Author's pov
"Pagi, mochi!" Sapa Guanlin.
Zeezee sudah terbiasa dengan Guanlin yang hampir setiap pagi ada di rumahnya.
"Pagi."
"Whoa! Mochi gue sekarang mau bales sapaan gue." Zeezee cuma ngasih tatapan dingin ke Guanlin.
"Papa mama kemana?"
"Mana gue tau. Papa mama lo masa' gue yang ngurusin."
"Bukan. Maksud gue papa mama lo."
"Lo, manggil papa mama gue dengan sebutan 'papa mama'?" Guanlin mengangguk. "Anak siapa lo, bodoh?"
"Yee~ mereka kan calon papa mama gue juga."
"Dih! Ngarep banget lo. Papa mama lagi ngehadirin seminar di Berlin."
"Oh." Guanlin hanya ber'oh' ria. "Yaudah, cepetan. Sebentar lagi lo ada kelas kan?"
"Nggak. Hari ini gue ada jadwal pemotretan."
"Pemotretan? Setau gue ini tahun pertama lo."
"Dosen ngasih gue tawaran untuk jadi model brand make up."
"Whoa! Mochi kecil gue hebat banget. Baru tahun pertama udah dapet tawaran." Guanlin mengelus puncak kepala Zeezee, sayang.
"Oke, nanti gue anterin lo ke tempat pemotretan."
"Lo nggak ada kelas?" Tanya Zeezee.
"Jadi sekarang lo peduli tentang jadwal gue?" Goda Guanlin. "Terharu gue."
"Nggak usah ge-er lo. Gue cuma penasaran. Emangnya lo nggak ada kelas sampai bisa nganterin gue."
"Hari ini dosennya sakit. Jadi kelas hari ini diundur jadi besok."
"Oh."
Hening.
"Yaudah, gue siap-siap dulu."
"Ok. Cepetan ya. I can't wait to see you do a pose."
Zeezee beranjak ke kamarnya, meninggalkan Guanlin di ruang keluarga.
Guanlin berkeliling melihat koleksi foto-foto keluarga Pandudinata itu.
Foto-foto yang ada lengkap dari Zeezee bayi sampai saat ini. Semua foto-foto itu terdapat dalam album yang diberi tahun sebagai penanda.
Guanlin mengambil album dengan tulisan '2008' di sampulnya.
Ia mulai membuka lembar demi lembar buku tersebut.
Guanlin tersenyum sendiri menatap foto-foto Zeezee.
Gadis itu tepat sama seperti yang gadis kecil yang terakhir dia ingat.
Kini dia beralih ke buku yang lain. Ia meniti buku dengan jarinya dan berhenti pada satu buku.
'giraffe & mochi'
Tertulis dengan tulisan khas anak kecil yang ia yakini sebagai tulisan Zeezee.
Ia mulai membuka itu. Terpampang foto dua anak kecil yang ia yakini sebagai ia dan Zeezee di waktu kecil.
Senyum tak berhenti terukir di wajahnya ketika ia melihat album itu.
"Ngapain senyum-senyum?" Sebuah suara menginterupsi kegiatannya.
"Oh, nggak. Gue cuma ngeliat album foto lo." Guanlin mengembalikan album itu ke tempatnya.
Ia sadar ini bukanlah saat yang tepat untuk mengakui bahwa ia dan Zeezee sebenarnya sudah mengenal sejak kecil dan sudah ditakdirkan untuk bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)
Fanfiction'semua cowok sama aja. Mereka adalah binatang liar nggak bermoral. Dan nggak ada binatang liar nggak bermoral yang pantas bersanding dengan manusia.' - Zeezee 'apa gue termasuk salah satunya?' - Guanlin 'tergantung. Kalo lo punya moral, lo bisa jadi...