Hoya masih sibuk membantu Mingyu yang lemah.
"Gue nyerah aja. Lo pergi selametin yang lain. "Ucap Mingyu lirih.
"Lo ngomong apaan anjing! Diem! "
"Gue. Gue-"
"Diem anjing! Gua lagi bantuin lo bangsat! "Hoya membersihkan dan mengobati luka pada tubuh Mingyu. Ia juga menutup luka itu dengan kain perban seadanya.
"Napa lo bantu gue? "Tanya Mingyu.
"Lo bacot banget anjir! Mau mati juga lo. "
"Lo kan-"
"Gua tau. Gua emang brengsek, tapi gua bukan pembunuh Ming. "
"Eh eh. Kalian dengar? "Pak Sehun menajamkan pendengarannya.
Terdengar suara teriakan meminta bantuan dan suara beberapa orang yang terdengar seperti sedang berkelahi.
"Sepertinya itu mereka pak. Yang masih hidup dan para bajingan itu. "Tebak Hoya.
"Saya akan cek keluar. "Pak Sehun keluar dari ruang kesehatan itu, ia melangkahkan kakinya perlahan agar tak menimbulkan suara.
Suara teriakan minta tolong masih sayup terdengar, pak Sehun tiba di ujung koridor dan ia mengintip pada sebuah ventilasi kecil yang ada disana.
Samar-samar terlihat cukup banyak orang yang sedang berkelahi dengan tangan kosong, pedang, bahkan pistol.
"Mereka ada disana. "Pak Sehun segera kembali ke ruang kesehatan.
"Saya melihat yang lainnya, mereka sedang berjuang dari para pembunuh itu. "
"Kita kesana pak. Kita bantu. "Hoya melihat Mingyu. "Lo sini aja Ming. Gue akan kunci pintunya dari luar. Lo bertahan sampe pagi Ming. "
Mingyu mengangguk.
"Ayo pak. "Hoya mengambil pedangnya. Hoya dan pak Sehun keluar dari ruangan itu. Hoya mengunci pintunya dari luar.
Mereka berdua segera menuju lokasi dimana banyak orang sedang diserang.
.....
Woohyun sedang memikirkan cara untuk mengambil sebuah pisau kecil yang tergeletak tak jauh dari jasad Chanyeol.
"Kamu sadar? "
Seseorang berdiri didepan Woohyun.
"Baiklah. Kini giliran kamu. "Seseorang berpakaian serba hitam itu menodongkan pistolnya tepat di dahi Woohyun.
"Good bye. "
Woohyun menutup matanya.
"Woy! Kita pergi. Diluar butuh bantuan. "salah satu dari yang lain itu menginstruksikan kepada yang lainnya untuk meninggalkan aula.
"Mereka cukup kewalahan. Kita bantu, si bangsat biarin aja dulu. "
Mereka semuanya pergi meninggalkan aula itu. Woohyun membuka matanya dan ia menghela napas lega. Suasana aula itu sepi, ini kesempatan Woohyun untuk bertindak.
Woohyun yang terikat pada tangan dan kakinya bergulingan menuju jasad Chanyeol. Dengan sedikit usaha, ia akhirnya mendapatkan pisau kecil itu. Ia menggesekkan pisau itu sedikit demi sedikit pada tali bagian belakangnya.
Cukup lama ia berusaha, akhirnya tali yang mengikat tangannya lepas. Ia segera membuka ikatan pada kakinya. "Akhirnya gue bebas. "
Woohyun segera menuju pintu keluar. Ia membukanya perlahan. Ia mengeluarkan kepalanya melihat sekeliling. Suasana sekitar sepi, Woohyun segera keluar. Ia berlari untuk meminta bantuan kepada siapapun yang dia temui.