Pagi itu di sebuah toko roti...
"Bonjour, mademoiselle Zanetta!"
(Selamat pagi, nona Zanetta!)"Bonjour, madamme Asley!" (Selamat pagi nyonya Asley!)
"Puis-je vous aider?" (Ada yang bisa kubantu?)
"Oh! Je veux acheter une boîte de lait, une petite boîte de fromage et deux baguettes." (Aku ingin sekotak susu, sekotak kecil keju, dan dua baguette.)
"Baik, aku akan menyiapkannya. Mohon ditunggu."
"Kini anda bisa berbicara denganku dengan bahasaku." Gadis itu memuji seraya tersenyum.
"Kamu sering datang ke tokoku. Awalnya kamu tidak bisa bahasa Perancis, jadi aku memutuskan untuk sedikit belajar tentang bahasamu." Nyonya Asley, sang pemilik toko roti tersenyum.
"Maaf telah merepotkan anda."
"Jangan sungkan. Aku suka mempelajari bahasa asing. Oh! Aku dengar dari Monsieur (tuan) Morrand pekerjaan dan studimu sudah selesai. Kau akan memutuskan kembali ke negaramu?" Wanita tua itu masih sibuk menyiapkan pesanan sang nona muda.
"Ya, pesawatku berangkat nanti sore. Sebenarnya ini juga kali terakhir aku datang ke toko anda. Dan, maksud kedatanganku sekaligus ingin berpamitan dengan anda."
"Oh! Benarkah?! Oh, sayang, aku pasti akan merindukanmu." Madamme Asley meninggalkan semua rotinya dan menghambur memeluk Zeezee.
Gadis muda itu sudah dianggap sebagai putrinya.
"Aku juga pasti akan merindukan baguette dan croissant buatan anda."
"Jadi kamu tidak akan merindukanku. Gadis nakal." Madamme Asley mencubit pipi Zeezee pelan seraya tersenyum gemas.
"Ini rotimu. Ambil saja. Anggap sebagai hadiah dariku untuk mengantar kepergianmu."
"Terima kasih, madamme Asley. Aku pamit."
Baru saja sampai di pintu, madamme Asley kembali berseru.
"Sayang! Apa kamu sudah mengabari kepulanganmu padanya? Pemuda yang menunggumu lima tahun lalu?"
Zeezee terdiam sejenak. Ia berpikir dalam diamnya. Sorot matanya menandakan bahwa ia sendiri tidak tau.
"Aku belum mengabarinya sejak lima tahun yang lalu. Entah dia masih mengingatku atau tidak." Ada kesedihan dalam nada bicara gadis itu.
"Aku yakin dia selalu memikirkanmu. Dia sangat mencintaimu."
"Terima kasih, madamme." Zeezee melengang pergi.
Apa kamu masih ingat aku, jerapah?
.-.
"Hey, jaksa Lai!" Sapa seorang lelaki.
"Hey, Niel."
"Lo nggak pernah mau manggil gue senior, ya? Mentang-mentang udah naik jabatan."
Guanlin tertawa.
"Lo nggak ada acara kan besok malam?"
Guanlin berpikir sebentar lalu bicara, "kayaknya nggak ada. Kenapa?"
"Rasya bilang, your princess is in her way back to Korea. Om Arya dan tante Tiffany lagi di Australia. Dan Rasya besok ada acara pembukaan resto temannya, gue sebagai supirnya. Lo mau jemput gadis kesayangan lo?"
"Zeezee pulang?" Guanlin membulatkan matanya.
"Iya, pesawatnya kemarin berangkat. Kalau waktu perjalanan Paris-Incheon kurang lebih 19 jam dan perbedaan waktu Perancis-Korea 8 jam, berarti Zeezee akan sampai di Korea nanti malam sekitar jam 8 malam."
"Jam 8?! Njir, lo, Niel! Kenapa nggak ngasih tau gue dari tadi, hah?!"
Guanlin langsung menyambar jas yang ada di senderan kursinya dan segera pergi menuju bandara.
Membutuhkan waktu satu jam kalo nggak macet. Tapi sayangnya sekarang lagi macet karena ada kecelekaan di salah satu jalan.
"Sial!" Rutuk Guanlin yang terus-menerus menekan klakson.
Setelah semua cobaan di jalan, akhirnya Guanlin sampai di Bandara Internasional Incheon.
Guanlin berlari menuju pintu kedatangan. Guanlin melihat jam yang melingkar di tangannya.
08.27 pm
Guanlin terlambat.
Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati.
Bodoh banget, lo, Guanlin! Gadis yang lo tunggu pulang dan lo nggak tau?
Walaupun tau dia terlambat, tapi Guanlin masih menunggu Zeezee. Sampai akhirnya dua jam berlalu.
Mungkin gadis itu memang sudah sampai dan pulang ke rumahnya.
Guanlin berbalik dan hendak meninggalkan gerbang kedatangan menuju ke parkiran.
Tapi langkahnya terhenti ketika mendapati seorang gadis yang tengah duduk di atas kopernya dan menunggu kereta untuk kembali ke pusat kota.
"Zee?" Perlahan Guanlin memanggio gadis itu.
Gadis itu menengok ke arahnya agak terkejut. Kemudian ia tersenyum.
"Hey, giraffe." Sapanya perlahan.
Tanpa balasan Guanlin langsung berlari ke arah gadis itu dan memeluknya.
"I miss you, Zee." Guanlin berbisik di telinga gadis itu.
Pelukannya semakin erat seperti tak akan ia lepaskan sekali lagi dan untuk selamanya.
"I'm home, baby." Salam Zeezee pada Guanlin, membalas pelukan lelaki itu.
Akhirnya kamu kembali, sayang.
.-.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)
Fanfiction'semua cowok sama aja. Mereka adalah binatang liar nggak bermoral. Dan nggak ada binatang liar nggak bermoral yang pantas bersanding dengan manusia.' - Zeezee 'apa gue termasuk salah satunya?' - Guanlin 'tergantung. Kalo lo punya moral, lo bisa jadi...