Malam itu...
"Hwan, ajarin gue main gitar dong." Guanlin tiba-tiba datang ke kamar Jaehwan.
"Ahh~ apaan sih? Ganggu aja lo. Gue lagi tidur, bodoh!" Jaehwan yang tiba-tiba diguncang Guanlin dan belum sepenuhnya sadar.
"Ajarin gue ya?"
"Balik sana ke kamar. Gue mau tidur."
"Gue nggak bakal balik sebelum lo bilang iya."
"Iya-iya. Udah sana balik."
"Yes! Oke. Thanks bro."
"Hm."
Esoknya...
Jaehwan baru saja kembali dari jogging dan kini ia sedang beristirahat. Ia meminum air yang ada di botolnya.
"Jae!" Tiba-tiba Guanlin menepuk punggung Jaehwan keras sehingga ia tersedak.
"Njir lo Guan! Lo mau gue mati keselek hah?!"
"Ajarin gue main gitar."
"Nggak."
"Eh! Lo udah janji."
"Kapan?"
"Tadi malem. Gue ke kamar lo tadi malem."
"Oh iya?" Guanlin mengangguk.
"Jadi lo sekarang suka gitar?"
"Nggak." Straightforwardly he answered.
"Lah terus ngapain lo minta diajarin gitar, bodoh?"
"Buat tampil di pensi bulan depan."
"Oh, pensi itu. Lah! Lo kan bisa main piano, kenapa nggak piano aja?"
"Gue mau nyanyi sambil main gitar. Kalo piano mah cocoknya buat musikal."
"Okelah. Kebetulan gue juga bawa gitar."
"Oke, gue ke kamar lo habis mandi."
"Deal."
Benar apa yang dikatakan Guanlin. Ia ke kamar Jaehwan setelah keduanya membersihkan diri.
"Lo mau belajar dari awal?" Tanya Jaehwan.
"Kelamaan. Lo ajarin gue kunci lagu ini aja?" Guanlin menyerahkan kertas berisi kunci nada sebuah lagu.
Jaehwan memperhatikan kertas itu dengan seksama.
"Lo yakin mau bawain lagu ini?" Guanlin mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Jaehwan.
"Oke, kita mulai."
Seharian itu Guanlin belajar memainkan gitar dari Jaehwan. Bahkan saat semuanya makan siang dan berjalan-jalan di pantai dia tidak ikut. Dia malah diam di kamar dan berlatih.
Saat sore menjelang malam...
"Tadi lo kemana? Belom makan siang kan?" Zeezee menghampiri Guanlin yang duduk di beranda kamarnya.
"Loh? Lo kok bisa masuk sini?" Guanlin sedikit terkejut karena Zeezee yang tiba-tiba ada di kamarnya.
"Tadi Jihoon kasih tau password kamar lo."
"Oh." Bibir Guanlin membentuk huruf 'O'. "Gue lagi latihan."
"Latihan? Main gitar?"
"Iya. Buat pensi bulan depan. Lo dateng kan?"
"Nggak tau ya, gue nggak tertarik sama acara kaya' gitu."
"Dateng dong. Nonton gue. Masa' nggak ada yang semangatin gue sih?" Guanlin agak cemberut.
"Kan fans lo banyak."
"Tapi gue mau lo yang semangatin gue. Gue mau lo berdiri di barisan paling depan biar gue bisa liat lo dengan jelas waktu gue main gitar. Lo mau kan?" Guanlin berharap.
Zeezee lama menatap Guanlin tepat di matanya. Gadis itu dapat melihat bahwa lelaki di depannya menaruh harapan besar kalau gadis itu akan berada di sana dan memberi semangat untuknya.
"Oke. Gue akan kesana."
"Thanks." Guanlin tersenyum menampilkan senyuman khas miliknya.
"Yaudah, sekarang ayo turun. Sebentar lagi makan malam. Lo belum makan siang kan? Gimana mau latihan buat pensi kalo nggak ada tenaga. Ayo makan dulu."
"Iya, sayang." Goda Guanlin.
"Ih! Apaan lo sayang-sayang. Stop manggil gue sayang."
"Oh! Okay, baby."
"Guanlin! Berhenti nggak?"
"Nggak mau. Baby! Baby! Baby! The girl next to me is ma baby!" Guanlin berteriak di sekitar koridor.
Tak lama seorang wisatawan asing lewat. Dari wajahnya sih terlihat bahwa ia adalah ras kaukasia.
"Hello, ma'am."
"Oh! Hello, young boys." Ucapnya membalas sapaan Guanlin.
"This girl next to me is my darling. She is my girlfriend and I love her so much. Right, baby?"
"Guan! Apaan sih?!" Zeezee hanya tersenyum kikuk kepada wisatawan itu. Guanlin hanya merangkul Zeezee dan tersenyum bangga padanya.
"Sorry, ma'am. He isn't-" ucapan Zeezee terpotong dengan cepat.
"Oh! Really?! How lovely! I hope you'll longlast. Oh! And I hope you'll get married someday and have many gorgeous children."
"Thanks. Have a nice holiday!" Guanlin menarik Zeezee undur diri.
"Guanlin!" Zeezee menegur Guanlin.
"Iya, nyonya Lai?"
"What?! Are you out of your mind?"
"No. You'll called mrs. Lai someday though."
Zeezee lelah meladeni Guanlin. Ia hanya memutar bola matanya dan berjalan dengan tangan Guanlin yang masih melingkar di bahunya.
.-.
Setelah makan malam, semua orang sibuk dengan acaranya masing-masing.
Sebagian bermain PlayStation. Sebagian bersantai. Sebagian lagi tidur.
Rasya malah menemani Daniel makan. Lagi. Lelaki satu itu memang tidak ada habisnya kalau soal makan.
Dan Zeezee, gadis itu menemani Guanlin berlatih gitar. Atas permintaan Guanlin.
Hanya alunan gitar yang terdengar di balkon kamar Guanlin. Dan alunan lembut itu membelai Zeezee dan membuat Zeezee mulai mengantuk.
Saat Guanlin masih memainkan gitarnya, tanpa sadar seseorang jatuh di bahunya. Itu adalah Zeezee.
Guanlin tertegun sejenak dan menghentikan petikan gitarnya. Tak lama ia tersenyum dalam diam.
Sontak wajahnya berubah serius. Ia terlihat menimang sesuatu sampai akhirnya ia memutuskan.
Guanlin mendekatkan wajahnya tanpa ragu. Perlahan jarak antara keduanya terkikis. Sampai akhirnya benar-benar tak tersisa.
Guanlin mendaratkan bibirnya lembut di atas bibir gadis yang tertidur di sampingnya.
Di malam itu, Guanlin melampiaskan rasa rindu yang telah sekian lama ia pendam.
Cinta. Rindu. Sesal. Maaf. Keinginan untuk memiliki.
Semua bercampur menjadi satu.
'lo adalah satu-satunya wanita yang ada di hati gue, Zee.' - Guanlin
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)
Fanfiction'semua cowok sama aja. Mereka adalah binatang liar nggak bermoral. Dan nggak ada binatang liar nggak bermoral yang pantas bersanding dengan manusia.' - Zeezee 'apa gue termasuk salah satunya?' - Guanlin 'tergantung. Kalo lo punya moral, lo bisa jadi...