***
Esok harinya , Kiana baru saja tiba dirumah sakit tempat Giana dirawat. Ia tidak ingin masuk karena diruangan itu masih ada kedua orang tuanya beserta asisten Giana. Mereka terlihat cemas dengan kondisi Giana yang belum sadarkan diri.
Pintu ruangan Giana terbuka , menampakkan sosok Papanya dengan wajah yang begitu lelah. Kiana bisa menebak jika Papanya kurang tidur.
"Pa....."
"Kamu ini gimana Kia? Bagaimana bisa.. Gian pulang dengan keadaan seperti itu? Kamu tau kan , Gian itu ga pernah berpetualang.. Seharusnya kamu bisa lebih menjaga Gian..."
"Tapi Pa.. Gian..."
"Tapi apa Kia? Kamu gak tau.. Gian hampir mati gara gara acara kamu itu?"
Kiana tersentak dengan ucapan Papanya , apakah sebegitu parahnya luka Giana.
"Pa.. Gian kan cuma jatuh..."
"Cuma jatuh kata kamu? Bahkan.. Papa rela menukar seluruh dunia Papa untuk dia.. Tapi kamu , begitu mudahnya menyepelekan hidup Gian..."
Mata Kiana mulai memanas , ia sangat tidak menyangka papanya akan berkata seperti itu "Tapi salah Kia dimana Pa?" lirih Kiana.
"Kamu gak tau.. Kalo Gian-"
"Om.... Gian sudah sadar" ucap Rosma yang baru saja keluar dari ruangan Giana.
Pandangan Miko beralih pada Rosma , senyumnya terbit ketika mendengar ucapan Rosma. Tanpa menoleh pada Kiana lagi , Miko segera masuk kembali ke ruangan Giana.
Rosma yang masih berdiri diluar pintu , melihat aneh pada Kiana. Kiana tidak bergerak sama sekali , bahkan gadis itu kini menangis.
"Lo gak masuk?" tanya Rosma.
"Papa lagi marah sama gue"
Rosma menyipitkan matanya , dan ia mendekati Kiana hanya untuk membawa gadis itu duduk dikursi tunggu.
"Om Miko kenapa marah?"
Kiana menatap Rosma , baru kali ini ia bisa bicara serius dengan Rosma setelah dua tahun lebih Rosma menjadi asisten Giana.
"Apa yang terjadi sama Gian?"
Rosma mengernyitkan dahinya , ia tampak bingung dengan pertanyaan Kiana. Bukankah seharusnya Kiana lebih tahu soal insiden Giana?
"Gue gak disana Kia...." itu saja yang bisa dijawab Rosma.
Kiana tersenyum tipis dan mengangguk-anggukan kepalanya. Ia menyeka air matanya. Bersamaan dengan itu , Dokter yang menangani Giana pun melewati mereka dan masuk ke ruang rawat Giana.
"Udahh.. Lo mending liat Gian.. Dan doain supaya sodara lo itu gak kenapa-kenapa.." ucap Rosma sembari menepuk-nepuk bahu Kiana.
Kiana hanya bisa mengangguk , ia menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi dan menutup matanya.
"Gue ke kantin dulu.. Orang tua lo belom sarapan.. Noh , Banny juga udah datang" ujar Rosma sembari beranjak pergi.
Kiana tetap menutup matanya , tak perduli dengan apa yang dikatakan Rosma.
Yang dikatakan Rosma? Banny datang? sontak saja Kiana segera membuka mata dan menoleh ke arah lorong sebelah kanan rumah sakit. Benar saja , Banny sudah hampir mendekati dirinya. Kiana belum siap untuk bertemu Banny. Tapi , ia sudah tidak bisa kemana-mana.
"Kia... Lo udah disini?" ucap Banny yang sudah berdiri dihadapan Kiana.
Kiana mendongak , ia mengangguk dan tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antonym : Kalimat Cinta Kiana
Chick-LitHi... Aku cuma lagi belajar menulis cerita yang berdasarkan imajinasi-ku... Jika ada kemiripan cerita , tokoh , judul atau apapun.. Itu murni karna faktor ketidaksengajaan... Semoga para pembaca dapat menikmati cerita-ku ? Jangan lupa follow - vote...