#12

282 21 0
                                    

Zeezee's pov

"mulai sekarang lo nggak usah anter jemput gue lagi."

"Hah! Kenapa?" Jerapah bodoh yang fokus ke ponselnya tiba-tiba natap gue.

"Lo mahasiswa tahun ketiga, bodoh. Lo pasti sibuk."

"Terus kenapa?" Tuh, kan. Ada alasan kenapa gue manggil dia 'bodoh'.

Tapi gue akui kalo dia pintar dalam urusan pelajaran.

IPKnya mendekati sempurna di setiap ujian.

Tapi ya gitu. Kadang-kadang bodoh bin 'telmi'nya kumat.

"Gue nggak mau ngerepotin lo yang anter jemput gue kayak gini hampir setiap hari. Lo harus belajar. Lo juga butuh istirahat."

"Terus lo gimana?"

"Gue punya supir. Lo lupa?"

"Iya, sih. Tapi-"

"Nggak ada tapi." Gue langsung motong ucapan dia. "Pokoknya lo harus fokus belajar. Lo mau jadi jaksa kan?"

Guanlin berpikir sebentar.

"Iya juga. Gue mau jadi jaksa yang sukses biar bisa menghidupi lo dan anak-anak kita nanti."

"Gila! Ngarep lo, bodoh!" Gue refleks mukul bahu Guanlin.

Cewek mana coba yang nggak kaget denger cowok ngomong gitu.

Sumpah! Gue kesel banget sama tiang satu ini.

Tante Jessica ngidam apa sih waktu hamil si jerapah ini.

.-.

Guanlin's pov

Gue ngakak mati dalam hati, menikmati semua ekspresi kesal gadis di depan gue.

Gue pun hanya bisa tertawa puas setelah menggoda Zeezee.

Kini gue menemukan hobi baru.

'membuat gadis bernama Zanetta kesal'

"Ow ow ow ow o~ow. Ternyata sekarang cewek dingin ini bisa deket sama cowok." Rasya tiba-tiba datang.

"Apaan sih lo, Ra?" Tanya Zeezee yang masih kesal.

"Apaan-apaan, terus yang gue liat sekarang ini apaan?"

"Kita lagi kencan, Ra." Gue nyeletuk cepat. Gue mempersembahkan senyum ganteng gue ke Rasya, merasa bangga.

"What?!?!" Rasya.

"Heh, bodoh! Apa-apaan lo?! Kencan apa yang cuma duduk di taman kampus kayak gini?"

"Oh, jadi lo mau yang lebih. Oke. Lo mau ngapain? Nonton, beli es krim di taman kota, jalan-jalan ke tama-"

"Ra, ayo pergi." Zeezee menarik tangan Rasya.

"Eh, Zee. Wait!" Gue liat Rasya agak kewalahan berjalan karena ditarik paksa oleh Zeezee.

"Zee!" Seru gue sambil tersenyum puas, mengejar Zeezee.

Pada akhirnya gue bisa mengimbangi langkah kaki Zeezee dan Rasya.

Gue terus-terusan ngegoda Zeezee.

Wajah kesalnya itu loh, gemes banget diliat. Pengen nyubit itu dua mochi di wajahnya.

Tiba-tiba Zeezee berhenti berjalan. Dia menatap sesuatu. Dan gue pun ngikutin arah pandangannya.

Di sana berdiri seorang lelaki berkulit tan.

Ganteng. Tapi tidak seganteng gue pastinya. Jauh, man.

Balik ke Zeezee. Dia mematung dan yang gue perhatiin, ekspresinya berubah.

"Dia Kim Jongin, kak." Rasya yang tiba-tiba di sebelah gue memberi tau.

Gue ngerti.

Dia orang yang membuat Zeezee berubah. Dan dia orang yang udah membuat Zeezee trauma.

Dia mendekat dengan senyumnya.

Cih! Liat mukanya bikin gue muak. Rasanya gue mau melayangkan bogem mentah gue ke muka dia.

"Hei, Zee. Udah lama, ya." Sapa dia. Tapi Zeezee masih diam.

Gue sadar tubuhnya gemetaran. Ia tidak bisa berkata apapun. Ia hanya bisa menunduk tanpa suara.

Gue sadar akan hal itu. Maka dari itu gue maju ke depan, melindungi Zeezee di belakang gue.

"Lo siapa?" Tanya gue.

"Lo nggak tau gue?" Bukannya menjawab dia malah balik tanya. Songong lagi.

"Emang gue harus kenal lo?"

Dia tersenyum nggak terima, merasa diremehkan.

"Gue Kim Jongin, mahasiswa bisnis di kampus ini."

Wait. Gue nggak pernah liat dia. Apa dia ikut student exchange?

"Gue baru pulang dari Belanda. Student exchange." Jelas dia.

Oke, sekarang gue ngerti.

"Lo beneran nggak kenal gue?" Ini bocah harus banget apa dikenal.

"Agak mengejutkan, mengingat gue yang notabene terkenal di kampus ini nggak dikenal oleh lo."

Njir, ini mulut bener-bener minta di lakban. Pedenya selangit.

"Terus, lo sendiri siapa?" Dia kembali bertanya.

"Guanlin, Lai Guanlin." Ucap gue memperkenalkan diri.

"Oh, jadi lo yang namanya Lai Guanlin. Cowok yang sering diomongin sama cewek-cewek di SIU." Dia mengerti lalu mengulurkan tangan. "Gue Jongin. Salam kenal."

"Lo udah bilang itu tadi."

Dia kembali tersenyum, merasa diremehkan. Lagi.

Dia menggaruk pelipisnya sebentar.

"Oke, gue kesini untuk nemuin Zanetta. Gue mau membuat permintaan maaf gue yang kali ini official. Karena permintaan maaf gue yang dulu batal karena-"

"Cukup." Gue memotong ucapannya. Zeezee akan merasa nggak nyaman kalo dia harus dengar ini lagi.

"Gue udah ngerti semuanya. Jadi gue harap, mulai sekarang, ahh tidak. Mulai detik ini, nggak usah memperlihatkan wajah lo itu di depan Zanetta. Itupun kalo lo emang merasa bersalah."

Untuk kesekian kalinya gue menang. Dan gue bisa lihat wajah kekalahan itu lagi.

"Heh, bocah. Siapa lo berani-beraninya merintah gue buat jauhin Zanetta?"

"Gue?" Untuk sesaat gue tersenyum miring. "Gue pacar Zeezee."

Dan... Skak mat! Gue menang telak.

"Mochi, kamu udah nggak ada kelas kan? Pulang, yuk." Gue narik Zeezee menjauh. Meninggalkan manusia brengsek itu.

Gue janji sama diri gue sendiri, nggak ada satu orang pun yang bisa membuat Zeezee menderita.

Dan jika orang itu muncul, dia akan berhadapan langsung sama gue.

.-.-.




The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang