#6

370 24 0
                                    

Author's pov

Sabtu. 17.39

"Lin, pianisnya mana?" Tanya PJ acara.

"Iya, kak. Bentar lagi dia dateng."

"Yaudah, cepetan ya. Acara udah mau mulai."

"Iya kak." Guanlin sibuk sama ponselnya.

"Ayo angkat, Zee. Please." Mohon Guanlin.

Btw, Guanlin dapet nomer ponsel Zeezee beberapa hari yang lalu. Itu juga Zeezee terpaksa ngasih karena ada dosen yang minta kontak anak-anak yang ambil andil dalam acara fakultas hukum ini.

Nggak lama kemudian Zeezee datang dengan napas tersengal.

"Hh... Hh... Hh..." Dia masih ngatur napas.

"Zee, akhirnya lo dateng. Gue udah panik lo nggak dateng."

"Maaf, kak. Tadi macet."

"Yaudah, lo ke make up room aja. Udah ada yang nunggu lo disana."

"Iya, kak." Zeezee langsung pergi ke tempat yang dituju.

"Wait, dia manggil gue apa? 'kak'?" Guanlin mikir.

Sekitar kurang lebih satu jam kemudian PJ acara dateng lagi.

"Lin, gimana? Pianisnya udah dateng belom?" Dia terdengar agak panik.

"Iya, kak, dia lagi-" Guanlin berhenti ngomong waktu dia ngeliat Zeezee keluar dari ruang make up.

Gadis itu keluar dengan gaun sleeveless di atas lutut dan high heels berwarna broken white yang senada dengan gaunnya.

Rambutnya dibuat bergelombang dan terdapat hiasan kepala bentuk bunga di sampingnya.

Guanlin masih mandang Zeezee dengan mulut sedikit menganga.

"Lin, ini pianisnya?" Pertanyaan itu seketika membuyarkan semua konsentrasi seorang Lai Guanlin.

"Eh? Oh, iya. Dia Zee-, maksud gue Zanetta."

"Gue juga tau. Mana ada yang nggak tau Zanetta di SIU. Anjir, beruntung banget kita dapet Zanetta. Yaudah, bawa Zanetta ke atas panggung. Bentar lagi mau mulai."

"Oke."

Guanlin menghampiri Zeezee.

"Lo siap?" Pertanyaan Guanlin dijawab Zeezee dengan anggukan.

Guanlin mengantar Zeezee sampai ke belakang panggung. Kemudian Zeezee berjalan sendirian menuju piano yang ada di tengah.

Zeezee mulai menempatkan jemarinya di atas tuts piano.

Perlahan terdengar alunan musik dari piano maupun alat musik pemain pendukung.

Pada saat itu, semua hadirin yang datang tak dapat melepaskan atensi mereka dari gadis yang menjadi pusat perhatian itu.

Bahkan semua yang ada di belakang panggung menghentikan semua aktifitas mereka sejenak untuk sekedar menikmati alunan musik itu.

Canon In D yang dibawakan gadis itu memiliki memiliki aura yang berbeda dari Canon yang dibawakan Pachelbel, komposer aslinya.

Entah apa, tapi para hadirin sangat menikmatinya.

Untuk berikutnya, beberapa pemain pendukung meletakkan alat musiknya. Tapi tidak bagi Zeezee.

Zeezee masih melanjutkan permainannya ke lagu yang kedua, For Elise.

Dan sekali lagi, Zeezee berhasil menyita atensi semua orang yang hadir dalam hall itu.

The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang