakan mereka siap menerkam Guanlin.
"Heh! Lo bisa nggak sih diem?" Bisik Guanlin kelabakan seraya membekap bibir Zeezee.
"Lepas!" Zeezee melepas kasar tangan Guanlin dari bibirnya.
"Kalau gitu, gue balik dulu. Ada kelas." Guanlin diam sebentar lalu, "oh iya, lo kosong nggak nanti sore? Kita bakal latihan di hall fakultas hukum."
"Gue udah nggak ada kelas. Gue mau pulang." Ketus Zeezee.
"Yaudah kalo gitu nanti sore gue jemput lo."
"Terserah." Zeezee udah nggak peduli lagi. Toh dia ngelakuin ini juga karena mau balas budi ke Guanlin aja.
"Yaudah, bye Zee. Ra, gue duluan."
"Iya, kak."
Setelah Guanlin pergi Rasya terus godain sahabatnya.
"Cie..."
"Cie-cie, cie apaan, bodoh?"
"Ada angin apa lo sama kak Guanlin bisa ketemuan kemarin?"
"Kemarin dia nolongin gue. Gue pingsan di toko buku dan dia yang bawa gue ke rumah sakit."
"Hah?! Lo pingsan?! Tuh kan! Gue udah nyuruh lo buat istirahat kemarin. Eh, lo malah keluyuran." Omel Rasya.
"Udahlah, gue mau pulang. Capek gue." Zeezee langsung berdiri dan jalan pergi.
"Eh, Zee, tunggu! Ceritain gimana kemarin lo sama dia!"
Tentunya dengan Rasya yang nagih penjelasan. Maklum. Manusia mana yang nggak kepo kalo sahabatnya deket sama seseorang.
'gue seneng lo udah bisa nerima keberadaan dia. Walaupun eksistensi dia cuma sebatas kabut tipis buat lo.' Rasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)
Fanfiction'semua cowok sama aja. Mereka adalah binatang liar nggak bermoral. Dan nggak ada binatang liar nggak bermoral yang pantas bersanding dengan manusia.' - Zeezee 'apa gue termasuk salah satunya?' - Guanlin 'tergantung. Kalo lo punya moral, lo bisa jadi...