Kedua-belas

16 2 0
                                    

Hidung Kiana mengendus-endus aroma makanan yang merangsang mata-nya untuk terbuka. Pandangannya masih belum jelas, ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Setelah matanya terbuka sempurna, Kiana tersenyum lebar karena melihat sebuah piring melayang dengan spaghetti tuna di atasnya, menggoda lidahnya untuk segera mencicipi.

"Enak kayanya" gumam Kiana.

"Enak banget kaliii..."  jawab seseorang yang baru Kiana sadari jika orang itu-lah yang sedang memegang piringnya.

"Babbaaaaaan?" pekik Kiana.

Seseorang itu memang-lah Banny, ia tersenyum jahil pada Kiana "Bangun loo... Ini udah jam sebelas...."

Mata Kiana melirik jam kecil di nakas-nya , lalu ia melirik Banny dengan tajam "Lo boongin gue? Itu masih jam sembilan" ucap Kiana.

"Jam lo mati.. Cek hape lo coba"

Kiana buru-buru mengecek ponselnya , hal selanjutnya yang ia lakukan adalah menjewar kuping Banny "Jam sembilaaaaaan"

"Awww..." Banny meringis namun tak lama ringisan itu berubah jadi kekehan.

Bibir Kiana mencebi, ia sangat kesal pada Banny karena telah mengganggu jam tidurnya.

"Lo ngapain sih pagi-pagi kesini?"

"Bikinin sarapan buat lo"

"Yaudah sini piringnya...."

"Lo cuci muka dulu sana"

Kiana menuruti ucapan Banny, ia lantas menuju kamar mandi. Tetapi setelah sampai di kamar mandi, Kiana memutuskan untuk mandi saja. Ia pikir, jika Banny sudah ada dirumahnya sudah dipastikan jika pria itu akan membawanya pergi.

Setelah memakan waktu sekitar tiga puluh menit, Kiana sudah bersiap dengan sebuah mini dress kuning sebelum ia keluar dari walk in closet miliknya.

"Astaga Banny!!!" pekik Kiana saat matanya mendapati tubuh Banny sudah terlentang pulas diatas ranjangnya , kini kekesalan Kiana bertambah lagi ketika matanya mendapati piring kosong bekas spaghetti yang tadi aromanya sempat tercium oleh hidung Kiana.

"Lo tega bangett sihhh" Kiana dengan tega memukul-mukul Banny dengan bantal. Korban pemukulannya sendiri yaitu Banny hanya terkekeh-kekeh melihat wajah kesal Kiana.

"Kinong.. Lo bisa berhenti gaaa?" ucap Banny  masih diselingi dengan kekehannya.

"Nggaaak!!! Sebelum lo gantiin spaghetti gueeeee" rengek Kiana.

"Yang bikin juga gue.. Berarti itu spaghetti gue..." timpal Banny , ia berusaha untuk menghindar dari pukulan Kiana.

"Pokoknya ganti Banny..... Gue gak mauuıı.... Gue laperrrrr" rajuk Kiana.

Banny yang telah berhasil menghindar dari Kiana begitu puas melihat wajah Kiana yang cemberut, pelan-pelan ia mendekati Kiana yang sudah duduk disisi ranjang dengan memegang bantal yang sedari tadi di jadikan senjata oleh Kiana.

"Oke.. Gue gantiii... Cepet siap-siap... Gue tunggu dibawah" ujar Banny yang sudah berhasil memeluk kepala Kiana.

Kiana dapat merasakan aroma maskulin dari tubuh Banny, entah kenapa aroma ini sangat disukai Kiana dibanding aroma green tea milik Raydel.

"Gue mau siap-siap" ujar Kiana dan ia berusaha mendorong tubuh Banny.

Banny melihat kegugupan Kiana dan itu membuatnya senang, kemudian ia keluar kamar Kiana dan membiarkan Kiana untuk bersiap-siap.

...

"Bi Aroh... Mama sama Papa kemana?" Kiana bertanya pada Aroh ketika matanya tidak juga melihat sosok kedua orang tuanya.

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang