#8

307 21 0
                                    

Guanlin's pov

Gue udah ngerasa dari awal saat pertama kali gue ketemu sama lo.

Lo mirip sama dia.

Garis muka, mata, hidung, bibir.

Dan gue semakin yakin seirimg dengan berjalannya waktu.

Waktu gue tau kalo lo punya penyakit yang sama kayak dia. Lo dan dia juga sama-sama suka makanan manis. Terutama cokelat. Tapi karena punya anemia, jadi nggak bisa makan banyak-banyak.

Lo dan dia sama-sama bisa main piano. Lo dan dia juga sama-sama suka ngebantah omongan orang.

Kalian berdua terlalu mirip.

Sempat gue nggak yakin waktu lihat perangai lo.

Sekarang lo dingin. Lo nggak seceria dulu. Dulu waktu lo masih menjadi mochi kecil gue.

Tapi gue yakin ada yang terjadi selama gue nggak ada di samping lo.

Dan hari ini keyakinan gue semakin jelas waktu Seongwoo nge-post foto om Arya di instagramnya.

Akhirnya gue nemuin lo, Zee.

'aku udah menemukanmu, mochi.'

.-.

Autor's pov

"Zee."

"..."

"Zee. Kenapa?"

"..."

"Zee!"

"Eh! Oh, iya. Gue ikut."

Rasya mandang Zeezee aneh.

"Apaan sih lo Zee? Gue nanya apa lo jawab apa. Lo lagi mikirin apa?"

"Ngng..." Zeezee sedikit nggak yakin untuk cerita.

"Kalo lo nggak mau cerita nggak apa-apa."

"Itu, akhir-akhir ini gue mimpi buruk."

"Mimpi?"

"Iya. Gue mimpi tentang dua anak kecil yang nggak gue kenal. Dan satu lagi dua anak sekolahan. Yang anak sekolahan, cowoknya nyiksa ceweknya gitu. Tapi semuanya nggak jelas jadi gue nggak tau itu siapa." Curhat Zeezee.

'mimpi itu mulai menghantui lo lagi, Zee.'

"Udahlah, mimpi kan cuma bunga tidur. Nggak usah dibawa serius. Mendingan makan aja yuk. Gue laper." Zeezee menganggukkan kepala setuju.

'gue harap lo nggak pernah ingat kejadian itu lagi. Gue nggak mau lo tersiksa. Karena gue sayang lo. Lo adalah sahabat gue, Zee.'

Tiba-tiba ponsel Zeezee berdering.

"Siapa?" Tanya Rasya.

"Mama."

"Yaudah buruan angkat."

"Gue juga tau kali." Zeezee menjawab panggilan mamanya.

"Iya, ma."

"Kamu pulang jam berapa hari ini?"

"Hari ini? Hari ini Zee pulang sekitar jam 3. Kenapa ma?"

"Papa kamu mau makan malam sama temannya. Itu loh, papa mamanya jerapah, teman kamu dulu. Teman papa waktu di China."

"Jerapah?"

"Yaudah, nanti mama minta pak Jhonny untuk jemput kamu. Langsung pulang ya, sayang."

"Iya, ma. Zee sayang mama." Zeezee mematikan sambungan panggilannya.

"Kenapa Zee?" Tanya Rasya.

"Mama minta gue untuk pulang cepat. Katanya papa mau makan malam bareng temennya. Katanya sih teman papa waktu di China."

"Terus?"

"Terus mama juga bilang kalo temen papa itu papa mamanya jerapah, temen gue."

"Jerapah?"

"Ng. Lo tau?"

"Nggak juga sih."

'jerapah adalah orang yang selalu lo omongin saat awal pertemanan kita. Tapi sekarang lo nggak inget. Karena kalo gue ngingetin lo semua yang terjadi dulu, lo bakal inget semua hal buruk yang lo alami karena 'dia'.'

.-.

Malam ini Zeezee dan keluarganya makan malam di luar. Sesuai janji, mereka akan makan malam bersama teman papanya.

"Ma, temen papa yang mana sih?" Tanya Zeezee.

"Kamu kenal kok. Waktu kecil kalian sahabatan malah. Mungkin karena udah lama kamu jadi lupa."

"Okay." Zeezee memilih untuk berhenti bicara dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Oh! Itu dia teman papa. Hey! Yifan! Sudah lama, ya. Sudah sekitar sepuluh tahun kita nggak ketemu."

"Arya~ masih kelihatan muda. Kalo papasan di jalan mungkin aku sudah meluk kamu. Hha."

Bagai reuni, semua terlihat akrab.

"Jeng, udah lama banget, ya, kita nggak ketemu. Terakhir ketemu waktu di bandara waktu kalian pindah karena Arya dipindah tugaskan ke Korea."

"Iya, waktu itu Yifan dan Arya nangis-nangis sesenggukan. Kayak anak kecil."

"Iya. Oh, ini pasti Zeezee ya." Seorang wanita yang seumuran dengan mama Zeezee memeluk Zeezee. "Dulu kamu masih kecil banget. Sekarang sudah besar. Makin cantik."

"Terima kasih, tante." Zeezee senyum. Agak kikuk karena tidak mengenal orang yang baru saja memeluknya. Atau mungkin tidak ingat karena memorinya yang terkubur jauh di dasar pikirannya.

"Oh, iya. Ini anak tante, temen kamu waktu di China. Dulu kamu suka manggil di jerapah dan dia sering manggil kamu mochi. Kamu ingat?"

Seorang pemuda maju menunjukkan dirinya.

"Sudah lama, ya, mochi."

Guanlin.

Semua memorinya yang terkubur jauh di dasar perlahan muncul ke permukaan.

Mereka semua muncul secara cepat dan saling bertumbukan sampai Zeezee sendiri tidak tau mana yang benar dan mana yang salah.

Dan itu membuat kepala Zeezee seketika terasa berat.

"Zee, sayang, kamu nggak apa-apa?"

"Zee, lo nggak apa-apa? Zee!"

"Sayang, kamu kenapa?"

Semua suara itu. Semua bercampir menjadi satu. Zeezee sendiri bahkan tidak bisa membedakan siapa pemilik suara-suara itu.

Tanpa instruksi Guanlin memeluk Zeezee.

"Gue disini, Zee. Gue di sisi lo. Dan akan terus ada di sisi lo untuk ngelindungi lo."

Setelah Zeezee mulai tenang, mama dan papa Zeezee meminta Guanlin untuk mengantarnya pulang.

Sampai di rumah Zeezee sudah tertidur.

Guanlin mengangkatnya menuju kamar dan membaringkannya di ranjangnya.

Setelahnya Guanlin duduk di kursi di samping ranjang Zeezee. Dia memandang wajah Zeezee.

Sambil mengelus puncak kepalanya Guanlin bicara, "maafin gue karena gue nggak ada di samping lo di saat lo butuh gue."

.-.-.


Don't forget to voment~

Happy reading!!!

❤ A

The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang