Kesebelas

11 2 0
                                    

" Babbaaan?" pekik Kiana yang berusaha membuka matanya dengan sempurna.

Banny dengan duduk angkuhnya di kursi yang berada di hadapan ranjang Kiana hanya menatap dengan mata jahil dan senyum tanpa dosanya.

"Hei bubble" ucap Banny setelah ia hanya tersenyum selama sepuluh detik.

Kiana masih tidak percaya akan kehadiran Banny dikamarnya dan se-pagi ini. Jam 10 siang adalah jam paling tepat bagi Kiana untuk mengakhiri aktifitas tidurnya, dan tentunya itulah jam pagi bagi Kiana.

"Lo ngapain disini Babban? Lo ngintipin gue tidur yaaaa?" tuduh Kiana dengan wajah curiga.

"Ngapain ngintip? Jelas-jelas gue ada didepan lo.. Yang namanya ngintip itu sembunyi-sembunyi"

Kiana berpikir sejenak atas ucapan Banny, Kiana harus membenarkan ucapan Banny. Tapi untuk apa Banny ada dikamarnya pagi ini?

"Trus lo mau ngapain disini?"

"Lo amnesia kalo lo punya Cafe yang abis kebakaran?"

"Ya.. Terussss?"  Kiana sudah melipat tangannya didada, ia sedikit tidak suka dengan keikut campuran Banny.

"Cafe lo harus di renovasi... Dan lo jam segini baru bangun tidur? Lo ga inget ada lebih dari 10 pegawai lo yang nasibnya ga jelas.. Mereka harus menghidupi keluarga mereka.. Lo ga mikir kesitu?" ujar Banny.

Kiana tidak menjawab, tangannya pun sudah meluruh ke bawah. Ia tidak berpikir sejauh itu, lebih tepatnya itu adalah hal yang tidak masuk dalam daftar pikiran Kiana.

Banny beranjak dari duduknya , ia mendekati Kiana dan menyentil pelan kening Kiana "Buruan mandi.. Gue tunggu dibawah.. Karyawan-karyawan lo butuh makan hari ini" ucapnya dan lantas meninggalkan Kiana.

Selepas Banny melangkah keluar, Kiana langsung berlonjat dari ranjangnya dan berlari cepat menuju Kamar mandi.

....

"Babbaaaan..... Lo dimanaaaa?" teriak Kiana dari anak tangga dan matanya tidak tinggal diam untuk mencari sosok Banny.

Mata Kiana hanya menangkap sosok asisten rumah tangganya yang sedang menyapu ruang tamu "Bi Aroh.. Liat Banny gaaak?"

"Mas Banny ada di taman belakang mbak Kia..." sahut Aroh.

Kiana pun melangkah ke tempat yang di informasikan Aroh, taman belakang rumah.

"Babbaaan.. Katanya mau pergi?" tanya Kiana tanpa melihat apa yang sedang Banny lakukan dengan posisi berjongkok dan membelakangi Kiana.

"Kinong.. Lo gimana sih.. Punya kucing ga keurus.. Dia sakit nih" ucap Banny masih dengan posisi membelakangi Kiana.

Kiana mulai penasaran apa yang sedang dilakukan Banny, dan ia sangat terkejut ketika melihat Banny sedang memeriksa kucing dirumahnya dengan alat stetoskop.

"Jangan sok tau deh lo Ban.. Ayo kita pergi.. Lagian ini kucing si Gian ko..."

"Trus kalo kucing Gian, lo ga perduli gitu? Kucing ini juga makhluk hidup Ki... Lo tunggu bentar, gue mau kasih kucing ini obat dulu"

"Baaan.. Ayolah.. Nanti gue panggil dokter hewan deh..."

Banny tidak menjawab, ia lantas berdiri dan merogoh dompetnya. Kiana hanya melihatnya dengan bingung, apa yang akan dilakukan pria ini? Dan kebingungan Kiana terjawab saat Banny memberikan sebuah kartu nama padanya.

"drh. Albanny Raveno...." eja Kiana dengan pelan, setelahnya ia menatap tidak percaya pada Banny. Jadi selama ini Banny adalah dokter hewan?

Kiana mencari keyakinan atas apa yang ia lihat, dia memutuskan untuk melihat secara detail apa yang Banny lakukan terhadap kucing itu. Sedangkan Banny kembali mengurus kucing itu setelah memberikan kartu namanya.

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang