Kelima Belas

8 2 0
                                    

Dua hari kemudian.

"Kia sayang.. Kamu yakin mau ikut camping?" tanya Cintia yang menatap anaknya dengan tatapan cemas.

Kiana yang duduk dihadapan Ibundanya sembari melipat beberapa potong pakaianpun harus menghentikan aktifitasnya, ia membalas tatapan ibundanya dengan yakin.

"Maa.. Kia udah sehat ko... Kan ada Poppy dan Gian juga ikut kan?"

Mata Cintia turun menatap tangan Kiana yang sedang menggenggamnya dengan hangat, baru kali ini Kiana bersikap manis padanya sebelum ia akan berpergian.

"Tapi sayang.. Kamu kan baru sembuh" ucap Cintia dengan nada khawatir.

Kiana tidak menjawab, ia langsung memeluk sang ibunda. Baru kali ini Kiana menyadari, jika Orang tuanya selalu mengkhawatirkannya. Baru kali ini Kiana merasakan jika sorot mata Cintia itu meneduhkan.

"Maafin Kia yaa ma... Kia sering pergi-pergian... Kia cuma perduli dengan kehidupan Kia.."

"Sayaaaang.. Ngomong apa siih? Kia anak mama yang baik ko.. Mama cuma khawatir sama Kia"

Kiana melepaskan pelukannya dan ia mengecup pipi Cintia berkali-kali. Cintia tertawa dibuatnya, putri kesayangannya ini telah kembali menjadi anak yang manis.

"Mama kangen kamu yang dulu" ucap Cintia.

"Kia juga kangen mama..."

"Emang kalian ga kangen papa?" sambung suara Miko menginterupsi mereka.

Kiana dan Cintia menoleh pada Miko yang baru saja memasuki kamar Kiana dan Miko bergabung memeluk Cintia dan Kiana. Mereka semua tertawa bahagia.

Diambang pintu tanpa sepengetahuan mereka, Giana baru saja tiba dan tersenyum menyaksikan itu. Namun tak lama, ia segera berlari meninggalkan kamar Kiana.

...

Pada malam harinya, keluarga Miko mengadakan makan malam spesial di rumah mereka. Mereka katakan spesial, karena malam itu semua anggota keluarga mereka berkumpul. Sudah lama rasanya tidak ada acara makan bersama dengan anggota keluarga yang lengkap.

Tetapi, ada pemandangan yang berbeda dari situasi malam itu. Tak ada satu pun yang bersuara. Hanya sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Mungkin lebih tepatnya, hanya Kiana saja yang terlalu fokus dengan makanannya tanpa melihat ke arah siapapun.

Kedua orang tuanya sedikit heran dengan tingkah putri mereka yang satu itu, terlebih Giana. Semenjak Kiana keluar dari rumah sakit, ia merasa jika Kiana menghindarinya.

"Jadi besok kalian berangkat jam berapa?" tanya Miko yang sudah menyelesaikan makanannya.

Kiana baru menoleh saat suara sang Ayah terdengar "Subuh Pa.. Setelah sampai sana kita ada sedikit bimbingan untuk anggota baru..." jawabnya.

"Yasudah... Kalian hati-hati yaa disana"

"Iya pa" jawab Kiana , sedangkan Giana hanya menggangguk sembari tersenyum.

"Tapi kenapa Gian harus ikut yaaa?" tanya Kiana pada Miko yang sebetulnya itu adalah pertanyaan yang ingin ia ajukan pada Giana.

"Gian kan jadi...."

"Gue nemenin Raydel ko... Dia memang diundang di acara itu" potong Giana.

Kiana hanya mengangguk, sedangkan Miko mengernyitkan dahinya kepada Giana. Dan Giana sendiri hanya membalasnya dengan senyuman.

Setelah acara makan malam mereka selesai, ada sebuah mobil mewah parkir di pelataran rumah keluarga Kiana.

Bi Aroh yang membukakan pintu untuk pemilik mobil mewah tersebut.

"Selamat malam den Raydel.. Mau ketemu Non Gian yaa?" ucap Aroh pada tamu yang ternyata adalah Raydel.

"Selamat malam bi, aku mau ketemu Kia kok bi..."

Bi Aroh sedikit bingung dengan jawaban Raydel , ia hanya diam untuk meyakinkan pendengarannya jika yang dicari Raydel memanglah Kiana.

"Maksud aku.. Aku cari Kia untuk membicarakan acara besok" ralat Raydel yang sudah bisa menangkap kebingungan Bi Aroh.

"Oooh gituu.. Yasudah.. Den Ray duduk dulu yaa.. Saya panggilkan non Kia dulu"

Raydel hanya tersenyum dan ia segera duduk setelah Bi Aroh masuk kedalam rumah untuk memanggil Kiana.

*

"Non Kia maap... Ada Den Raydel.. Nungguin diruang tamu" ucap Bi Aroh.

Kiana yang sedang menonton televisi bersama kedua orang tuanya dan Giana sedikit terkejut atas ucapan Bi Aroh. Bagaimana tidak, Kiana takut jika orang tuanya curiga atas kedatangan Raydel mencarinya dan bukan Giana.

"Loh.. Raydel cari Kia?" tanya Cintia.

Kiana tidak bisa menjawab, karna ia pun tidak mengetahui jika kekasihnya akan datang ke rumahnya malam ini.

"Raydel mau nanyain soal acara besok ma.. Kan Kia juga salah satu panitia acara besok" sambung Giana.

"Iya maa..." ucap Kiana yang segera saja bangkit dari duduknya "kalo gitu, aku ke depan dulu yaa" lanjutnya.

...

"Raaay.. Kamu ini apa-apaan?" ucap Kiana dengan pelan namun tegas pada Raydel.

Raydel tersenyum lebar melihat ekspresi Kiana, ia segera saja bangkit dari duduknya dan berniat untuk memeluk wanitanya itu. Namun Kiana tidak menanggapi maksud Raydel untuk memeluknya, ia malah menarik tangan Raydel dan membawanya ke taman belakang.

"Ray.. Kamu ko ga bilang mau ke rumah? Mama kan hampir curiga" ucap Kiana yang sudah membawa ke taman belakang.

Raydel sendiri tersenyum memandangi wajah kekasihnya itu, ia menyelipkan anak rambut Kiana ke daun telinga.

"Aku kangen ... Dan aku kesini emang untuk nanyain acara besok ko"

Kiana menatap Raydel, tatapan mata Raydel yang dulu sempat membuatnya cepat tersipu. Tetapi sekarang, tatapan itu tidak membuat Kiana tersipu lagi. Untuk sekian kalinya, Kiana meyakinkan hatinya jika tatapan Raydel sudah tak mampu membuat jantungnya berdegup kencang lagi. Hanya ada rasa bersalah yang Kiana rasakan.

"Aku rindu kamu" lirih Raydel yang terus menatap wajah cantik Kiana.

Kiana rasanya hampir ingin menangis karena ia baru menyadari, jika hanya Raydel lah yang mencintainya. Tidak pria lain, tidak Banny.

Banny?

Kiana berfikir sejenak tentang pria itu, mungkin ia harus segera menghapus perasaan yang tidak jelas ini untuk Banny. Sebelum semuanya terlambat, Kiana akan kembali pada Raydel dan mencoba mencintai Raydel seutuhnya lagi.

"Aku juga" ucap Kiana yang langsung saja menghambur masuk dalam dekapan Raydel.

Ketika mereka sedang melepas rindu dengan saling memeluk , tiba-tiba pintu belakang rumah terbuka dan menampilkan sosok Giana yang begitu panik.

Giana melihat Raydel sedang mendekap Kiana, ia segera menutup mulutnya dengan tangannya.

Tidak kalah terkejutnya dengan Giana, ekspresi wajah Kiana pun lebih terkejut. Ia segera melepas pelukan Raydel dan mencoba menjelaskan pada Giana jika saja Giana tidak terburu lari masuk ke dalam rumah lagi.

Tbc

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang