Ke Dua Puluh

9 0 0
                                    

***

"Lo udah gak apa-apa Ki?" tanya Poppy yang pagi-pagi sudah mendatangi kamar Kiana.

Setelah kemarin Raydel mengantarkan Kiana ke rumahnya dengan keputusan yang sama akan hubungan mereka yang sudah selesai, Kiana memang tidak pergi kemana-mana lagi. Ia menghabiskan waktunya berbincang dengan Poppy lewat telepon. Poppy memang harus mengunjungi keluarganya setelah ia datang di Jakarta , maka dari itu Poppy tidak menemai Kiana pergi ke rumah sakit.

Kiana sendiri sudah mennceritakan perihal kejadian dirumah sakit yang membuat Papanya marah.

"Gue belom liat Gian.. Gue tau orang tua gue pulang dini hari dari rumah sakit.. Kemungkinan mereka masih tidur.. Gue mau ke rumah sakit sekarang.. Ini sudah jam besuk"

"Gue anter ya Ki..."

Kiana yang sudah siap dengan pakaian kasualnya , kaos oblong dengan celana jeans robek. Ia pun segera meraih tas kecilnya dan mendekati Poppy "Lo ada tugas dari gue kan?"

Poppy merengut kesal , masih saja Kiana ingat perintah akan dirinya untuk mengecek cafe milik Kiana. Poppy sangat tidak suka berurusan dengan cafe Kiana , karena pasti saja semua laporan cafe itu masih utuh belum dibaca oleh Kiana sedikitpun. Apalagi sekarang ini , Giana sudah mulai jarang ikut campur urusan Kiana. Sudah tentu urusan cafe pun akan sedikit merepotkan bagi Poppy.

"Gue rasa.. gue mau jual aja semua usaha gue.." ucap Kiana tiba-tiba.

Poppy membulatkan matanya dengan shock " Apa Ki? Gue ga salah denger kaan?"

"Gue mau sekolah lagi Po... Gue mau ambil S2 di Kanada.."

"Lo boong kan Ki?"

Kiana tersenyum lebar "Gue pikir-pikir lagi deh Po.. Gue pergi dulu yaaa"

Poppy hanya mengendikkan bahunya , ia merasa kasihan juga pada Kiana. Tetapi , Poppy masih merasa ada yang Kiana sembunyikan darinya.

"Gue harus cari tau" gumam Poppy.

***

Kiana melihat dengan kepala matanya sendiri , jika Giana masih duduk  dengan tubuh yang lemah diatas  kursi roda rumah sakit. Hatinya sedih melihat kembarannya itu harus masuk rumah sakit , ada yang lebih parah dari kata sedih yang dirasakan oleh Kiana. Hatinya juga hancur , ketika ia hanya bisa memandang Giana dari balik sebuah pohon di rumah sakit dengan  tangan Giana yang  digenggam hangat oleh seorang pria. Pria yang kini menghantui malam-malam Kiana. Pria itu adalah Banny.

Setelah tadi ia sampai dirumah sakit , Kiana tidak menemukan Giana dikamarnya. Dan seorang perawat memberitahu jika Giana sedang berada ditaman bersama seorang pria. Tidak pikir panjang, Kiana segera mencari Giana ditaman yang dimaksud perawat itu.

Niat hati ingin meminta maaf dan menghabiskan hari menemani Giana , tapi apalah daya Kiana yang mendapati jika Giana sedang bersama Banny.

"Jadi.. Kia belun jenguk kamu?" ucap Banny yang langsung didengar oleh Kiana.

Terlihat Giana yang menggelengkan kepala. Gadis itu tidak menjawab ucapan Banny.

Banny mengusap puncak kepala Giana , bersamaan dengan itu juga Kiana sudah mengalirkan cairan bening dari matanya. Sedari tadi ia menguping dan dengan susah payah harus menahan hatinya yang hancur. Tapi pertahanan Kiana luntur , ia tidak bisa  menahan lagi kesesakannya ketika tadi Banny mengusap  Puncak kepala Giana dengan tatapan yang pernah membuat Kiana kesulitan bernafas. Tatapan yang terasa hangat dihati Kiana dulu.

"Apa ini hukuman karena aku telah mengabaikan Ray?" batin Kiana bergumam.

"Ban.. Apa kamu udah bilang sama Kia soal....... " ucapan Giana menggantung , ia tampak berfikir. Disisi lain pun Kiana mengusap air matanya dan mempertajam pendengarannya.

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang