Ke Dua Puluh Satu

8 0 0
                                    

***

Mentari seolah mengerti dengan kegundahan hati seseorang. Ia enggan menebar cahaya bersinarnya pada pagi ini. Adalah Raydel , yang sedang tidak fokus ketika ia harus menyiapkan materi rapat pagi ini perihal kerjasama yang akan ia lakukan dengan perusahaan travel milik Giana.

Layar laptop sudah redup kembali ketika ia beberapa menit lalu menyalakannya, matanya terus fokus menatap ke arah yang ia juga tidak mengerti kemana. Hati Raydel hampa, pikirannya entah mengapa seakan sedang terbang ke tempat lain.

"Siapa laki-laki tadi malam?" batin Raydel.

Tangan Raydel segera meraih ponsel yang sudah tergeletak diatas meja kerjanya , ia mencari kontak perempuan yang beberapa hari ini tidak di temuinya. Kiana.

Pada nada sambung ketiga , Raydel memilih untuk menekan tombol merah sebelum pemilik nomor itu menjawabnya.

"Untuk apa? Jelas - jelas dia sudah mengakhiri hubungan ini.. Seharusnya aku tidak peduli siapa yang memeluknya tadi malam" gumam Raydel.

"Peluk siapa ?" kata seseorang yang baru saja tiba dari arah pintu masuk.

Raydel memicingkan matanya dengan rasa kesal tentunya, ia mendekati wanita yang tengah duduk dikursi roda itu. Mata Raydel beralih pada seseorang yang mendorong kursi roda wanita itu , ia sedikit familiar dengan wajah asisten wanita itu.

"Bukan urusan lo" ucap Raydel dengan tegas sembari menajamkan tatapan tajamnya pada wanita yang duduk dikursi roda.

"Maaf Pak Raydel , Ibu Giana masih dalam pemulihan.. Jadi sebaiknya , meeting ini segera dilaksanakan... Agar bos saya bisa segera istirahat" ucap Asisten Giana yang tak lain adalah Rosma.

Raydel tidak menjawab lagi, ia memilih untuk melanjutkan materi meeting lagi. Dan tak berapa lama, beberapa orang laki-laki bersetelan jas memasuki ruangan meeting itu. Mereka menempati kursi meeting yang masih kosong itu.

Giana sendiri masih duduk dikursi rodanya dengan Rosma yang berdiri dibelakangnya.

"Tolong lo beresin jadwal pemotretan gue untuk minggu depan.. " ucap Giana pada Rosma dengan pelan.

"Gue di foodcourt ngerjainnya.. Lo ati-ati sama laki-laki itu" kata Rosma sembari melangkahkan kakinya keluar ruang meeting.

Giana hanya bisa menahan senyumnya mendengar ucapan Rosma. Ia pun sedikit membawa kursi rodanya ke samping tempat duduk Raydel.

"Maaf.. Aku belum kuat untuk bangun" bisik Giana pada Raydel.

"Terserah" balas Raydel dengan singkat.

Raydel segera saja memulai meeting itu dengan rasa kesal tentunya, ia ingin segera menyelesaikan meetingnya dan menemui Kiana.

***

Kiana sudah berada di cafe nya sejak pukul sembilan pagi , ia memanggil seluruh karyawan cafe nya untuk melakukan meeting yang sangat penting.

"Selamat pagi teman-teman" sapa Kiana yang baru saja memulai pembukaan meeting.

"Selamat Pagi" jawab mereka yang ikut meeting serempak.

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang