#25

239 17 0
                                    

Saat ini Zeezee ada di rumah Guanlin.

Tadi sepulang dari bandara ia hanya pulang untuk menaruh barang lalu ia meminta Guanlin untuk ke rumahnya.

Karena di rumahnya seperti biasa. Sepi.

Papa dan mama Zeezee baru mengunjunginya seminggu yang lalu di Paris sebelum dia pulang ke Korea. Dan sekarang mereka lagi dinas.

Di rumahnya, Guanlin menyuruh gadis untuk istirahat. Maklum ini udah malam.

Zeezee tidur di kamar Guanlin. Tapi anehnya Guanlin juga ikut berbaring di samping Zeezee. Dia belum melepas pelukannya sejak tadi.

"Aku nggak bisa napas." Zeezee nyeletuk karena pelukannya yang begitu erat.

Guanlin lalu melepas satu tangannya dan mengusap kepala gadis bersurai cokelat tua itu lembut.

"Aku terlalu kangen kamu makanya pelukannya nggak bisa lepas." Guanlin menyingkirkan anak rambut yang menutupi mata gadisnya. Ia ingin melihat gadis yang telah lima tahun tidak dilihatnya dengan jelas.

"Gimana Paris?" Tanyanya tiba-tiba.

"Yah, begitulah. Aku kesepian karena aku sendiri di sana. Tapi madamme Asley, pemilik toko roti sayang aku seperti dia sayang anaknya. Jadi nggak terlalu kesepian. Kamu? Aku dengar dari Rasya kamu naik jabatan."

"Jadi kamu keep in touch sama Rasya tapi sama aku nggak?" Guanlin menekuk wajahnya.

"Aku baru tau tadi di bandara. Rasya katanya mau jemput tapi dia ada acara. Katanya dia nyuruh orang jemput, tapi aku nggak tau siapa. Jadi aku berencana naik kereta. Eh, tiba-tiba aku lihat kamu."

"Aku kangen kamu. Selama ini aku cuma bisa lihat kamu di berita dan video peragaan busana yang aku tonton di ponsel. Kamu selalu dan semakin cantik tiap kali aku lihat kamu. Aku selalu nanya ke diri aku sendiri, 'sudah berapa tahun sejak Zeezee pergi dan kapan gadis itu akan kembali?'"

"Maaf, karena buat kamu nunggu."

"Nggak apa-apa. Karena sekarang kamu udah kembali. Mochi udah ada dalam pelukan jerapah lagi. Jadi, itu udah nggak masalah." Gadis itu mengeratkan pelukannya pada Guanlin.

"Oh, iya. Mama papa kapan pulang?" Tanya Guanlin tiba-tiba.

"Mmm... Lusa kayaknya. Kenapa?"

"Mau main aja. Kangen om Arya."

"Oh~ jadi sekarang kamu udah berani dan bisa kangen sama papa aku? Dulu kamu ketakutan dan selalu lari ke mama kalau minta izin untuk bawa aku keluar."

"Harus berani dong. Kan orang utama yang harus aku mintain restu nanti adalah papa."

"Emangnya aku mau nikah sama kamu?" Goda Zeezee.

"Mau lah. Harus malah."

"Ihh, pede banget! Apa hal yang menjadi alasan aku harus nikah sama kamu?"

"Aku ganteng, baik hati, tidak sombong, mapan. Aku sempurna."

"Percaya diri sekali anda, tuan Lai."

"Bicaralah semau anda, nona Pandudinata, karena sebentar lagi aku akan melepas margamu dan kuubah menjadi margaku. Benar begitu, nyonya Lai?"

"Terserah apa kata kamu deh." Zeezee mencoba melepas pelukan Guanlin pada dirinya. Dia bermaksud mandi karena sepulang dari bandara ia bahkan belum membersihkan dirinya.

"Mau kemana?" Tanya Guanlin.

"Guan, lepas dulu. Aku mau mandi. Badan aku lengket semua. Kamu juga belom mandi kan? Liat tuh, kamu aja masih pakai kemeja kantor."

The Cold Princess & The Hot Prince (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang