Kelima

18 2 0
                                    

"Baby tunggu... Aku bisa jelasin dulu" ujar Raydel yang sudah berusaha menahan tangan Kiana.

Kiana terlihat begitu marah. Sangat marah. Terlebih Raydel tidak membicarakan soal perjodohan dirinya kepada Kiana.
"Lepas Ray.. Aku mau ke toilet!" tegas Kiana.

"Nggak.. Kamu bohong.. Kamu cuma mau menghindar kan??"

"Menghindar apa? Siapa?" kesal Kiana.

Raydel tidak menanggapinya, ia menarik wanitanya kedalam dekapannya. Membiarkan Kiana untuk memecahkan tangisannya. Ia tahu jika dalam dasar hatinya Kiana sangat kecewa atas rencana perjodohan ini.

Raydel mengusap rambut Kiana dengan lembut. Rasanya ia sangat ingin pergi jauh membawa Kiana-nya.

"Baby.. Kita tidak akan berubah.. Toh.. Rencana ini hanya berjangka tiga bulan kan? Setelah itu, kita akan mengumumkan siapa yang kita cintai.. Maaf jika tadi aku hanya bisa diam.. Aku sendiri bingung" ucap Raydel dengan nada pelan.

Kiana mendongak pada Raydel. Mungkin benar kata Raydel, ini hanya perlu dijalani. Setelah itu, ia akan kembali lagi menjalani hubungan dengan Raydel-nya.

Kiana tersenyum, ia menangkup wajah Raydel dan menyatukan kening mereka "Aku takut semuanya berakhir" bisiknya.

"Gak akan baby.. Aku sudah memilihmu" kini giliran Raydel yang berbisik.

30 Menit yang lalu

Cintia sudah menyelesaikan makannya, dan menaruh garpu dan pisau yang ia pakai disisi piring.

Ia tersenyum dengan anggun, pandangannya mengabsen putrinya satu-satu dan calon menantu pilihannya.

"Baik.. Sepertinya kita harus memulai pembicaraan ini lebih serius" ucap Cintia.

Mereka para orang tua mengangguki ucapan Cintia.

"Sayang.. Lebih baik kamu yang bicara" ujar Cintia kepada Miko suaminya.

Miko tersenyum penuh wibawa, ia menggenggam tangan Cintia sebentar sebelum berkata "Terimakasih sayang"

"Pertama.. Saya sangat berterimakasih kepada keluarga Akbar dan keluarga Dodi atas kesediaannya memenuhi undangan kami.. Sebagaimana yang telah direncanakan juga, rencana yang sudah sangat lama kami buat.. Yaitu memperkenalkan anak-anak kita" ucap Miko panjang lebar.

"Aku sudah tidak sabar Mik.. Menjadikan Giana menantu kami" ucap Siska dengan antusias.

Giana hanya tersenyum menanggapi itu, namun berbeda dengan Kiana dan Raydel. Mereka begitu bingung.

"Maksud Mami?" tanya Raydel dengan wajah bingung.

"Iya sayang.. Kami sepakat akan menjodohkan kamu dengan Giana.. Dia sudah sangat cocok untuk kamu
. Ya kan pi?" ucap Siska lagi seraya menoleh pada Akbar suaminya. Ucapan Siskan pun diangguki Akbar.

Di kursi seberang Raydel. Kiana dengan susah payah menahan air matanya. Dia tidak boleh menangis. Rasanya sudah sangat lama Kiana tidak menangis. Ia hampir lupa, jika hobby petualangnya memang ia gunakan untuk melampiaskan sifat cengengnya dia. Itu berarti sudah tiga tahun Kiana tidak menangis karena patah hati. Ya! Kiana sedang patah hati saat ini, itulah yang ia rasakan.

"Dan.. Tentunya putra kami yang tampan ini akan kami jodohkan dengan Kiana si petualang cantik" ucap Irina.

Kiana tidak menoleh sama sekali, tatapannya masih tertuju pada Raydel. Dan itu disadari Giana. Giana sendiri melihat itu dengan mengukir sunggingan senyum di bibirnya.

"Kia sayang.. Kamu dengar kan ucapan tante Irina?" tanya Cintia.

Kiana terbangun dari tatapannya dan ia menoleh kepada Cintia dengan senyuman "Iya Mam.. Kia dengar.. Kia akan menjalaninya" ucap Kiana.

Antonym : Kalimat Cinta KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang