Keempat Belas

13 2 0
                                    


>>> <<< °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°>>><<>

Bola mata Kiana bergerak, menandakan jika si pemilik raga akan terbangun dari tidurnya. Tetapi, Kiana dalam kondisi setengah sadar bisa merasakan sesuatu yang mengganjal perutnya. Perlahan, kelopak mata wanita cantik yang tengah terbaring diranjang itu terbuka.

Mata Kiana akhirnya terbuka setelah 19 jam lamanya ia tak sadarkan diri. Kiana melirik dengan pelan apa yang membuat perutnya merasa terganjal sesuatu, ia melihat sebuah tangan melingkar di atas perutnya. Kiana juga menyadari jika salah satu tangannya sedang digenggam oleh seseorang yang kepalanya tertidur disisi ranjangnya.

Kiana mencoba melihat siapa sosok orang itu? Ia menggerakkan tangannya yang sedang digenggam orang itu. Rupanya, seseorang itu merasakan pergerakan tangan Kiana. Dengan cepat, orang itu bangun dari tidurnya dengan wajah bahagia.

"Baby.. Kamu udah sadar?" pekiknya dengan nada bahagia.

"Raydel???" bisik Kiana dengan pelan namun mengisyaratkan kekecewaan.

Kenapa bisa Raydel yang berada disini? Seharusnya Raydel tidak tahu jika Kiana pingsan ditengah jalan saat ia pulang dari rumah hewan milik Banny. Dalam hati Kiana, ia sangat berharap jika orang yang sedari tadi menggenggamnya adalah Banny.

"Baby.. Maafin aku...." ucap Raydel penuh penyesalan.

"Kamu.. Tau darimana kondisi aku?" tanya Kiana.

"Banny yang telpon aku satu jam lalu.. Dan tepat sehabis pulang kerja, aku langsung kesini..."

Kiana hanya membalasnya dengan senyuman, ingin sekali rasanya ia menanyakan keberadaan Banny. Tapi Kiana tahu, itu tidak mungkin ia katakan. Mengingat Raydel adalah kekasihnya saat ini, bagaimanapun juga Kiana harus menghargai perasaan Raydel.

"Keluarga aku ga kesini?" tanya Kiana pada akhirnya.

Raydel mengusap lembut rambut Kiana "Mama dan Papa kamu pulang tadi sore.. Dan Banny juga baru aja pulang setelah aku datang, Banny pergi bareng Gian"

Sekali lagi, Kiana tersenyum. Namun kali ini, ada rasa tak enak hati dalam senyumnya. Entah kenapa, Kiana sedikit tidak rela jika Banny pergi dengan Giana.

"Kamu mau makan?"

Kiana hanya menggeleng, ia sama sekali tidak ingin makan.

Disisi Raydel, ia sangat heran dengan perubahan sikap Kiana. Tapi Raydel masih mencoba untuk mengerti.

"Yasudah.. Aku panggilkan dokter dulu...." ucap Raydel.

Kiana hanya mengangguk, ia langsung mengalihkan pandangan saat Raydel ingin mengecup dahinya. Dalam diri Raydel, ia masih mencoba mengerti akan sikap Kiana. Mengingat pertengkaran mereka kemarin siang. Ia tidak ingin bertengkar lagi dengan kekasihnya ini.

...

Setelah dokter selesai memeriksa kondisi Kiana, Raydel mencoba mengajak kekasihnya itu bicara. Tetapi Kiana terus mengalihkan perbincangan seputar hubungan mereka. Kiana tidak mengerti apa yang ia rasakan saat ini. Raydel dihadapannya tetapi hatinya begitu hampa.

"Oh ya Ray... Lusa aku jadi pergi ke Kuningan..." ucap Kiana yang terus mengalihkan perbincangan.

Dahi Raydel mengerut heran, padahal sedari tadi ia bicara mengenai pertengkaran mereka kemarin. Tetapi Kiana selalu saja mengabaikan ucapannya.

"Oke.. Aku akan ikut..." jawab Raydel.

Kiana segera menajamkan tatapannya pada Raydel "Buat apa kamu ikut?"

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang