Ke Delapan Belas

10 2 0
                                    

***


Pagi harinya , Raydel terlihat begitu kesal dan marah. Bagaimana tidak, semalam ia dan Giana mencari Kiana hingga mereka menemukan Kiana dan Banny tengah tertidur disebuah rumah pohon. Walaupun Kiana sudah menjelaskan bagaimana bisa mereka ada disana , tetapi hati Raydel merasa aneh. Ada rasa kecewa dan rasa kalah.

Hingga pagi ini pun , Raydel masih tidak sanggup untuk bertemu Kiana. Hatinya tidak bisa berbohong, jika Kiana adalah orang yang ingin ia hindari saat ini.

"Ray.... Kamu masih marah?

Itu suara Kiana yang baru saja menghampiri Raydel , sebetulnya ini adalah jadwal lari pagi bagi peserta camping. Tetapi Kiana ijin tidak mengikuti lari pagi karena masih merasa bersalah. Kiana melihat Raydel yang sedang duduk disebuah akar pohon besar , tanpa mau membuang waktu ia langsung mendekati Raydel.

Mengetahui kedatangan Kiana, Raydel sendiri hanya diam. Ia mengakui bahwa ia kecewa dan marah. Tetapi hatinya berkata lain , Raydel merasa kalah dan dibodohi Kiana. Dan pagi ini ia sengaja menghindari Kiana dengan tidak ikut lari pagi, tapi rupanya Kiana menyadari dimana dirinya saat ini.

"Raaay..... Maafin aku....."

Raydel beranjak dari duduknya, ia meraih tangan Kiana dan menggenggamnya . Matanya menatap wajah cantik Kiana yang tanpa polesan make up. Berbeda dengan Giana yang selalu terlihat memakai lipstick atau lipgloss , Kiana selalu cantik meski ia tidak memakai make up sekalipun.

"Kia.. Jangan bahas apa-apa lagi... Aku rasa nanti siang aku harus pulang duluan"

Kiana mengerutkan dahinya, seharusnya Raydel ikut acara ini sampai selesai. Dan lagipula, siang ini akan ada acara sosialisasi program bumi sehat yang disponsori oleh  perusahaan Raydel dan perusahaan travel Giana. Seharusnya Raydel akan melakukan penyambutan dalam acara itu.

"Tapi kenapa?" kata Kiana.

"Aku ada meeting mendadak besok pagi.. Jadi siang ini harus pulang...."

Setelah mengucapkan itu, Raydel pergi meninggalkan Kiana tanpa memberi kesempatan Kiana untuk menjawab. Tetapi Kiana, tanpa putus asa ia terus menghalangi langkah Raydel. Dan menarik lengan pria itu , sehingga mau tak mau Raydel pun menghentikan lagi langkahnya.

"Kenapa lagi Kia?"

"........"

"Aku rasa sebaiknya kita gak bicara dulu"

"........"

"Kia?"

"Ray... Biarin aku bicara....."

"Gak perlu Kia... Aku pikir , kita butuh waktu untuk memutuskan.. Kemana hubungan ini , aku yakin juga jika kamu butuh waktu untuk sendiri"

Mata Kiana langsung membulat mendengar pernyataan Raydel yang sangat ambigu baginya.

"Ray.. Maksud kamu?"

"Kita perlu break Kia... Aku kasih kamu waktu untuk memantapkan hati kamu... Aku harap , keputusan kamu gak salah"

"Tapi Ray...."

"Sstttttt"

Raydel lantas memeluk Kiana yang masih terdiam tanpa berkedip.

"Kia!" pekikan suara Poppy membuat mereka mengurai pelukan mereka.

Kiana dan Raydel langsung menoleh dan mendapati wajah Poppy yang begitu panik.

"Kenapa Po?"

Poppy masih berusaha menormalkan nafasnya yang terengah-engah setelah berlari-lari mencari keberadaan Kiana.

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang