#17

266 18 0
                                    

Minggu ujian sudah selesai sejak beberapa hari yang lalu, kini Guanlin terus-terusan mengingatkan Zeezee akan janjinya.

"Zee, jadi kan?" Guanlin menghampiri Zeezee di fakultasnya.

"Sesuai perjanjian, hasil ujian lo aja belom keluar."

"Zee, kan hasil ujian keluar masih sebulan lagi. Itu aja nggak tau keluar apa nggak. Masa' liburan kita nggak jadi sih?"

"Sesuai perjanjian, ka-"

"Gue tau." Guanlin memotong ucapan Zeezee cepat. "Tapi masa' nggak jadi liburan karena nilai yang belom keluar? Aku bisa pastiin kalo aku dapet A semua."

"Pede banget lo."

"Iyalah, gue kan pinter." Sombong Guanlin. "Jadi, jadi ya~ please."

Zeezee berpikir sejenak. Sebenarnya ia malas jika disuruh bepergian. Entah, tapi beberapa tahun belakangan ia telah berubah menjadi anak rumahan.

Ia berusaha memikirkan alasan yang tepat.

Tapi dia sudah berjanji pada Guanlin, dan bukan Zeezee namanya kalau mengingkari janjinya.

"Rasya?" Tanya Zeezee. "Gue belum sempet ngomong ke Rasya soal liburan itu."

"Daniel udah lama ngasih tau Rasya soal liburan ini."

"Kok Rasya nggak ngasih tau gue?"

"Lupa kali."

"Gue juga belom ketemu Rasya akhir-akhir ini."

"Yaudah lah. Ya ya ya, jadi ikut ya? Kan udah janji. Janji harus ditepati kan?"

"Iya-iya."

"Assa!" Guanlin berseru senang.

.-.

Di akhir pekan setelah ujian Guanlin sudah siap dan menunggu Zeezee di ruang tamu rumahnya.

Kedatangannya disambut hangat oleh papa Zeezee.

"Jadi, kalian mau liburan?" Tanya om Arya penuh selidik.

"Iya, om." Guanlin menjawab seraya tersenyum kikuk.

"Kenapa?"

"Kenapa?" Guanlin bingung menjawab apa dan hanya mengulang pertanyaan om Arya. "Ngng... Itu, kita kan habis ujian, jadi Guanlin pikir akan baik jika kita bisa liburan ngilangin stres dan capek habis ujian. Gitu om."

"Oh, gitu." Om Arya ber'oh' ria. "Berdua?"

"Mau Guanlin sih gitu om. Hehe. Eh!" Senyum Guanlin memudar seketika ketika ia sadar apa yang ia ucapkan.

"B-bukan om. Maksud Guanlin, kita pergi bareng temen-temen Guanlin dan Rasya juga. G-gitu om. Iya."

"Oh, gitu toh."

"Pa," sapa Zeezee yang baru turun dari tangga.

"Zeezee berangkat dulu ya, Pa." Zeezee mencium pipi papanya.

"Zeezee sayang," panggil mamanya.

"Iya, ma?"

"Kamu udah bawa jaket, sweater, syal?" Tanya mama.

"Zeezee cuma bawa jaket aja ma. Lagipula kata jerapah kita mau ke pantai."

"Sunblock? Sunscreen?"

"Udah, ma." Ucap Zeezee sabar.

"Jangan panas-panasan ya. Kamu kan sensitif. Nanti tiba-tiba kulit kamu merah-merah terus gatel aja."

Mungkin karena anak satu-satunya, perempuan lagi, makanya Zeezee selalu diberi perhatian penuh dan dimanja.

"Tenang aja, tante. Nanti Guanlin yang jagain Zeezee. Kalo perlu Guanlin payungin dia setiap dia keluar bahkan satu inch dari kamarnya."

The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang