Sore harinya Guanlin jemput Zeezee di rumahnya.
Nggak ada sepatah kata pun yang terdengar selain deru mobil dan suara-suara dari dunia luar.
Hening.
Dan nggak ada yang berani memulai percakapan.
Atau mungkin salah satu dari mereka terlalu males untuk ngomong.
"Lagu untuk acara nanti nggak susah, kok. Nggak perlu khawatir." Mulai Guanlin.
"..." Zeezee masih diam.
"Lagu yang kita pake cuma Canon in D dan For Elise. Tapi bakal ada improvisasi di lagu itu. Lo bisa kan?"
"Iya."
'irit banget nih anak', pikir Guanlin.
Dan setelahnya mereka milih diem sampai tujuan.
Mereka sampai di gedung fakultas hukum dan langsung menuju hall.
"Lo udah dateng, Lin?" Pertanyaan retoris dari seorang Kang Daniel.
"Iya. Gue jemput dia dulu." Jawab Guanlin.
"Wah, siapa nih? Gebetan lo? Atau pacar lo?"
"Eh! Bukan. Dia pianis kita." Guanlin natap Zeezee, takutnya cewek itu marah dikira sebagai pacarnya.
"Lo, Zanetta bukan? Anak fakultas modelling yang rame diomongin anak-anak."
Zeezee ngelirik Guanlin dan Guanlin tau arti tatapannya.
'singkirin dia atau gue pulang', kira-kira begitulah Guanlin mengartikan tatapannya.
"Eh, Niel, lo bukannya masih ada urusan? Budget konsumsi udah diurus belom?" Kata Guanlin ngalihin perhatian Daniel.
"Eh, iya. Gue harus ngehubungin si Rasya. Yaudah, gue tinggal dulu ya. Oh! Partiturnya ada di atas piano. Bye." Daniel pergi.
Guanlin lalu ngajak Zeezee naik ke atas panggung tempat dimana piano berada.
Zeezee duduk di kursi piano dan mulai meriksa partiturnya.
Setelah selesai dia mulai naruh jarinya di atas tuts piano. Tapi belum mulai menekannya.
"Bukannya lo juga masih ada urusan?" Tanya Zeezee.
"Oh! Iya, lo bener. Yaudah, gue tinggal, ya. Puas-puasin latihannya." Guanlin paham maksud dari ucapan cewek di depannya. Makanya dia undur diri.
"Tenang aja. Nggak akan ada yang dateng ke sini kok. Anak-anak lain tadi udah latihan, jadi tinggal lo aja." Jelas Guanlin.
"Sekitar satu jam lagi gue balik ke sini. Gue pergi dulu."
Guanlin keluar dari hall. Tapi sebelum keluar, dia berhenti di pintunya dan melirik sekilas ke Zeezee. Seketika dia senyum sambil sedikit menghela napas.
Balik ke Zeezee.
Dia masih diem sambil ngeliatin pianonya. Kemudian dia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, mencoba menyatukan jiwanya dengan piano yang akan dimainkannya.
'saat main alat musik kamu harus mencoba menyatukan jiwa kamu dengan alat musik. Nanti pasti musik yang dihasilin bagus.'
Seberkas ingatan melintas di benaknya. Tapi entah itu ingatan siapa. Dan mungkin dengan siapa. Zeezee sendiri juga nggak tau.
Zeezee mulai menekan tuts piano satu demi satu sesuai dengan partitur di depannya.
Perlahan-lahan ia mulai lancar memainkannya. Dan jarinya seakan enggan ninggalin tuts piano.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)
Fanfiction'semua cowok sama aja. Mereka adalah binatang liar nggak bermoral. Dan nggak ada binatang liar nggak bermoral yang pantas bersanding dengan manusia.' - Zeezee 'apa gue termasuk salah satunya?' - Guanlin 'tergantung. Kalo lo punya moral, lo bisa jadi...