Author's pov
Siang itu Guanlin baru saja menyelesaikan jadwal kelasnya.
Dia bermaksud keluar dari gedung hukum dan di lobi Guanlin menubruk seseorang yang tak lain adalah seniornya, Kang Daniel.
"Guan! Guan! Guan!"
"Kenapa lo?" Tanya Guanlin yang kebingungan.
"Keluar lewat pintu belakang! Lewat pintu belakang!"
"Woy! Biasa dong. Kenapa sih?"
"Zanetta. Fansnya Zanetta udah ngumpul di depan. Dia nanyain lo. Barusan gue di interogasi sama mereka. Gila serem parah. Terutama senior muka aneh."
"Muka aneh?"
"Si Jisung."
"Woy! Lai Gulali! Keluar lo!" Seru seseorang dari luar gedung.
Guanlin pun keluar gedung fakultas dan mendapati sekumpulan laki-laki di depan gedung fakultasnya.
"Ada apaan nih?" Tanya Guanlin.
"Heh, gulali! Ngaku lo! Ngapain lo sama Zanetta kemarin?" Tanya Jisung.
"Iya, ngapain lo? Nyari kesempatan kan lo? Apa jangan-jangan, lo sasaengnya Zanetta? Ngikutin Zanetta, nyuri foto Zanetta." Sekarang giliran Jaehwan.
"Kemarin? Gue cuma nganter Zanetta pemotretan. Ada yang aneh?"
"Terus ngapain Zanetta lo anter? Kan Zanetta punya supir."
"Heh, denger ya. Gue disuruh papanya Zanetta buat jagain Zanetta selama mereka nggak ada. Zanetta aja nggak ribut, kenapa jadi lo yang ribut?"
"Tapi, kan-"
Tiba-tiba Zeezee datang dan berdiri membelakangi Guanlin, menatap para laki-laki di depannya.
"Zee." Ucap Guanlin berusaha menghentikan Zeezee.
Zeezee menatap Guanlin dengan tatapan 'gue yang akan ngelurusin masalah ini'.
"Kalian semua, maaf karena sudah merepotkan. Tapi yang dikatakan jerapah-, ahh bukan. Yang dikatakan Guanlin itu benar. Papa udah minta dia untuk jagain gue. Guanlin ini anak teman baik papa. Maka dari itu papa percaya sama Guanlin." Jelas Zeezee.
"Karena semuanya udah jelas, gue dan Guanlin permisi." Zeezee narik tangan Guanlin menjauh.
.-.
Di mobil...
"Whoa! Hebat sekali ucapan seorang Zanetta Pandudinata, pemirsa. Sekali ucap gerombolan singa anteng."
"Diem lo, bodoh."
"Sopan dikit kenapa sama senior. Gue lebih tua dua tahun di atas lo."
"Nggak guna."
"Lo bener. Nggak guna berantem. Masa' sebelas tahun nggak ketemu bisanya cuma ribut."
"Huh? Sebelas tahun?"
Guanlin menarik napas dalam-dalam. Ia pikir mungkin ini saat yang tepat untuk mengatakan semuanya.
"Zee, sebenarnya, gue dan lo udah kenal sejak kecil. Kata mama, om Arya dan tante Tiffany pindah ke China waktu gue umur satu tahun. Saat itu tante Tiffany lagi hamil lo. Nggak lama dari itu lo lahir. Itulah awal lo dan gue bertemu."
Zeezee menegakkan punggungnya yang semula bersandar pada kursi mobil.
"Maksud lo?"
"Kita udah sahabatan dari kecil. Begitu juga orang tua kita. Mama gue dan tante Tiffany sering bilang kalo gue harus selalu jagain lo karena lo adalah calon pendamping hidup gue nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)
Fanfiction'semua cowok sama aja. Mereka adalah binatang liar nggak bermoral. Dan nggak ada binatang liar nggak bermoral yang pantas bersanding dengan manusia.' - Zeezee 'apa gue termasuk salah satunya?' - Guanlin 'tergantung. Kalo lo punya moral, lo bisa jadi...